BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Hal ini terbukti dari berbagai macam penemuan yang menggunakan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang Objek Latar Belakang Tema

BAB I PENDAHULUAN. konsep pemasaran tradisional yang berfokus pada keistimewaan dan manfaat dari produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan meningkatnya edukasi yang berhubungan dengan pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini kesibukan telah menjadi jalan hidup masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan suatu industri yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan dalam negeri maupun luar negeri, hal ini dikarenakan Kota Batu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Objek. Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah area ruang

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kegiatan manusia untuk memperoleh hiburan setelah lelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Pemilihan Objek

BAB I PENDAHULUAN. Ruang publik sebagai sarana umum menjadi kebutuhan yang cukup vital

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Pintar Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pariwisata dan persaingan global, serta kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi sekarang ini menjadi salah satu tolok

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk yang cukup besar, berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa objek wisata lain seperti Wisata Taman Air Sumber Udel,

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Mulai meningkatnya angka kejahatan di Indonesia semakin marak dan terjadi

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

MUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Era sekarang ini permainan menjadi salah satu aspek yang berkembang sangat cepat. Hal ini terbukti dari berbagai macam penemuan yang menggunakan teknologi untuk mendukung adanya pembuatan permainan, mulai dari permainan digital yang didukung oleh peralatan visualisasi super canggih yang dikendalikan oleh satu media komputerisasi, sampai permainan teknologi yang melibatkan fisik sebagai objek utama. Perkembangan permainan modern dapat dikatakan memiliki perkembangan yang sangat pesat, dikarenakan semakin populernya permainan modern dikalangan masyarakat. Pengembangan permainan digital yang semakin hari semakin mengalami peningkatan pengguna permainan modern. Selain alasan tersebut, permainan modern tergolong mudah di dapat sehingga hal tersebut adalah salah satu faktor pendukung percepatan penyebaran. Perkembangan permainan modern saat ini mengalami peningkatan secara sepihak tanpa mengimbangi dengan permainan yang memiliki nilai dan norma tradisional didalamnya. Banyak anak-anak muda kurang mengenal kesenian permainan tradisional mereka (anak muda) lebih senang dengan kesenian dan tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya(sri Handayani, 2008).Hal ini dikarenakan permaianan modern memiliki intensitas yang lebih dibandingkan permainan tradisional yang ada. Fakta ini berakibat semakin bergesernya budaya 1

mengenai permainan tradisional dan semakin populernya pemainan modern. Tidak adanya penyeimbang antara permainan tradisional dan permainan yang berdampak pada aspek budaya lokal, semakin lama dapat semakin hilang, sehingga perlu adanya penyeimbang untuk mempertahankan intensitas permainan tradisional yang di miliki budaya kita. Permainan tradisional telah kehilangan makna, baik makna filosofi maupun sosialnya yang telah semakin terpinggirkan. Permainan tradisional tidak lagi memiliki pewaris aktif yang memiliki komitmen kuat untuk melestarikannya. Langkah nyata untuk memberi tempat bagi pelestarian pusaka budaya terutama permainan tradisional masih jauh dari harapan.(sutarto, 2009) Dalam hadist HR. muslim menegaskan bahwa pentingnya untuk menjaga dan melestarikan budaya ataupun sesuatu karunia, yang nantinya hal diterapkan dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Apabila Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang hendaknya dia pergunakan pertama kali untuk dirinya dan keluarganya ((HR. Muslim)) Dari hadist di atas menjelaskan bahwa sebuah bangsa memiliki identitasidentitas didalamnya, dimana identitas tersebut merupakan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT salah satunya lewat karya-karya permainan tradisional. Hal tersebut menjelaskan betapa pentingnya arti dari anugrah yang di berikan oleh pada Allah SWT dan manusia hendaknya mensyukuri anugerah yang telah di berikan dengan cara melestarikan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan budaya yang telah di berikan serta tradisi yang baik. 2

Kota Batu salah satu korban dari ketidak seimbangan yang terjadi antara budaya modern dengan budaya tradisional. Selain itu kota Batu merupakan salah satu kota pariwisata yang mengalami lonjakan pengunjung secara signifikan, terlihat dari data pemerintah kota yang setiap tahun mengalami peningkatan jumlah pengunjung wisata yang dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisata Kota Batu Tahun Jumlah kunjungan Sumber : BPS kota Batu :2010 2005 942.065 2006 946.764 2007 1.122.037 2008 950.525 2009 1.011.231 Menurut data tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa pengunjung Kota Batu rata-rata mengalami peningkatan terlihat dari tahun 2005 sampai 2007 mengalami peningkatan jumlah pengunjung dan pada tahun 2008 mengalami penurunan dan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan jumlah pengunjung. Dan pada dasarnya peningkatan jumlah pengunjung diperkirakan mengalami peningkatan secara terus-menerus. Namun pada kondisi kota Batu saat ini para wisatawan hanya disuguhi oleh permainan-permainan yang bersifat modern terlihat dari tempat wisata seperti Jawa Timur Park, Batu night Spektakuler, Museum Satwa dan lain-lain yang mengusung konsep modern. Padahal kota Batu bukan hanya memiliki potensi itu saja namun Kota Batu masih banyak memiliki potensi dalam bidang budaya serta alam yang keduanya perlu adanya pelestarian sebagai identitas yang lebih terlihat dari kota tersebut. 3

Cukup banyak tujuan pariwisata yang ada di Kota Batu. Namun hal tersebut tidak di imbangi dengan pemerataan wisata yang hanya memusat pada pusat kota saja. Sehingga jika fenomena tersebut tidak diatasi mengakibatkan kemacetan pada daerah daerah tertentu. Selain itu tingkat ekonomi yang ada di Kota Batu juga tergolong sulit untuk adanya pemerataan. Terlihat dari data pengunjung tempat pariwisata dimana terjadi lonjakan jumlah penunjang yang cukup tajam terlihat pada tabel1.2 Tabel 1.2 Jumlah Pengunjung Objek Wisata tahun 2005-2009 Tahun Jatim Park Selekta Bns Kusuma Songgoriti Cangar Agro 2005 304.253 278.400-179.226 6.229 7.983 2006 371.105 277.514-121.474 57.319 839 2007 470.123 284.793-167.423 65.536 19.183 2008 602.483 307.271-183.379 65.536 21.373 2009 722.376 478.946 252.973 83.451 65.536 302.888 Sumber : BPS kota Batu :2010 Dari tabel 1.2 menunjukan bahwa tempat wisata berbasis permainan modern sangatlah diminati dibandingkan dengan objek wisata yang berbasis alam. Terlihat dari data pengunjung pada tahun 2007 sampai 2009 minat terhadap objek wisata jatim park, selekta, Bns yang semua objek wisata tersebut berbasis permainan modern mengalami lonjakan yang sangat cepat dibandingkan dengan objek wisata songgoriti, dan canggar tergolong wisata alam yang juga mengalami peningkatan namun tidak seperti objek wisata berbasis modern. 4

Permainan tradisional merupakan permainan yang kaya akan identitas budaya lokal dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi seorang anak. Haris Iskandar (2010) menyatakan bahwa permainan tradisional dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seorang anak. Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek pengembangan moral, nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik.hal ini membuktikan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan sebagai media yang baik untuk memperkenalkan pada anak sehingga mereka dapat belajar berinterakasi. permainan tradisional merupakan salah satu hiburan yang dapat mengajarkan anak pada nilai-nilai kekeluargaan maupun mengembangkan serta permainan yang dapat meningkatkan pengetahuan anak. Permainan tradisional memiliki manfaat dari sisi psikologi antara lain : permainan tradisional dapat mengembangkan tingkat kecerdasan anak, mengembangkan emosi antar personal, Mengembangkan kecerdasan logika, mengembangkan kecerdasan kinestik, mengembangkan kecerdasan natural, mengembangkan kecerdasan spasial, mengembangkan kecerdasan musical. Hal tersebut merupakan manfaat dari permainan tradisional, maka dari itu permainan tradisional memiliki potensi yang sangat besar untuk media pembelajaran dan permainan anak yang dimana di dalam Perancangan Permainan Tradisional Anak diharapkan dapat menjadikan tempat pembelajaran anak serta upaya mempertahankan budaya lokal yang semakin lama semakin mengalami kehilangan identitas. 5

1.1.2 Latar Belakang Tema Perancangan wisata perancangan permainan tradisional anak adalah tempat yang diperuntukan bagi anak anak, dimana anak-anak merupakan subjek khusus yang memerlukan pendekatan khusus sesuai dengan perilaku yang melekat pada mereka. Kebiasaan- kebiasan serta kesenangan anak adalah aspek yang mutlak ada di perhitungkan dalam perancangan pusat permainan tradisional anak untuk mewujudkan tempat wisata yang aman dan nyaman sesuai dengan perilaku anak, Selain itu permainan tradisional merupakan salah satu permainan yang dapat membantu perkembangan anak dalam hal, pengembangan emosional pada anak dalam arti menerapkan permainan yang memerlukan kerjasama atau saling membantu sehingga dapat mengasah emosional tolong menolong pada anak, meningkatkan kecerdasan logika pada anak, mengembangkan kecerdasan kinestik, mengembangkan kecerdasan spasial, dan mengembangkan kecerdasan musikal. Anak merupakan objek khusus yang memiliki kebiasaan dan perilaku tersendiri dalam semua kegiatannya. Berbeda dengan orang dewasa cenderung perilaku mereka lebih tertata. Tema arsitektur prilaku merupakan tema yang memperhatikan psikologi seorang pengguna dengan kata lain mengarahkan pengguna untuk suatu tujuan tertentu sepertihalnya bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang melibatkan beberapa orang, maka perlu adanya penyesuaian yang tepat lewat behavior setting dalam perancangan. Selain behavior setting, objek juga memerlukan prinsip persepsi lingkungan untuk mendukung pengalaman, pengetahuan akan permainan tradisional dan menjadi 6

usaha untuk pelestarian permainan tradisional. Maka Tema arsitekur perilaku adalah tema yang dirasa lebih dapat memahami khususnya perilaku anak untuk mendukung adanya permainan tradisional. dikarenakan tema arsitektur perilaku lebih mengfokuskan pada objek yang bersangkutan semisal pada objek pusat permainan tradisional anak yang mengedepankan perlaku anak pada perancangan. Dari tema arsitektur perilaku dapat mengetahui kebiasaan - kebiasan anak yang sering di lakukan dan dari penelitian terebut dapat menjadi dasar pembuatan rancangan. Oleh karena itu untuk mendukung potensi yang terkandung dalam permainan tradisional, maka perlunya penyesuaiaan antara ilmu arsitektur dengan ilmu psikologi, khususnya psikologi anak untuk mendukung perancangan pusat permaian tradisional anak, upaya tersebut dilakukan dengan memasukan unsur perilaku ( behaviour ) sebagai tema dalam perancangan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan dari rancangan wisata permainan tradisional anak di Batu adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Rancangan wisata permainan tradisional anak dapat menjadi salah salah satu tujuan pariwisata yang edukatif dan rekreatif? 2. Bagaimana menerapkan rancangan wisata permainan tradisional anak bertemakan arsitektur perilaku dengan menggunakan prinsip behaviour setting, persepsi, serta teritori? 7

1.3 Tujuan Perancangan Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan wisata permainan tradisional anak di Batu adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan Rancangan wisata Permainan Tradisional Anak dapat menjadi salah salah satu tujuan pariwisata yang edukatif dan rekreatif. 2. Menerapkan rancangan permainan tradisional anak yang menerapkan arsitektur perilaku dengan menggunakan prinsip behaviour setting, persepsi, serta teritori. 1.4 Manfaat Dalam perancangan pusat permainan tradisional anak di Batu memiliki manfaat bagi Pemerintah, masyarakat, anak-anak. Berikut manfaat yang di peroleh sebagai berikut: a. Pemerintah 1. Membantu pihak pemerintah dalam upaya melestarikan budaya lokal khususnya dalam ranah permainan tradisional Indonesia. 2. Menambah devisa daerah lewat adanya pusat permainan tradisional anak. b. Masyarakat 1. Sebagai wadah sosialisasi bagi masyarakat yang memiliki unsure rekreatif serta edukatif. 2. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan menyediakan stand yang ada di pusat permainan tradisional anak. 8

c. Anak anak Sebagai media pengembangan kecerdasan anak lewat permainanpermainan tradisional yang juga dapat mengembangkan emosional anak terhadap rasa tolong menolong serta kepedulian terhadap alam. 1.5 Batasan Batasan yang diberikan dalam rancangan wisata permainan tradisional anak di Kota Batu adalah sebagai berikut: a. Batasan pelayanan Batasan skala wilayah pelayanan pada perancangan wisata permainan tradisional anak di Batu mencakup wilayah Jawa Indonesia. b. Batasan objek 1. Mempunyai fungsi utama sebagai wadah untuk bersosialisasi antar sesama individu. 2. Sebagai sarana bermain yang menyenangkan namun masih mengandung pembelajaran. c. Batasan skala kegiatan 1. Sosial Jenis permainan bersifat membentuk rasa emosional terhadap sesame sehingga menimbulkan berinteraksi antar individu dengan individu lain. 2. Pendidikan Mengadakan kegiatan permainan yang memiliki unsur pengetahuan, mengembangkan emosiaonal anak terhadap rasa kebersamaan, meningkatkan imajinasi anak. 9

3. Rekreatif Dapat di artikan kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang dapat mengembangkan daya imajinasi, kemampuan berfikir kritis, kemampuan mengekspresikan serta dapat mengembangkan rasa emosional pada anak lewat permainan tradisional yang mengalami adaptasi dengan zaman. d. Batasan lokasi Rancangan wisata permainan tradisional anak ini mengambil lokasi di Kota Batu. Karena menurut analisis sederhana Kota Batu merupakan salah satu kota yang memiliki daya tarik yang cukup besar. Perancangan ini bertempat di area pabrik yang lama mengalami vakum produksi, Terletak di perbatasan persawahan dan perkantoran. e. Batasan Tema Tema dalam perancangan pusat permainan tradisional anak adalah arsitektur perilaku yang mencangkup behavior setting, persepsi, serta teritori. 10