PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. pangsa yang besar bagi industri obat hewan (Palupi dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

TUGAS FARMAKOKINETIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

Pharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt

BAB 3 MODEL KOMPARTEMEN SATU TERBUKA : PEMBERIAN INTRAVENA BOLUS

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FARMAKOKINETIK PARASETAMOL DALAM PLASMA AYAM (GALLUS DOMESTICUS) 1 ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

PENGANTAR FARMAKOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk kesejahteraan manusia. Mikroba endofit merupakan mikrobia yang

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan salah satu pilihan terapi yang banyak digunakan di

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Pengantar Farmakologi

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu

COKORDA ISTRI SRI ARISANTI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

Pengantar Farmakologi Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPRIMENTAL II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK

PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN YANG DIBERIKAN SECARA BERSAMAAN DENGAN JUS JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan produktivitasnya telah menjadi suatu kebutuhan, baik untuk pencegahan maupun pengobatan terhadap suatu penyakit. Antibiotik merupakan salah satu obat hewan yang sering digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Bahri, 2008). Enrofloksasin merupakan salah satu antibiotik sintetik dari golongan fluorokuinolon yang banyak digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit infeksi bakteri pada unggas. Enrofloksasin memiliki aktivitas antibiotik berspektrum luas terhadap bakteri Gram negatif, Gram positif dan mycoplasma (Anadon dkk., 1995; Mitchell, 2006; Kalpana dkk., 2012). Karakteristik enrofloksasin yaitu mudah diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan parenteral, selain itu juga dapat menghambat replikasi secara in vivo organisme yang resisten terhadap substansi antibakterial seperti antibiotik beta-laktam, aminoglikosida, tetrasiklin, antagonis asam folat dan makrolida (Anadon dkk., 1995; Tansakul dkk., 2005). Hal ini menunjukkan bahwa enrofloksasin mempunyai keunggulan sehingga secara luas digunakan untuk pengobatan infeksi mycoplasma, kolibasilosis dan pasteurelosis (Anadon dkk., 1995). Saat ini enrofloksasin yang telah terdaftar resmi di Kementrian Pertanian sebanyak 80 nama dagang (Anonim, 2013).

Pemakaian antibiotik untuk terapi suatu penyakit dapat menyebabkan masalah, diantaranya yaitu terjadinya resistensi obat dan adanya residu pada produk hewan seperti daging, susu, telur, organ visera dan organ lainnya. Hasil penelitian Widiastuti dkk. (2004) pada sampel hati dan daging broiler di daerah Cianjur dan Sukabumi menunjukkan adanya residu enrofloksasin pada sampel yang diteliti. Studi farmakokinetik sangat penting dilakukan untuk menentukan profil suatu obat di dalam tubuh. Menurut Shargel dkk. (2005), farmakokinetik merupakan studi mengenai kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat yang meliputi metabolisme dan ekskresi. Profil farmakokinetik suatu obat secara umum bermanfaat untuk menentukan aturan dosis terapi, mengevaluasi tingkat ketersediaan obat, memprediksi adanya akumuasi obat dan metabolitnya, mempelajari mekanisme interaksi obat dan monitoring konsentrasi obat (Shargel dkk., 2005). Sejauh ini kajian farmakokinetik enrofloksasin pada broiler yang telah dilakukan menggunakan plasma sebagai sampel untuk menjelaskan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dalam tubuh, sedangkan farmakokinetik enrofloksasin dalam jaringan broiler belum pernah dilaporkan. Profil farmakokinetik obat dalam jaringan menerangkan distribusi dan eliminasi obat dalam jaringan. Hanya obat dalam bentuk bebas yang tidak terikat oleh protein plasma yang dapat menembus membran sel dan terdistribusi dalam jaringan serta aktif secara terapetik (Mutschler, 1999). Intorre dkk. (1997) melaporkan farmakokinetik enrofloksasin pada plasma serta distribusinya pada jaringan hati, ginjal, otot, dan kulit muscovy duck yang diberi dosis tunggal 8

mg/kgbb secara peroral dan intramuskular. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi obat dalam jaringan yang tinggi serta rasio konsentrasi obat dalam jaringan hati, ginjal, otot, dan kulit yang lebih tinggi dari plasma setelah 24 jam pasca pemberian enrofloksasin. Nilai volume distribusi obat yang tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa obat terdistribusi secara luas dalam jaringan. Menurut Haritova dkk. (2006) keberhasilan suatu terapi secara klinik yang diberikan tergantung pada hubungan antara PK/PD dari sifat suatu obat. Integrasi antara parameter farmakokinetik antibiotik dan data aktivitas mikrobiologi secara in vitro (MIC) memberikan prediksi efikasi dan potensi obat yang bermanfaat bagi keberhasilan suatu terapi. Sebagian besar infeksi bakteri tidak terjadi dalam plasma tetapi lebih tepatnya pada jaringan sasaran sehingga kemampuan suatu antibiotik untuk mencapai lokasi target merupakan kunci penentu hasil secara klinis, sehingga konsentrasi antibiotik pada jaringan relevan digunakan untuk memprediksi keberhasilan suatu terapi (Liu dan Derendorf, 2003; Seto, 2007). Profil farmakokinetik obat diterangkan dengan nilai-nilai parameter farmakokinetik yang dihitung berdasarkan konsentrasi obat yang terukur dalam plasma maupun jaringan. Nilai-nilai parameter farmakokinetik ini meliputi C maks, T maks, Vd, Cl, T 1/2 eliminasi dan AUC (Shargel dkk., 2005). Nilai parameter farmakokinetik ini bermanfaat untuk menentukan efektivitas terapi berdasarkan rasio PK/PD, memperkirakan residu obat melalui waktu paruh eliminasi, dan menentukan waktu henti obat berdasarkan nilai T 1/2 eliminasi (Haritrova dkk., 2006; Lazuardi, 2010).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun rumusan masalah yaitu: Bagaimana profil farmakokinetik enrofloksasin pada plasma, hati, ginjal, dan otot broiler setelah pemberian secara intravena dengan dosis tunggal 50 mg/kg BB? Keaslian Penelitian Penelitian farmakokinetik enrofloksasin dalam plasma broiler sudah banyak dilakukan, namun profil farmakokinetik enrofloksasin dalam jaringan masih belum banyak dikaji. Anadon dkk., (1995) telah melakukan penelitian farmakokinetik dan residu enrofloksasin pada broiler. Penelitian ini menggunakan broiler jantan dengan strain Hubbard yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok pertama dan kedua untuk pemeriksaan farmakokinetik dalam plasma diberikan enrofloksasin (produk Bayer) dengan dosis tunggal 10 mg/kg BB secara peroral dan intravena, sedangkan kelompok ketiga untuk pemeriksaan residu dalam jaringan broiler setelah hari ke-1, 6, dan 12 setelah pemberian secara peroral dengan dosis 10 mg/kg BB selama 4 hari berturut-turut. Analisis konsentrasi enrofloksasin dalam plasma dan jaringan dilakukan dengan KCKT. Intorre dkk. (1997) meneliti tentang kinetika plasma dan distribusi enrofloksasin pada jaringan bebek setelah pemberian dosis tunggal 8 mg/kgbb secara peroral dan intramuskular. Konsentrasi obat dalam jaringan hati, ginjal, otot dan kulit diperiksa setelah 24 jam pasca pemberian obat. Analisis konsentrasi obat dalam plasma, hati, ginjal, otot dan kulit menggunakan Kromatografi KCKT. Bugyei dkk. (1999) telah melakukan penelitian farmakokinetik enrofloksasin dalam plasma pada broiler sehat, pemberian obat

secara peroral, intramuskular dan intravena dengan dosis tunggal 5 mg/kg BB. Analisis konsentrasi enrofloksasin dalam plasma dilakukan dengan uji mikrobiologis menggunakan spora kuman Bacillus subtilis. Penelitian farmakokinetik enrofloksasin pada broiler juga telah dilakukan oleh Ibrahim dan Yarsan (2009), menggunakan broiler strain Ross-38 umur 10 hari, yang diberi enrofloksasin dengan dosis 10 mg/kgbb secara peroral selama 5 hari berturutturut. Konsentrasi enrofloksasin dalam plasma dianalisis dengan uji mikrobiologis menggunakan kuman Escherichia coli ATCC 25922. Kalpana dkk. (2011) meneliti farmakokinetik enrofloksasin dalam plasma broiler yang diinjeksi secara intravena dengan dosis tunggal 10 mg/kgbb. Penelitian ini menggunakan 6 ekor broiler sehat dengan berat badan 1,0-1,2 kg dan pengambilan sampel darah dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, 45; jam ke-1, 2, 4, 6, 8, 12, 24, 48, dan 72 setelah pemberian obat. Analisis konsentrasi enrofloksasin dalam plasma menggunakan KCKT. Penelitian mengenai profil farmakokinetik enrofloksasin pada plasma, hati, ginjal dan otot dada broiler setelah pemberian obat secara intravena dengan dosis tunggal 50 mg/kg BB, hingga saat ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil farmakokinetik enrofloksasin pada plasma, hati, ginjal, dan otot dada broiler setelah pemberian secara intravena dengan dosis tunggal 50 mg/kgbb.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil farmakokinetik enrofloksasin pada plasma, hati, ginjal, dan otot dada broiler. Data-data parameter farmakokinetik enrofloksasin plasma, hati, ginjal, dan otot dada sangat bermanfaat untuk mengembangkan studi terapi dan klinis berdasarkan rasio PK/PD dan memprediksi residu enrofloksasin dalam jaringan broiler.