BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pesatnya Perkembangan teknologi dan industri sejalan dengan meningkatnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan dihasilkan oleh industri-industri. Pada awalnya kegiatan industri

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY )

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat,

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia tidak dapat hidup untuk beberapa jam, tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Udara juga merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor (Soedomo, 2001:3). Udara dikatakan telah tercemar apabila telah terjadi perubahan terhadap komposisi di atas terutama terjadi penambahan gas lain yang menimbulkan gangguan. Pencemaran udara dapat bersumber dari beberapa gas seperti sulfur dioksida, hydrogen sulfida dan karbon monoksida yang selalu bebas di udara sebagai produk sampingan dari proses proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu, partikel partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Prayudi, 2001:68). Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini ditandai dengan pembangunan industri di Indonesia yang berkembang dengat pesat. Pembangunan industri dapat menciptakan emisi sehingga menyebabkan 1

2 pencemaran udara. Salah satu bahan pencemar yang timbul di negara yang sedang berkembang yaitu berupa debu. Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang perkembangannya sangat pesat. Hal ini berkaitan dengan konsumsi hasil hutan yang mencapai 33 juta m 3 per tahun. Konsumsi hasil hutan yang sedemikian besar itu antara lain digunakan oleh industri furniture / mebel. Industri tersebut berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu karena sekitar 10 sampai 13% dari kayu yang digergaji akan berbentuk debu kayu (Khumaidah dalam Satria, 2012). Pembangunan sektor industri kayu telah banyak memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia serta banyak tercipta lapangan kerja yang cukup besar, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain dampak negatifpun terjadi, seperti timbulnya masalah lingkungan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan disebabkan oleh debu hasil dari proses pengolahan kayu (Kristanto, 2004: 76). Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Debu kayu ini akan mencemari daerah industri dan lingkungannya sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar industri dapat terpapar oleh debu baik karena bahan baku, bahan antara ataupun produk akhir. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia (Anderson dalam Mayasari, 2010)

3 Adapun berbagai gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, dimana debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan pada kulit, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Wenang, 2006:69). Paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja. Gangguan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar debu di ruangan dan perilaku pekerja dalam pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (APD) (Mayasari, 2010). Secara tidak langsung kehadiran debu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit (gangguan fisiologis) yang akan mempengaruhi produktivitas pekerja karena pekerja menderita sakit. Pada dasarnya debu kayu sama dengan karakteristik debu pada umumnya, hanya komponen dan ukurannya saja yang berbeda sehingga pengaruh yang ditimbulkan debu kayu terhadap kesehatan pekerja juga tidak jauh berbeda dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh debu pada umumnya (Asiah dalam Mayasari, 2010). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Satria Dimas Aji (2012) mengenai dampak paparan debu kayu terhadap keluhan kesehatan pekerja mebel di Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa dari 14 lokasi yang diteliti, yang

4 memiliki kadar debu kayu diatas baku mutu ( 1 mg/m 3 ) sebanyak 6 lokasi (42,9%), kadar debu tertinggi 8,042 mg/m 3, dan yang terendah 1,470 mg/m 3. Dan responden yang mmengalami keluhan kesehatan yaitu sebanyak 32 pekerja (54,2%). Jenis keluhan kesehatan yang dialami adalah batuk-batuk, mata merah dan perih (93,8%), gatal pada kulit (71,9%), kulit kering dan retak (56,3%), cepat lelah (37,5%) dan sesak napas (25%). Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa kualitas udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada dibawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Udara Ambient Nasional). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah penduduk yang masih rendah, aktifitas industri, serta sarana transportasi masih kurang. Dari hasil pengukuran kadar debu total (TSP) di beberapa titik di provinsi Gorontalo pada tahun 2007 diperoleh hasil yaitu untuk pengukuran dengan TSP (PM 10 ) di lokasi Kantor Gubernur Gorontalo yakni dengan 5 Pg/Nm 3, dengan nilai ISPU berkisar antara 1-50. Hasil pengukuran di lokasi Perumahan Tomulobutao Kota Gorontalo menunjukkan konsentrasi TSP 32 Pg/Nm 3 dengan nilai ISPU berkisar antara 1-50. Untuk pengukuran di Kampus UNG menunjukkan konsentrasi TSP 4 Pg/Nm 3 sehingga nilai ISPU berkisar antara 0-51. Hasil pengukuran di Perlimaan Telaga Kota Gorontalo menunjukkan TSP 41 Pg/Nm 3 dengan nilai ISPU berkisar 1-50. Pengukuran di pemukiman PLTD Kota Gorontalo menunjukkan 5 Pg.Nm 3 dengn nilai ISPU berkisar antara 0-51. Dan pengukuran yang dilakukan di lokasi RSUD

5 Aloei Saboe Kota Gorontalo menunjukkan TSP 9 Pg/Nm 3 maka nilai ISPU berkisar antara 1-50 (BALIHRISTI, 2007) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dimana nilai baku mtu yang disyaratkan untuk kadar debu di lingkungan kerja yaitu 230 µg/nm 3. Debu kayu merupakan salah satu bahaya potensial terhadap kesehatan pekerja terutama bagian pengolahan kayu. Apabila terhirup dapat masuk ke saluran pernafasan akan terjadi penimbunan debu dalam paru-paru yang dapat menyebabkan kelainan fungsi paru-paru dan jika kontak langsung dengan kulit akan timbul gatal pada kulit seperti alergi atau penyakit kulit lainnya yang dikenal dengan dermatosis (Suma mur dalam Mayasari 2010). Pengamatan awal yang dilakukan terhadap pekerja di pertukangan kayu serta wawancara singkat kepada beberapa pekerjanya, diketahui bahwa terdapat pekerja memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar debu di ruangan tempat mereka bekerja dan perilaku pekerja dalam pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (APD). Menurut Suma mur (1996), paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja.

6 Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Paparan Debu Kayu Dengan Kelainan Kulit Pada Pekerja Industri Mebel UD Taufik Kota Gorontalo 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, teridentikasi permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini, yakni: 1. Sebagian besar pekerja mebel merasakan keluhan kesehatan seperti gangguan pernapasan, keluhan pada mata, iritasi pada kulit, dan lain-lain. 2. Dengan banyaknya pekerja mebel yang mengalami keluhan kesehatan, terlihat bahwa pekerja yang terpapar oleh debu kayu tidak menggunakan alat pelindung diri untuk mencegah timbulnya keluhan penyakit akibat pekerjaan sebagai pertukangan kayu serta kurangnya menjaga kebersihan diri mereka sendiri. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah Apakah ada hubungan antara paparan debu kayu dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel UD Taufik Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana hubungan paparan debu kayu dengan keluhan pada kulit pekerja industri mebel UD Taufik Kota Gorontalo.

7 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Hubungan paparan debu kayu ditinjau dari kadar debu kayu total dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel. 2. Hubungan paparan debu kayu ditinjau dari masa kerja dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel. 3. Hubungan paparan debu kayu ditinjau dari jam kerja dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel. 4. Hubungan paparan debu kayu ditinjau dari penggunaan alat pelindung diri dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel. 5. Hubungan paparan debu kayu ditinjau dari kebersihan diri dengan kelainan kulit pada pekerja industri mebel. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan penting dalam memperluas ilmu pengetahuan mengenai tingkat kadar debu total terhadap kelainan kulit pada pekerja industri mebel UD Taufik Kota Gorontalo. 2. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian. 3. Sebagai latihan dan menambah pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian di lapangan.

8 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak pemilik mebel terkait dengan tingkat pencemaran lingkungan di tempat kerja serta kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan dari aktifitas di industri mebel. 2. Memberikan informasi kepada pekerja tentang kadar debu kayu yang berpotensi akan menimbulkan masalah kesehatan bagi pekerja dan cara untuk mengantisipasi agar tidak mengalami masalah kesehatan khususnya masalah pada kesehatan kulit pekerja.