BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah sendiri sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, dan transparan. Menurut Mardiasmo (2006), akuntabilitas diartikan sebagai bentuk kewajiban memberi pertanggungjawaban atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran dalam media pertanggungjawaban secara periodik. Media pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pertanggungjawaban selama 1 tahun anggaran, yaitu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat umum oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah adalah laporan keuangan yang harus disesuaikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Hal ini tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sehingga diperoleh laporan keuangan yang lebih akuntabel dan lebih berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas adalah salah satu indikator tata kelola pemerintahan yang baik. Laporan keuangan yang berkualitas memiliki

karakteristik, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010. Penilaian atas laporan keuangan pemerintah dilakukan oleh BPK setelah memeriksa laporan keuangan dengan mengeluarkan pernyataan berupa opini. Hasil penilaian BPK dinyatakan dalam 4 opini, yaitu Wajar tanpa Pengecualian (WTP) termasuk Wajar tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (WTP- DPP), Wajar dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK Tahun 2014 yang dilakukan atas 504 LKPD (93,51%) dari 539 pemerintah daerah yang wajib menyusun laporan keuangan memberikan hasil yang bervariasi yang disajikan pada Tabel 1.1. Capaian LKPD ini berada di bawah target RPJMN 2010 sampai dengan 2014 yang menetapkan opini WTP untuk seluruh LKPD Tahun 2014 dan sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2004. Pengaruh pemberian opini ini sangat kuat dalam pemberian gambaran tentang pemerintah daerah. No. Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPD Tahun 2014 Opini BPK WTP WDP TW TMP LKPD % LKPD % LKPD % LKPD % 1. 251 49,80 230 45,64 4 0,79 19 3,77 Sumber: IHPS I BPK RI Tahun 2015 Penjelasan kewajaran terhadap informasi laporan keuangan disajikan atas dasar kriteria opini sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Kriteria opini tersebut, yaitu kesesuaian dengan SAP, pengungkapan yang cukup,

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Iktisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2015 disusun memenuhi Pasal 18 UU No. 15 Tahun 2004 dengan temuan 15.434 permasalahan, yaitu 7.544 permasalahan (48,88%) kelemahan SPI dan 7.890 (51,12%) permasalahan ketidakpatuhan dari 10.154 temuan. Hal ini juga diperkuat dalam Pasal 12 UU No. 15 Tahun 2004, dalam rangka pemeriksaan keuangan, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam pemeriksaan BPK Tahun 2014 yang memperoleh opini WTP- DPP. Opini laporan keuangan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu WDP menjadi WTP-DPP yang disajikan pada Tabel 1.2. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh entitas telah melaksanakan perbaikan atas kelemahan-kelemahan LKPD tahun sebelumnya. Hal ini masih perlu ditingkatkan untuk mencapai opini WTP. Kelemahan LKPD ini karena penyimpangan SAP yang tidak material atas penyajian akun-akun dalam laporan keuangan dan penerapan perundang-undangan tentang akuntansi berbasis akrual pertama kali. Tabel 1.2 Daftar Opini LKPD Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010-2014 No. Tahun Opini Audit 1. 2010 WDP 2. 2011 WDP 3. 2012 WDP 4. 2013 WDP 5. 2014 WTP DPP Sumber: IHPS I BPK RI Tahun 2015

Salah satu negara yang sudah menerapkan akuntansi berbasis akrual dan berhasil dalam penerapannya adalah Selandia Baru. Hal ini dipengaruhi oleh faktor krisis fiskal, dukungan dari politisi, dan reformasi birokrasi khususnya Sumber Daya Manusia (SDM) (Athukorala dalam Widjajarso, 2009). Indonesia masih dalam masa transisi penerapan SAP yang menganut basis kas yang menggunakan metode pembukuan sepasang menuju basis akrual yang menggunakan metode pembukuan berpasangan yang diatur dalam PP No. 71 Tahun 2010. Penerapannya masih berjalan lambat disebabkan oleh berubahnya peraturan perundang-undangan yang mengikuti, masih diterapkan secara perlahan, kurangnya SDM yang memahami akrual, belum intensifnya pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan PP No. 71 Tahun 2010, serta kurang optimalnya penggunaan teknologi informasi dalam pelaporan keuangan. Pelaksanaan SAP di Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai didukung oleh Peraturan Bupati Serdang Bedagai No. 11 dan No. 12 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Pelaksanaannya belum maksimal karena masih dalam proses sosialisasi dan pelatihan ke tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hasil penelitian BPK mulai Tahun 2004 sampai dengan 2008 (5 tahun) tentang kondisi SDM pengelola keuangan adalah kurangnya SDM yang berlatar belakang akuntansi, alokasi SDM yang tidak tepat, tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan negara masih lemah, dan penghargaan yang belum tepat (Triani, 2013). Kompetensi SDM yang diperlukan adalah pegawai pemerintah yang berlatar belakang akuntansi yang ditempatkan pada posisi atau jabatan dalam pengelolaan keuangan. Peningkatan pendidikan berkelanjutan juga

diperlukan seperti pelatihan, bimbingan teknis, seminar, dan sosialisasi (Forum Dosen Akuntansi Publik, 2006). Secara kuantitas, jumlah pegawai pemerintah yang berlatar belakang akuntansi, baik PPK maupun bendahara pengeluaran pada Kabupaten Serdang Bedagai masih sedikit. Beest et al. (2009) menjelaskan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan, yaitu penerapan pengendalian intern dalam pemerintahan pusat dan daerah dinamakan SPIP. Penerapan SPIP dapat memberikan keyakinan memadai tentang seluruh kegiatan telah dilakukan secara efisien dan efektif. Pelaksanaan SPIP pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai didukung oleh Surat Keputusan Bupati Serdang Bedagai No. 34 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Penggunaan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan daerah telah diakomodir juga dalam Pasal 225 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 yang memperkenankan penggunaan aplikasi komputer dalam pengelolaan keuangan daerah sehingga menghasilkan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah. Teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan yang digunakan adalah aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) yang dibuat oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). SIMDA telah digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sejak Tahun 2008 sampai sekarang. Penggunaan aplikasi SIMDA belum maksimal dan belum dilaksanakan secara online di tiap-tiap SKPD. Tugas pimpinan SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), yaitu merencanakan, melaksanakan/menatausahakan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan anggaran yang diuraikan dalam Pasal 10 PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Laporan keuangan yang baik dihasilkan dari komitmen pimpinan daerah dan jajarannya (Kurniawan, 2011). Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) dan (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 5 ayat (3) Permendagri No. 13 Tahun 2006, kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah, kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang. Komitmen PA sebagai kepala SKPD pada SKPD yang dipimpin sangat dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan. Komitmen PA digunakan sebagai variabel moderating sebab dalam prakteknya, kurangnya keinginan yang kuat PA dalam penyusunan laporan keuangan. Kurangnya keinginan akan hal ini dapat dilihat dari penempatan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan bendahara pengeluaran yang bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik diperlukan adanya komitmen pimpinan, yaitu loyalitas yang pasif tetapi melibatkan hubungan aktif dan keinginan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya (Mowday et al., 1979). Menurut Irwan (2011), penerapan SPIP, kompetensi SDM, dan penerapan SAP berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat lebih banyak dipengaruhi

oleh penerapan SPIP dan penerapan SAP dibandingkan dengan kompetensi SDM. Hal ini didukung oleh penelitian Suwanda (2015), penerapan SAP berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Yosefrinaldi (2013), pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini BPK dengan hasil negatif signifikan (Nalurita, 2015). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikri et al. (2015), penerapan SAP, dan kompetensi aparatur tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Kompetensi SDM (Sagara, 2015), penerapan SPI (Suwanda, 2015), pemanfaatan teknologi informasi (Suwanda, 2015), dan pemahaman peraturan (Pangkong, 2013) berpengaruh tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut, terdapat inkonsistensi variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan fenomena dan inkosistensi di atas, diperolehlah ide penelitian untuk mengkaji lebih lanjut tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan Komitmen Pengguna Anggaran sebagai Variabel Moderating. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan latar belakang di atas, dirumuskan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Apakah komitmen Pengguna Anggaran dapat memoderasi hubungan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan akan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. untuk menganalisis penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan berpengaruh secara serempak dan parsial terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai; 2. untuk menganalisis kemampuan komitmen Pengguna Anggaran dalam memoderasi hubungan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan dengan kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. dapat mengembangkan literatur-literatur akuntansi yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan; 2. bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan agar meningkatkan opini laporan keuangan menjadi WTP pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai; 3. bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjutan, khususnya mengenai penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan. 1.5 Orisinalitas Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Irwan (2011) yang berjudul Pengaruh Penerapan SPIP, Kompetensi SDM, dan Penerapan SAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Variabel independennya adalah penerapan SPIP, kompetensi SDM, dan penerapan SAP serta variabel dependen adalah kualitas laporan keuangan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan SAP, kompetensi SDM, penerapan SPIP, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Variabel dependen adalah kualitas laporan keuangan, dan variabel moderating adalah komitmen PA yang selanjutnya disajikan pada Tabel 1.3.

Objek penelitian adalah SKPD pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan Tahun 2016. Penelitian sebelumnya dilakukan di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2011. Tabel 1.3 Perbedaan dengan Peneliti Terdahulu No. Kriteria Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang 1. Variabel dependen Kualitas laporan keuangan Kualitas laporan keuangan 2. Variabel independen 1. Penerapan SPIP 2. Kompetensi SDM 3. Penerapan SAP 1. Penerapan SAP 2. Kompetensi SDM 3. Penerapan SPI 4. Pemanfaatan teknologi informasi 5. Kepatuhan 3. Variabel - Komitmen PA moderating 4. Tahun penelitian 2011 2016 5. Lokasi penelitian Pemerintah Provinsi Kabupaten Sumatera Barat Bedagai terhadap peraturan perundang-undangan Serdang