BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat persaingan di dalam dunia bisnis memaksa. perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitive untuk terus

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Teori Agensi adalah hubungan antara pemilik (principal) dan manajer

TEORI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS. RMK Pertemuan 13 MANAJEMEN LABA OLEH: NI MADE KUSUMA AYUNI (32) PROGRAM EKSTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk mempertahankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. melakukan hal yang terbaik bagi kepentingan pribadinya. Teori ini menjelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang. pihak, baik principal selaku pemegang saham maupun agent selaku

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. iklim investasi. Emiten ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke saham

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB I PENDAHULUAN. Assih dan Gudono, 2000:36). Laporan keuangan juga merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena baik buruknya kinerja perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB V PENUTUP. Dari total populasi penelitian 119 perusahaan hanya 35 perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional perusahaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu bangsa diiringi dengan peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II LANDASAN TEORI. yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun eksternal investor, kreditur dan pemerintah (Olivia, 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan


BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menganalisis faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Perataan laba merupakan salah satu cara yang digunakan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I : PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan bagi investor di pasar modal. Salah satu sumber informasi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada laporan laba rugi (Saidi dalam Christian, 2011). Manajer

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

MANAJEMEN LABA MAKALAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi. Disusun oleh : Kelompok 2

Skripsi Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja manjemen. Dalam laporan keuangan biasanya

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Earnings Management (Manajemen Laba) II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba) Adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan agen, perbedaan ini terjadi karena kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan dengan perubahan kemakmuran pemegang saham, sehingga manajer cenderung untuk mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Kecenderungan tersebut membuat praktek manajemen laba sering dilakukan oleh manajemen. Menurut Belkaoui (2006:74) manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk "memanipulasi" pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan. Menurut Kieso (2010:161) mendefinisikan Earnings management sebagai perencanaan waktu pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian untuk mengurangi gejolak laba. Menurut Sulistyanto (2008:47), Manajemen laba merupakan suatu upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. 13

II.1.2 Motivasi Manajemen Laba Kebijakan akuntansi yang memberi kebebasan kepada manajemen dalam memilih dan menetapkan metode-metode akuntansi menjadi dasar utama untuk melakukan manajemen laba. Ada beberapa motivasi yang mendorong melakukan manajemen laba. Scott (2000) dalam Riduwan (2011:6), menyebutkan berbagai motivasi mengapa perusahaan, dalam hal ini manajer, melakukan manajemen laba, yaitu: Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott (2000) dalam Riduwan (2011:6) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu: 1. Bonus Purposes (Rencana Bonus) Para manajer yang berkerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. 2. Debt Convenant (Kontrak Utang Jangka Panjang) Menyatakan bahwa semakain dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. 3. Political Motivation (Motivasi Politik) Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode 14

kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. 4. Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan) Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkanya. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. 5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer) Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berkahir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. 6. Initial Public Offering (Penawaran Saham Perdana) Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang akan dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputuan yang dibuat oleh para investor maka manajeer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. 15

II.1.3 Pola Manajemen Laba Menurut Scott (2000) dalam Aryanti (2009:58) dapat dapat dilakukan dengan empat pola manajemen laba, yaitu: 1. Taking a Bath Pola taking a bath ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO (Chief Executive Officer) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. 2. Income Minimazation Pola income minimization dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode sebelumnya. 3. Income Maximization Pola income maximization dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. 4. Income Smoothing Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena investor pada umumnya cenderung lebih menyukai perusahaan dengan laba yang stabil untuk berinvestasi. Perusahaan dengan laba yang stabil dianggap lebih mampu bertahan menghadapi masalah-masalah yang ada dibandingkan dengan perusahaan yang fluktuasi labanya tinggi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu manajer akan berusaha untuk membuat laba perusahaan yang dikelolanya 16

menjadi terlihat stabil yaitu dengan melakukan perataan laba. Dalam debt covenant semakin berfluktuasi laba bersih yang dilaporkan, semakin besar kemungkinan terjadi pelanggaran atas kontrak pinjaman. Untuk mengurangi volatilitas laba bersih, manajemen lebih menyukai meratakan (smooth) rasiorasio hutangnya. Perusahaan juga mungkin meratakan laba bersihnya untuk pelaporan eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan, yang dapat menurunkan cost of capital perusahaan. II.2 II.2.1 Income Smoothing (Perataan Laba) Definisi Income Smoothing (Perataan Laba) Menurut Belkaoui (2006:73) definisi awal mengatakan bahwa perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ke tahun yang tinggi pendapatannya ke periodeperiode yang kurang menguntungkan. Definisi yang lebih akhir mengenai perataan laba melihatnya sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut. Menurut Prasetio et al. (2002:48) menyatakan bahwa perataan laba adalah tindakan sukarela manajemen yang dimotivasi oleh aspek-aspek lingkungan di dalam perusahaan dan lingkunganya. 17

Sedangkan Menurut Kustiani dan Ekawati (2006:56) menyebutkan bahwa perataan laba adalah proses manipulasi suatu laporan keuangan agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil. Perataan laba (income smoothing) menurut Zuhroh (1996) dalam Herni dan Sutanto (2008:303) adalah cara yang digunakan oleh manager untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun melalui transaksi. Berdasarkan beberapa pngertian di atas dapat disimulasikan bahwa income smoothing adalah suatu tindakan yang disengaja untuk menyakinkan bahwa laba perusahaan adalah stabil. II.2.2 Teknik - teknik Perata Laba Sugiarto (2003) menjelaskan berbagai teknik yang digunakan dalam perataan laba adalah sebagai berikut: 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals). Misalnya pada biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 18

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu Manajer memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan nonoperasi sulit untuk didefinisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Dan hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu. II.2.3 Tipe Perataan Laba Menurut Ayres (1994) dalam Narsa, dkk. (2003) mengungkapkan 3 faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik perataan laba, yaitu: 1. Manajemen akrual (accruals management) Faktor ini biasa dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contohnya: dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan, menganggap biaya sebagai suatu tambahan investasi. 2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi (adoption of mandatory accounting changes) Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, yaitu: antara menerapkan lebih awal dari waktu yang diterapkan atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut. Para manajer tentu akan memilih menerapkan 19

kebijaksanaan akuntansi bila dengan penerapan tersebut dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan. 3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes) Faktor ini berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih dan tersedia serta diakui oleh badan akuntansi yang ada. Contohnya : penggantian metode FIFO ke LIFO atau sebaliknya, mengubah metode penyusutan aktiva dari metode garis lurus ke metode yang dipercepat atau sebaliknya. II.3 Indeks Eckel Penggunaan indeks Eckel dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa indeks tersebut objektif dan berdasarkan perhitungan statistik dengan suatu cut off yang jelas antara perata laba dan tidak perata laba. Selain itu metode ini telah berhasil digunakan dengan baik untuk mengindikasikan perusahaan sebagai perata laba dan tidak perata laba dengan sampel yang berbeda-beda. Menurut Narsa dkk. (2003) bahwa model Eckel ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya : 1. Objektif dan didasarkan pada perhitungan statistik yang dapat memisahkan dengan jelas antara perusahaan yang melakukan perataan laba dan tidak melakukan perataan laba. 2. Tidak tergantung pada prediksi laba, pembuatan model-model yang diperlukan untuk menetapkan laba yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan 20

subjektif lainnya. Biasanya model-model pengharapan sulit dilakukan dan menghasilkan kesimpulan yang mengandung kesalahan. 3. Indeks ini mengukur perata laba dengan cara merata-rata pengaruh beberapa variabel perata dan diperlukan waktu lebih dari satu periode. II.4 Penelitian yang Relevan Dalam penelitiannya di Singapura, Ashari, et al. (1994) berhasil membuktikan adanya praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Singapore Stock Exchange. Ashari et al. (1994) menguji empat faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu ukuran perusahaan (total aktiva), profitabilitas, jenis industri dan nasionalisasi kepemilikan (kebangsaan). Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas, jenis industri dan nasionalisasi kepemilikan (kebangsaan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan (total aktiva) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik perataan laba. Di indonesia penelitian yang sama tentang praktik perataan laba juga telah banyak dilakukan. Jin dan Machfoedz (1998) menggunakan ukuran perusahaan (total aktiva), profitabilitas (return on asset), sektor industri dan financial leverage sebagai faktorfaktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Dari 53 perusahaan yang go public (34 perusahaan manufaktur dan 19 lembaga keuangan selama tahun 1993-1996 terhadap 74 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Faktor-faktor yang diteliti adalah ukuran perusahaan (nilai pasar saham), net profit margin, kelompok usaha dan winner/losser stock. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata keempat faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. 21

Di Surabaya Narsa, dkk (2003) menggunakan 129 perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya selama tahun 1994-2000 untuk menguji apakah faktor ukuran perusahaan, profitabilitas (net profit margin) dan financial leverage mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas (net profit margin) mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Yusuf dan Soraya (2004) meneliti empat faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu ukuran perusahaan (total aktiva), profitabilitas (return on asset), leverage operasi dan status perusahaan. Sebanyak 30 perusahaan (14 perusahaan asing dan 16 perusahaan non asing) yang telah melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta diteliti selama tahun 1998-2001 dan hasil penelitian menunjukan bahwa hanya leverage operasi yang mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan (total aktiva), profitabilitas (return on asset) dan status perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Sebanyak 54 perusahaan manufaktur dan industri perbankan/ lembaga keuangan lainya yang terdaftar di Bursa Efek Surabya diteliti oleh Juniarti dan Carolina (2005). faktor-faktor yang diteliti dalam tahun 1994-2001 (tidak termasuk tahun 1997 dan 1998) adalah ukuran perusahaan, profitabilitas (return on asset) dan sektor industri. Hasil penelitian tidak berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas (return on asset) dan sektor industri mempengaruhi praktik perataan laba. Dwimulyani dan Abraham (2006) juga melakukan penelitian terhadap 51 perusahaan selama tahun 2000-2003. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada 22

satupun dari faktor ukuran perusahaan (nilai pasar saham), profitabilitas (net profit margin) dan winner/losser stock yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Gumanti dan Singgih (2006) pada tahun 2000-2001. Dengan sampel sebanyak 109 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta membuktikan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta membuktikan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan dan pertumbuhan aset tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba. Faktor yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba adalah perubahan penjualan dan profitabilitas (return on asset). II.5 Hipotesis Penelitian Pengertian hipotesis menurut Narimawati (2008:20) adalah sebagai berikut: 1. Merupakan ungkapan berupa jawaban sementara atas masalah penelitian yang di turunkan dari kerangka pemikiran. 2. Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris melalui suatu analisis (berdasarkan data dilapangan). 3. Kesimpulan yang sifatnya masih sementara perlu di uji secara empiris melalui suatu analisis (berdasarkan data dilapangan). II.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Income Smoothing Murtanto (2004) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba di bandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar 23

di teliti dan di pandang lebih keritis oleh para investor. Sedangkan menurut Moses (1987) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba di bandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan-perusahaan besar menjadi subjek ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. Oleh karena itu peneliti menduga bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi besaran perataan laba. Jika tindakan perataan laba tersebut oportunis maka semakin besar perusahaan maka semakin kecil tindakan perataan laba. Jika tindakan perataan laba efisien maka semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tindakan perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang di ajukan adalah sebagai berikut: Ha 1 : Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara positif terhadap tindakan perataan laba. II.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Income Smoothing Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan di terima dalam bentuk deviden (Sartono,2001:130). Menurut Archibalt (1967) bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah cenderung melakukan perataan laba. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Ashari et al. (1994) yang membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki profitabilitas lebih rendah daripada perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. 24

Oleh karena itu peneliti menduga bahwa profitabilitas mempengaruhi tindakan perataan laba. Jika tindakan perataan laba tersebut oportunis maka semakin tinggi profitabilitas semakin kecil tindakan perataan laba. Jika tindakan perataan laba efisien maka semakin tinggi profitabilitas semakin tinggi tindakan perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesi yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha 2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh secara positif terhadap tindakan perataan laba. II.5.3 Pengaruh Financial Leverage terhadap Income Smoothing Financial leverage (leverage keuangan) menurut Keown, et al (2000:496) adalah Pembiayaan sebagian dari asset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi pemegang saham. Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Financial leverage menunjukan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan menggangu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangak panjang. Hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar. Hutang yang besar menyebabkan faktor resiko yang semakin meningkat. Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesi yang diajukan adalah sebagai berikut: 25

Ha 3 : Financial Leverage mempunyai pengaruh secara positif terhadap tindakan perataan laba. II.5.4 Pengaruh Return on Assets terhadap Income Smoothing Return on Assets (ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Perusahaan yang mempunyai ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu kemampuan untuk mendapatkan laba di masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba (Assih dkk.,2000). Perubahan ROA menunjukan perubahan kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan ROA menunjukan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba. Hal ini mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi resiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan demikian, semakin besar perubahan ROA maka semakin besar kemungkinan manajemen melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesi yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha 4 : Return on Assets mempunyai pengaruh secara positif terhadap tindakan perataan laba. 26

II.5.5 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Income Smoothing Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Menurut Salno dan Baridwan (2000) net profit margin di duga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan. Penggunaan net profit margin juga di dukung oleh penelitian Beattie et al (1994), Ronen dan Sadan (1975), yang meneliti berbagai instrumen laporan keuangan untuk meratakan penghasilan. Net Profit Margin atau margin penghasilan bersih ini diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena secara logis margin ini berkait langsung dengan obyek perataan laba. Pemilihan NPM sebagai variabel independen juga didukung oleh hasil penelitian Beatie, dkk 1994 yang menginvestigasi penggunaan berbagai instrumen laporan keuangan, seperti metode depresiasi, perubahan kebijakan penghasilan. Secara logis, NPM dapat merefleksi motivasi manajer untuk meratakan penghasilan akuntansi, dan extraordinary items untuk meratakan penghasilan. Secara logis, NPM dapat merefleksi motivasi manajer untuk meratakan penghasilan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesi yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha 5 : Net Profit Margin mempunyai pengaruh secara positif terhadap tindakan perataan laba. 27