BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Literatur Tinjauan literatur merupakan pembahasan teori-teori yang menjadi dasar dalam penelitian. II.1.1 Risiko Saham Pada umumnya dalam setiap alternatif investasi baik investasi besar maupun kecil mempunyai risiko. Risiko sendiri menggambarkan tingkat pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Menurut Husnan (2009:50) dalam melakukan suatu investasi, tingkat keuntungan yang diperoleh tidaklah pasti. Dalam keadaan seperti itu para pemodal hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertetu (expected return). Menurut Jones (2004:142) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan yang diterima menyimpang dari yang diharapkan. Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, maka semakin besar risiko yang akan ditanggung. Berdasarkan definisi tadi maka seorang investor haruslah dapat 11
mengukur besarnya risiko suatu investasi yang dilakukan agar dapat mengurangi kerugian. Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total (Husnan, 2009:161). Umumnya risiko sistematis berasal dari faktor-faktor yang secara sistematik mempengaruhi perusahaan seperti kondisi perekonomian dan kondisi politik, baik nasional maupun internasional yang mempengaruhi semua perusahaan dibursa suatu negara. Ukuran dari risiko yang sistematis disebut juga dengan koefisien beta (β), yaitu ukuran yang menujukkan kepekaan tingkat keuntungan individual (individual return) suatu saham terhadap perubahan tingkat keuntungan indeks pasar (market return). Risiko tidak sistematis bersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian lain yang unik bagi perusahaan. karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Penjumlahan dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik disebut dengan risiko total (total risk). Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1. 12
Deviasi Standar Risiko total Risiko tidak sistematik Gambar 2.1. Risiko Saham (Husnan, 2009:162) Risiko sistematis Jumlah sekuritas Beta suatu saham sebagai risiko sistematis mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) saham tersebut. Hubungan beta saham dengan required rate of return saham dapat dilihat dengan beberapa pendekatan: 1. Model Indeks Tunggal Dengan menggunakan data time series, beta saham dapat dihitung melalui hubungan fungsional (regresi linier) antara excess return of stock sebagai variabel dependent dan excess return of market portfolio (indeks pasar) sebagai variabel independent. Hubugan fungsional tersebut dikenal sebagai model indeks tunggal atau market model. Seperti pada persamaan (2.1). Ri = α + βi (Rm) e...(2.1) 13
Keterangan: Ri adalah tingkat keuntungan saham i α adalah konstanta βi adalah risiko sistematis (beta) saham i Rm adalah tingkat keuntungan saham e adalah error 2. Capital Assets Pricing Model Capital assets pricing model (CAPM) merupakan salah satu model keseimbangan. Dengan menggunakan model ini memungkinkan untuk menentukan pengukuran risiko, relevan dan bagaimana hubugan antara risiko untuk setiap aset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Dalam model ini faktor risiko diukur dengan beta. Karena nilai suatu aktiva tergantung antara lain terhadap keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan risiko yang akan dihadapi. Seperti pada persamaan (2.2).... (2.2) Keterangan: R it adalah return saham perusahaan ke-i pada bulan ke-t R ft adalah return aktiva bebas risiko R mt adalah indeks pasar pada bulan ke-t 14
β i adalah beta untuk masing-masing perusahaan ke-i II.1.2 Beta Saham Menurut Hartono (2010:375) Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio reltif terhadap resiko pasar. Sedangkan definisi Volatilitas, menurut Hartono (2010:365) Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-reurn suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode tertentu. Husnan (2009:166) mendifinisikan kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubaha pasar biasa disebut sebagai beta investasi. Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung beta portofolio, maka beta masingmasing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Beta tidak lain 15
merupakan koefesien regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan keuntungan portofolio pasar (excess return of market portfolio), dan keuntungan suatu saham (excess return of stock). Kalau digambarkan akan seperti Gambar 2.2. Excess return suatu saham β > 1 β = 1 β < 1 Excess return Portofolio pasar Gambar 2.2. Beta Saham (Husnan, 2009:166) Beta suatu saham yang ditunjukkan dari kemiringan garis yang menunjukkan hubungan excess return of market portfolio dengan excess return of stock. Karena koefisien regresi tidak lain adalah kemiringan garis tersebut maka semakin besar beta suatu saham, semakin curam kemirigan garis yang terdapat dalam gambar (dimana sumbu tegak adalah excess return of a stock dan sumbu datar adalah excess return of market portfolio) (Husnan, 2009: 166). 16
II.1.3 Mengestimasi Beta Beta perusahaan dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selajutnya dapat digunakan untuk mengestimasi Beta masa datang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar, data akuntansi, dan data fundamental. Beta yang dihitung dengan data pasar disebut Beta pasar. Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut Beta akuntansi dan Beta yang dihitung dengan data fundamental disebut Beta fundamental. (Hartono,2010: 376) 1) Beta Pasar Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertetu. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi. 2) Beta Akuntansi Beta akuntansi dapat diestimasi dengan data akuntansi seperti laba akuntansi. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama dengan Beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan data laba akuntansi. 17
3) Beta Fundamental Beta fundamental diestimasi dengan menggunakan variabel fundamental. Variabel-variabel yang dipilih merupakan variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan pengukur dari risiko. Beaver, Kettler, dan Scholes menggunakan 7 macam variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental. Walaupun variabelvariabel tersebut secara umum dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak semuanya berhubungan dengan risiko. a) Dividend Payout Dividend payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Pada perusahaan yang mempunyai risiko tinggi, perusahaan lebih memilih membayar dividen payout lebih kecil karena dengan begitu perusahaan tidak perlu memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba menurun adalah tinggi. Dengan begitu dapat disimpulkan terdapat hubungan negatif antara risiko dengan dividend payout, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah. 18
b) Asset Growth Asset growth didefinidikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta. c) Liquidity Likuiditas diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan Beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya. d) Asset Size Asset size diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan risiko. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga dianggap mempunyai Beta yang lebih kecil. e) Earning Variability Variabilitas laba diukur dengan nilai deviasi standar dari PER (Price Earning Ratio) atau rasio P/E (harga saham dibagi laba perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko 19
perusahaan, sehingga hubungan antara vairabel ini dengan Beta adalah positif. f) Accounting Beta Beta akunansi diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks laba pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar. Karena beta akuntansi dan beta pasar keduanya pengukur risiko yang sama, maka diprediksi keduanya mempunyai hubungan yang positif. II. 2 Penelitian Terdahulu Studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pernah diteliti oleh Zion dan Shalit (1975) dengan judul Size, Leverage, and Devidend Record as Determinant of Equity Risk yang menghasilkan bahwa semua faktor tersebut berpengruh terhadap risiko sistematis. Hidayat (2001) juga pernah melakukan penelitian yang serupa yang menghasilkan financial laverege dan earning variability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis. Sedangkan Sufiyati dan Ainun Na im (1998) meneliti pengaruh leverage operasi, leverage finansial dan ukuran perusahaan terhadap beta yang menghasilkan bahwa ukuran menpunyai pengaruh positif yang signifikan 20
tehadap beta saham, sedangkan faktor lainnya tidak berpengaruh konsisten terhadap beta saham. Hadianto dan Tjun (2009) meneliti pengaruh leverage operasi, leverage keuangan, dan karakteristik perusahaan terhadap risiko sistematik saham yang memperoleh hasil leverage operasi dan leverage keuangan sama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik saham. Al-Qaisi (2011) juga pernah meneliti hal serupa yng memperoleh hasil size dan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Iqbal dan Ali Shah (2012) dan memperoleh hasil liquidity, operating efficiency, profitability, firm size, market value of equity, serta dividend payment mempunyai pengaruh signifikan. Suseno (2009) juga melakukan penelitian serupa dan memperoleh hasil hanya beta akuntansi dan curent ratio yang mempunyai pengaruh signifikan. Dapat dilihat pada tabel 1.1. 21
Tabel 1.1 Review Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Masalah Variabel penelitian Hasil penelitian 1 Ben-Zion Size, leverage, dividend dan Shalit record, risiko saham 2 Sufiyanti dan Na'im 1975 Size, leverage, dan dividend record sebagai faktor penentu atas risiko saham 1998 Pengaruh leverage operasi dan leverage finansial terhadap risiko sistematik saham 3 Hidayat 2001 Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko sistematik saham perusahaan 4 Bram Hadianto dan Lauw Tjun Tjan 5 Yustiantomo Budi Suseno 6 Khaldoun M. Al-Qaisi 7 Muhammad Junaid Iqbal dan Dr. Syed Zulfiqar Ali Shah2 Sumber: Ringkasan Jurnal-Jurnal 2009 Pengaruh leverage operasi, leverage keuangan, dan karakteristik perusahaan terhadap risiko sistematik saham 2009 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Beta Saham 2011 The Economic Determinants of Systematic Risk in the Jordanian Capital Market 2012 Determinants of systematic risk Leverage operasi, leverage finansial, ukuran, jenis industri, beta saham Financial leverage, likuidity, asset growth asset size, operating leverage, earning variability, beta saham Leverage operasi, leverage keuangan Operating leverage, asset growth, beta akuntansi, current ratio, asset size, earning variability Size, financial leverage,operating leverage, dividend yields, market capitalization, betweeninflation rate, between Liquidty,leverage,operating efficiency, profitability,firm size,growth,dividend payout,market value of equity Size, leverage, dan devidend record berpengaruh terhadap risiko saham Ukuran berpengaruh positif signifikan terhadap beta, sedangkan faktor lain tidak berpengaruh signifikan Financial leverage dan earning variability berpengaruh signifikan terhadap beta Leverage operasi dan leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan Beta akuntansi dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap beta saham Size dan financial leverage berpengeruh signifikan terhadap beta Liquidty, operating efficiency, profitability, firm size, dividend payout, market value of equity 22
II.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Dalam melakukan suatu investasi, investor akan dihadapkan pada ketidakpastiaan atau risiko. Investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh dalam melakukan suatu investasi. Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penelitian ini menganalisis pengaruh size, financial leverage, dan fixed assets turnover terhadap risiko sistematis (β). Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka kerja teoritis yang akan menjadi arahan dalam melakukan pegumpulan dan pengolahan data serta analisisnya. Seperti pada Gambar 2.3. Size Financial Leverage Ratio Beta Saham Fixed Asset Turnover Gambar 2.3 Ikhtisar Pemikiran Teoritis 23
II.3.1 Pengaruh Size Terhadap Beta Saham Variabel ini diprediksi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap risiko. Size perusahaan bisa didasarkan pada total penjualan. Pemilihan total penjualan sebagai size perusahaan karena investor tidak jarang melihat total penjualan perusahaan sebagai perkiraan besar kecil atau maju tidaknya suatu perusahaan. Dengan keadaan dan semua gejala yang terjadi pada tahun 2011, ingin mengetahui apakah mempengaruhi hubungan size yang didasarkan pada total penjualan tetap mempunyai hubungan negatif dengan risiko saham perusahaan. Ukuran yang didapat dari total penjualan ini merupakan seluruh pejualan yang dilakukan perusahaan. Total penjualan yang dihasilkan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan aktivitas usaha. Total penjualan mencerminkan pertumbuhan perusahaan yaitu dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Semakin baik penjualan suatu perusahaan berarti semakin baik perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya, serta hal itu merupakan salah satu indikator yang menjadi daya saing perusahaan dalam suatu industri. Penelitian Zion dan Shalit (1975) mendapatkan hasil bahwa size berpengeruh secara negatif terhadap beta saham. Penelitian serupa juga dilakukan Hidayat (2001) dan memperoleh hasil yang sama. Total penjualan yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan telah mapan dan makin besar keuntungan yang diperolehnya. Perusahaan yang besar 24
diasumsikan memiliki risikoyang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar mempunyai akses yang lebih ke pasar modal sehingga memiliki risiko yang kecil. Hal ini menandakan bahwa nilai size diprediksi akan mempunyai hubungan negatif denga beta saham. Hipotesis 1: Size berpengaruh negatif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45 II.3.2 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Beta Saham Menurut Sartono (2001:263) Financial leverege adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan financial leverage bertujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, akibatnya dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil. Financial leverage menguntungkan kalau pendapat yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besat dari padapada beban tetapnya, begitupun sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan maka semakin tinggi risiko financialnya. Penelitian Hidayat (2001) menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh secara positif terhadap beta saham. 25
Secara umun Financial leverage adalah proporsi penggunaan utang oleh perusahaan sebagai modalnya atau menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Financial leverage yang semakin tinggi sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka utang yang dimiliki akan semakin besar. Jika utang makin besar maka interest expense semakin besar yang membuat degree of financial leverage (DFL) makin besar, hal ini menunjukkan risiko keuangan perusahaan yang semakin besar. Degree of financial leverage sendiri adalah earning before interest and tax dibandingkan dengan earning before tax, yang berarti jika DFL semakin besar maka nilai interest expense suatu perusahaan semakin besar. Interest expense yang semakin besar menandakan total utang perusahaan yang semakin besar pula. Untuk penelitian digunakan leverage ratio yaitu total utang dibagi dengan total aktiva. Makin tinggi utang maka makin besar leverage ratio. Selanjutnya makin besar leverage ratio makin besar pula risiko keuangan perusahaan yang menyebabkan beta makin meningkat. Semakin besar risiko keuangan menunjukkan risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi ataupun sebaliknya. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis dua. Hipotesis 2 : Financial leverage berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45 26
II.3.3 Pengaruh Fixed Asset Turnover Terhadap Beta Saham Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2007:566) aktiva tetap adalah sumber daya yang memiliki tiga karakteristik: memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas), digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual ke konsumen. Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi yaitu semua aktiva berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa. Menurut Munawir (2004:240), mengemukakan bahwa Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) yaitu rasio antara penjualan dengan aktiva tetap bersihnya. Sedangkan menurut Sartono (2002; 120), menjelaskan bahwa perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio ini menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor dalam menunjang penjualan perusahaan. Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap neto pada suatu perusahaan. Perusahaan yang dapat memanfaatkan aktiva tetapnya secara baik akan menghasilkan fixed asset turnover yang semakin kecil. Degree of operating leverage (DOL) adalah perbadingan antara penjualan dikurang biaya variabel di bagi dengan earning before interest and tax. Earning before iterest and tax salah satunya dipengaruhi oleh besar fixed cost. Makin besar fixed cost karena penggunaan fixed asset maka makin besar 27
DOL, yang berarti makin besar risiko bisnis perusahaan. Sebagai contoh, perusahan dengan capital intensive (padat modal) mempunyai risiko bisnis lebih besar dari pada perusahaan dengan laba intensive (padat karya). Perusahaan capital intensive menggunakan fixed cost relatif besar, namun variable cost relatif rendah, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian akan dipergunakan FATO. Makin tinggi FATO, makin besar fixed cost relatif terhadap variable cost. Hal ini menunjukkan risiko bisnis yang lebih besar dan akan menaikkan beta perusahaan. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis tiga. Hipotesis 3 : Fixed asset turnover berpengaruh positif terhadap beta saham perusahaan yang tergabung dalam LQ45 28