TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan olahraga. (Kurikulum Penjas 2004).

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi olahraga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kesesuaian

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

Esra Fitriyanti Kedo ABSTRAK

PELATIHAN FISIK DAYA TAHAN ANAK SD

BAB III METODE PENELITIAN

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9)

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana hanya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. profil kondisi fisik siswa peserta ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 13

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai tujuan dari penelitian itu. Macam-macam penelitian dikemukakan oleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha para pendidik yang menumbuh

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya, karena hampir setiap toko olahraga menjual peralatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai

BAB I PENDAHULUAN. atau ketepatan antara potensi dan bakat atlet dengan cabang olahraga yang dipilih.

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

IDENTIFIKASI BAKAT USIA DINI SISWA SD SMP SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode penggunaan metode dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. (Kurikulum Penjas 2004). Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.aktivitas jasmani tersebut harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (Sudirman Husein : 2008 dalam Semilokakarya Penjas- Olahraga Unila)

10 Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. (Kurikulum Penjas, 2004) B. Karakteristik Siswa SMP Selama di jenjang sekolah menengah pertama (SMP), seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru. 1. Perkembangan Aspek Psikomotorik Wuest dan Lombardo (Abdoelah dkk. 1994) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. 2. Perkembangan Aspek Kognitif Wuest dan Lombardo (Abdoelah dkk. 1994) menyatakan perkembangan kognitif pada siswa SMP meliputi peningkatan fungsi intelektual, kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami peningkatan kemampuan mengekspresikan diri.

11 3. Perkembangan Aspek Afektif Wuest dan Lombardo (Abdoelah dkk. 1994) menyatakan perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku. Pihak yang berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya. C. Ekstrakurikuler Proses belajar tidak harus dilakukan didalam kelas untuk mengembangkan minat dan bakat siswa salah satunya dengan menyalurkan minat dan bakat ke dalan kegiatan ekstrakurikuler. Mulyasa (2008:101) menyatakan bahwa kegiatan ektrakurikuler merupakan bagian integral dari pendidikan itu sendiri. Kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan pada ekstrakurikuler dipilih dan dikembangkan dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah masing-masing. Ekstrakurikuler bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan potensi peserta didik dengan maksud menjaring siswa-siswa yang kompeten sejak dini, sehingga dapat dilakukan pembinaan lebih awal dan yang dilakukan secara berjenjang dan juga memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan sebagai anggota masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat. Kemudian Depdikbud (1977:27) lebih terperinci menyatakan bahwa ekstrakurikuler olahraga ialah suatu kegiatan olahraga yang dilaksanakan diluar jam pelajaran resmi dengan tujuan untuk menyalurkan prestasi anak didik dalam cabang olahraga tertentu yang dikelola sekolah, dalam hal ini kegiatan yang tidak diatur dalam kurikulum atau buku petunjuk pelaksanaan penyusun kalender pendidikan. Adapun

12 tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Suprapro (1990 : 9) adalah sebagai berikut : (1) Kegiatan ekskul harus dapat meningkatkan pengetahuan siswa yang beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor; (2) Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya membina pribadi menuju manusia seutuhnya yang positif; (3) Mengetahui, mengenal serta mengadakan hubungan antara siswa dengan yang lainya dan lingkup dari kegiatan yang dapat mendukung kegiatan intra dan kokurikuler. D. Pengertian Bakat Yusuf Hadisasmita (1996 : 54) menyatakan mengenai bakat bahwa : Bakat (aptitude) adalah dasar atau tanda-tanda yang dimiliki oleh seseorang. Pengertian bakat pada umumnya diartikan sebagai kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir yang merupakan potensi yang masih perlu untuk dikembangkan dan dilatih agar bakat itu dapat terwujud. Atau dapat juga diartikan bahwa bakat itu adalah kemampuan yang terpendam yang bersemayam dalam diri seseorang. Bakat berarti kemampuan dasar atau kemampuan bawaan sejak lahir. Artinya orang yang memiliki bakat tertentu sebenarnya ia telah mempunyai kemampuan tersebut sejak lahir. Bakat membuat orang mampu mengerjakan sesuatu kegiatan lebih gampang dengan hasil yang lebih baik daripada orang lain yang tidak mempunyai bakat. Bakat juga membuat orang lebih cepat mempelajari atau menguasai suatu keterampilan. E. Identifikasi Bakat Sebagian besar pengidentifikasian bakat dilakukan pada tingkat anak usia muda (yunior), meskipun kadang-kadang dilakukan pada tahun-tahun awal pada saat individu memasuki atlet senior. Proses pengidentifikasian atlet-atlet berbakat harus menjadi perhatian tiap cabang olahraga termasuk cabang olahraga karate. Tiap anak dapat belajar karate bernyanyi, dansa, mengecat

13 dan lain-lain, tetapi sangat sedikit yang dapat mencapai tingkat penguasaan yang tinggi. Demikian juga di dalam olahraga, pengidentifikasian bakat tersebut sangat penting untuk (1) menemukan calon atlet berbakat; (2) memilih calon atlet pada usia dini; (3) memonitor secara terus menerus; dan (4) membantu calon atlet menuju ke langkah penguasaan yang tertinggi. Ada dua paradigma yang muncul dalam memandu bakat olahraga. Pertama, bahwa tidak setiap anak memiliki bakat olahraga, sehingga hanya anak-anak tertentu yang memiliki potensi untuk dibina dan dikembangkan lebih lanjut. Kedua, bahwa setiap anak memiliki bakat dalam olahraga tertentu. Artinya anak akan dapat optimal berlatih dalam cabang olahraga tertentu dari sekian banyak cabang olahraga yang ada. Paradigma yang kedua ini tampaknya memberikan peluang yang lebih besar kepada anak agar dapat menemukan pilihan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya. Bompa (1990: 335) mengemukakan beberapa kriteria utama dalam mengidentifikasi bakat, yaitu (1) kesehatan; (2) kualitas biometrik; dan (3) keturunan; (4) fasilitas olahraga dan iklim; dan (5) ketersediaan ahli. Harre, Ed. (1982: 26) mengemukakan bahwa tujuan dari tahap penyaringan dan pemilihan adalah untuk menemukan dari sejumlah besar anak yang berkaitan dengan faktor-faktor prestasi utama. Penentuan faktor-faktor prestasi utama ini sangat penting bagi pengembangan lebih lanjut. Faktor-faktor ini merupakan indikator tingkat prestasi tertentu dan tingkat kecenderungan tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan faktor-faktor prestasi yang dapat diketahui dengan pasti tanpa terlalu banyak bekerja dan dapat diperoleh informasi yang diperlukan.

14 (1) Tujuan Identifikasi Bakat Tujuan utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang olahraga tertentu. Harre, Ed. (1982: 24) mengemukakan bahwa tujuan pengidentifikasian bakat adalah untuk memprediksi suatu derajat yang tinggi tentang kemungkinan apakah calon atlet akan mampu dan berhasil menyelesaikan program latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur secara pasti, melakukan tahap latihan selanjutnya. Makin awal anak menunjukkan kesesuaian latihan dengan kemampuan untuk belajar, maka makin berhasil ia dalam menyelesaikan program latihannya. Hal ini akan menyebabkan ia memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih sebelum mencapai usia prestasi puncak dan akan memiliki pengaruh yang berakhir positif pada latihannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penentuan bakat merupakan suatu proses penentuan kemampuan-kemampuan (pra -kondisi) prestasi, di mana anak harus memiliki kemampuan tersebut agar dapat mencapai tingkat prestasi yang tinggi dan harus menggunakan teknik-teknik diagnosis yang sesuai. (2) Metode Identifikasi Bakat Bloomfield, Ackland dan Elliot (1994: 268) menge -mukakan bahwa pengidentifikasian bakat dapat dilakukan dengan cara sederhana dan secara canggih. Bompa (1990: 334) mengemukakan dua metode dalam

15 mengidentifikasi bakat calon atlet, yaitu (1) seleksi alam; dan (2) seleksi ilmiah. a. Seleksi Alam (Cara Sederhana) Seleksi alam merupakan pendekatan yang normal, dan merupakan cara pengembangan alam dalam olahraga tertentu. Seleksi ini menganggap bahwa atlet mengikuti olahraga tertentu sebagai hasil dari pengaruh setempat, misalnya tradisi sekolah, harapan orang tua, atau teman sebaya. Dengan demikian evolusi prestasi atlet ditentukan oleh seleksi alam yang tergantung pada beberapa faktor. Oleh karena itu, pendekatan dengan seleksi alam ini seringkali berjalan lambat. Misalnya pelatih bola basket merekrut pemain dengan cara sederhana karena pemain tersebut memiliki postur tubuh yang tinggi, atau pelatih renang mengamati cara anak berdiri dengan memperhatikan bentuk telapak kaki. Berdasarkan pengalaman karena unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap prestasi di kemudian hari. b. Seleksi Ilmiah (Cara Canggih) Seleksi ilmiah adalah metode yang digunakan untuk memilih calon atlet yang memiliki potensi untuk dibina. Seleksi ini lebih sedikit memerlukan waktu untuk mencapai prestasi yang tinggi bila dibandingkan dengan metode seleksi alam. Untuk olahraga yang memerlukan persyaratan tinggi atau berat badan, misalnya bola basket, bola voli, sepakbola, nomor-nomor lempar dan sebagainya

16 perlu mempertimbangkan seleksi ilmiah. Demikian juga olahraga yang memerlukan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi, dan power, seperti lari cepat, judo, hoki, nomor-nomor lompat dan sebagainya. Melalui pendekatan seleksi ilmiah, kualitas-kualitas semacam itu akan dapat dideteksi. Dengan pengujian ilmiah, maka calon atlet yang berbakat secara ilmiah diseleksi atau diarahkan pada cabang olahraga tertentu. Pengidentifikasian bakat dengan cara canggih, lebih diorientasikan pada pendekatan ilmiah dengan disertai penyusunan suatu bateri tes yang komprehensif yang digunakan untuk menjaring calon atlet. F. Manfaat Identifikasi Bakat Bompa (1990: 334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam proses pengidentifikasian bakat memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1) menurunkan waktu yang diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi dengan menyeleksi calon atlet berbakat dalam olahraga tertentu, 2) mengeliminasi volume kerja, energi dan memisahkan bakat yang tinggi bagi pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang memiliki kemampuan yang tinggi, 3) meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam mencapai tingkat prestasi yang tinggi, 4) meningkatkan kepercayaan diri calon atlet, karena perkembangan prestasi tampak makin dramatis dibanding dengan atlet-atlet lain yang memiliki usia sama yang tidak mengalami seleksi, 5) secara tidak langsung mempermudah penerapan latihan. Bloomfield, Ackland dan Elliot (1994: 268) mengemukakan aspek -aspek positif program pengidentifikasian bakat, yaitu:

17 1) anak diarahkan ke cabang olahrga tertentu, yaitu secara fisik dan psikologis anak diarahkan pada cabang olahraga yang tepat atau cocok. Pada gilirannya memungkinkan anak memperoleh hasil yang baik dan menyenangi latihan serta lebih partisipatif, 2) karena hakikat dari program tersebut, maka kesehatan fisik dan keselamatan umum anak akan terjaga, 3) anak yang biasanya melakukan latihan yang dispesialisasi, didukung dengan baik oleh tim medis olahraga dan kadang-kadang oleh ahli psikologi, 4) administrator dari berbagai pemrograman pengidentifikasian bakat dikaitkan dengan kesempatan yang berkaitan dengan pekerjaan bagi atlet yang telah berakhir kariernya sebagai atlet dan mendapat pendidikan tambahan dengan kualitas yang tinggi atau latihan yang berkaitan dengan pekerjaan. G. Tahap Identifikasi Bakat Lembaga olahraga seharusnya memiliki program penyaringan yang canggih untuk menguji beberapa parameter yang berhubungan dengan atlet-atlet muda dan menyusun profil untuk tiap subjek yang bersifat umum. Blomfield, Ackland, dan Elliot (1994: 268-269) mengemukakan dua tahap dalam proses pengidentifikasian bakat, yaitu screening pengidentifikasian bakat umum; dan bakat khusus. Screening pengidentifikasian bakat umum, yaitu (1) status kesehatan; (2) faktor keturunan; (3) rentang waktu dalam olahraga; dan (4) kematangan. Adapun screening mengidentifikasi bakat khusus berkaitan dengan penyaringan kapasitas fisik, yang meliputi (1) bentuk tubuh; (2) komposisi tubuh; (3) proporsionalitas tubuh ; (4) kekuatan dan power; kelentukan; dan kecepatan. H. Karakteristik Atlet Bibit Unggul Karakteristik anak yang akan dijadikan atlet bibit unggul menurut Yusuf Kasasasmita (1996 : 60) antara lain memiliki :

18 (a) Tingkat atau derajat atau mutu (kualitas) baw aan sejak lahir, (b) Bentuk tubuh (postur tubuh) yang baik, sesuai dengan cabang olahraga yang diminati, (c) Fisik dan mental yang sehat, (d) Fungsi organ-organ tubuh yang baik seperti jantung, paru-paru, otot, syaraf dan lain-lain (e) Kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi, daya ledak dan sebagainya, (f) Penyesuaian yang cepat dan tepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman yang baru, (g) Sifat-sifat kejiwaan (karakter) bawaan sejak lahir yang dapat mendukung terhadap pencapaian prestasi yang prima, (h) Kegemaran untuk berolahraga. I. Tes Pemanduan Bakat Diadopsi dari Jerman, terdiri dari 7 (tujuh) item tes yang mengetes kemampuan bakat. Antara lain : 1. Flesibilitas Kelentukan menurut Harsono (2000: 132) yaitu kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cedera pada persendian dan otot disekitar persendian itu. Pelaksanaan tes : Testee berdiri menyandar di dinding/tembok tegak lurus, pandangan ke depan dan kedua kaki dirapatkan Ukur tinggi badan testee Testee diharuskan mengambil posisi jongkok dengan kedua tumit tidak boleh terangkat Berhenti saat tumit terangkat dari permukaan lantai Ukur perbedaan tinggi badan saat berdiri atau menyandar di tembok dengan posisi jongkok (tumit tidak boleh terangkat). Revetisi dan nilai skor dapat di lihat pada tabel 1.

19 2. Koordinasi Umum Koordinasi menurut Harsono (1988:219) adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Borrow dan Mc Gee (1979) dalam Harsono (1988:219) bahkan menambahkan bahwa dalam koordinasi termasuk juga agilitas, keseimbangan dan kinesthetic sense. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan gerak motorik. Pelaksanaan tes : Melakukan roll depan dilanjutkan dengan berjalan di garis lurus sepanjang 5 meter. Pada akhir roll testee berdiri dan berjalan tanpa hilang keseimbangan pada garis lurus sejauh 5 meter Testee berjalan tidak boleh keluar dari garis Catat jarak yang dapat ditempuh oleh testee tanpa hilang keseimbangan Revetisi dan nilai skor dapat di lihat pada table 1. 3. Kecepatan Akselerasi Kecepatan menurut Harsono (1988:216) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tes ini bertujuan untuk mengukur serabut otot putih yang sangat dominan untuk kecepatan akselerasi, dimana atlet berlari secepat mungkin di lintasan.

20 Pelaksanaan tes : Pada saat aba-aba dibunyikan testee berlari secepat mungkin dengan jarak tempuh 40 meter Waktu diambil saat bunyi aba-aba dan berhenti saat testee masuk garis finish. Revetisi dan skor nilai dapat dilihat pada table 1. 4. Ketepatan atau Akurasi Tes ini bertujuan untuk mengukur koordinasi gerak dimana atlet berdiri melempar bola tenis dari belakang garis 6 meter dari lingkaran yang digantungkan dengan garis tengah 50 Cm. Pelaksanaan tes : Testee berdiri di belakang garis batas untuk melemparkan bola Testee melemparkan bola kearah lingkaran Testee diberi kesempatan melempar 5 bola tenis kearah lingkaran Poin diambil hanya pada bola yang masuk lingkaran Nilai skor dapat dilihat pada tabel 1 5. Vertical Jump Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot kearah atas atau vertical. Perlengkapan tes : Papan bermeteran yang di pasang di dinding dengan ketinggian dari 150 cm hingga 350 cm, tingkat ketelitian hingga 1 cm

21 Bubuk kapur Dinding sedikitnya setinggi 365 cm Pelaksanaan tes : Testee berdiri menyamping arah dinding, kedua kaki rapat, telapak kaki menempel penuh di lantai, ujung jari tangan yang dekat dinding dibubuhi bubuk kapur. Satu tangan testee yang dekat dinding meraih keatas setinggi mungkin, kaki tetap menempel di lantai, catat tinggi raihannya pada bekas ujung jari tengah. Testee melompat ke atas setinggi mungkin dan menyentuh papan. Catat tinggi loncatannya pada bekas ujung jari tengah. Tidak boleh melakukan awalan ketika akan meloncat ke atas. Revetisi dan nilai skor dapat dilihat pada tabel 1. 6. Horizontal Power Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan daya ledak otot kearah depan. Pelaksanaan tes : Testee berdiri di belakang garis lapangan lompat yang disediakan Testee melakukan 3 kali lompatan serong ke kanan,kiri dan lompat dengan sudut 45 0 Diukur jarak total hasil lompatan

22 Hasil dicatat dengan satuan meter dari garis start hingga hasil tolakan terakhir. Revetisi dan nilai skor dapat dilihat pada tabel 1. 7. Kemampuan Aerobik Ismayati (2006:76) mengemukakan tentang aerobik, yaitu : Daya tahan, pada banyak kegiatan fisik seperti sepakbola, bola basket, lari jarak jauh, renang, bersepeda dan sebagainya, dibatasi oleh kapasitas sistem sirkulasi (jantung, pembuluh darah dan darah) dan sistem respirasi (paru) untuk menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja dan mengangkut limbah dari otot-otot tersebut. Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai daya tahan kardiorespirasi, daya tahan kardiovaskular atau daya tahan aerobik. Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan umum terutama cardio vasculer, tes ini merupakan akhir dari rangkaian tes sebelumnya. Pelaksanaan tes : Start diikuti oleh 12 testee Testee berdiri di belakang garis start Dengan aba-aba siap testee siap dengan start berdiri Dengan aba-aba ya testee segera berlari secepat-cepatnya dengan menempuh jarak yang telah ditentukan yaitu 800 m untuk putra dan 600 m untuk putri. Timer mematikan waktu pada saat tubuh testee melewati garis finish/akhir.