BAB II LANDASAN TEORITIS. Taman Kanak-kanak. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL PADA ANAK KELAS A DENGAN METODE CANTOL ROUDHOH DI TK TRISULA PERWARI SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bahasa anak untuk jenjang pendidikan selanjutnya Ruspitasari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

Bantu Anak Belajar Membaca

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK HURUF TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Usia ini merupakan masa emas atau Golden Age, dimana seluruh. aspek pertumbuhan dan perkembangan sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak-anak merupakan dunia yang khas yang diindera dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK CEMPAKA KEBON GULO MUSUK TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan suatu alat. Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk. mengungkapkan berbagai keinginan dan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, Pertanyaan yang diajukan sekarang ini adalah kapan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

PERMAINAN KARTU HURUF DI TAMAN KANAK-KANAK AGAM ELIFIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah produk budaya manusia yang berfungsi sebagai alat

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS ANAK DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRA SEKOLAH ROUDHOH

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki usia lanjut. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas

Oleh: Sri Yuliani TK Dharma Wanita 1 Kedungsigit, Karangan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan adalah suatu hal yang harus dikuasai oleh manusia berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk. pendidikan Sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun

Transkripsi:

14 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Perkembangan Bahasa 1. Pengertian Bahasa Keterampilan bahasa merupakan kebutuhan penting bagi anak Taman Kanak-kanak. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi kebutuhan agar anak dapat diterima dalam kelompok sosialnya. Bila anak mampu berkomunikasi yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain, anak tidak akan rendah diri atau minder dalam bergaul dengan teman sebaya maupun orang dewasa. Hal seperti ini akan berdampak hingga ia dewasa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hurlock (1993: 194) yaitu dampak bicara pada penyesuaian sosial dan pribadi anak bahkan lebih besar ketimbang dampak perkembangan motorik. Dengan menggunakan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul ditengah-tengah masyarakat. Pengertian bahasa menurut Hadis (Ruspitasari,2006: 8) bahasa adalah salah satu elemen terpenting dalam perkembangan berfikir manusia dan hampir tidak mungkin manusia berfikir tanpa menggunakan bahasa, melalui - bahasa pikiran manusia dapat ditampilkan dan bahasa pula yang membedakan manusia dengan makhluk lain dimuka bumi ini. Sementara menurut Santrock (1995: 178) bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia bahasa ditandai oleh daya 14

15 cipta yang tidak akan pernah habis dan adanya sistem aturan yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan bahasa). Melalui bahasa pula anak dapat menceritakan pengalaman dan perasaannya melalui simbol-simbol yang dapat dipahami oleh orang lain. Hal tersebut sejalan dengan Badudu (Gunarti, 2008: 1.35) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Tarigan (2008: 1) menyebut empat komponen keterampilan berbahasa dengan catur tunggal karena perkembangan bahasa diawali dengan keterampilan menyimak, kemudian berbicara sebelum akhirnya dapat membaca dan menulis, keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan yang merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat yang bersifat arbitrer dan manusiawi, dengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, anak akan mendapatkan banyak sekali kosakata sekaligus dapat mengekspresikan perasaannya dan anak dapat belajar untuk melibatkan diri dalam sebuah percakapan.

16 2. Fungsi Bahasa Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, alat untuk mengembangkan ekspresi, dan alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual serta kemampuan dasar anak. Lima macam fungsi bahasa menurut Bromley (Dhieni et al, 2005: 1.17) adalah sebagai berikut: a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia dini belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan utama mereka. b. Bahasa dapat merubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan perilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa. c. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik bahasa menjelasakan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita untuk menyimpan dan menyeleksi informasi yang kita gunakan untuk menganalisis dan memecahkan masalah. d. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. Kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam kelompok dan berpartisipasi dalam masyarakat. e. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Hal ini dapat terlihat dari cara anak usia dini yang sering kali mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman, dan pendapatnya dengan cara khas mereka. Berdasarkan pendapat di atas, selain bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dapat disimpulkan bahwa bahasa juga berfungsi untuk menambah

17 pengetahuan dan mengetahui informasi secara mendalam, dengan bahasa kita dapat mengemukakan ide-ide atau gagasan untuk menjadikan diri kita lebih maju. Selain itu pula, kita dapat menjelaskan pikiran, perasaan, dan perilaku kita melalui bahasa serta dapat mempererat hubungan kita dengan masyarakat luas. 3. Pemerolehan Bahasa Anak usia dini memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dan keluarganya. Pemerolehan kemampuan bahasa anak ini dapat dilihat melalui prosesnya, ada yang didapat secara sengaja maupun tidak disengaja. Anak berinteraksi dengan lingkungan dan dapat menirukan beberapa kata atau kalimat yang sering didengarnya. Suhartono (2005: 69) kemampuan menggunakan bahasa yang dikarenakan secara direncanakan dan disengaja dalam ilmu linguistik disebut belajar bahasa. Sedangkan kemampuan menggunakan bahasa yang asalnya tidak disengaja dan tidak direncanakan disebut pemerolehan bahasa. Menurut Maksan (Suhartono, 2005: 70) pemerolehan bahasa (Language Acquisition) atau akuisisi bahasa adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Sejalan dengan Maksan, Lyons (Suhartono, 2005: 70) juga menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur

18 bahasa. Seorang penutur bahasa dapat menguasai bahasa tanpa mempelajari terlebih dahulu bahasa tersebut. Mencermati pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses penguasaan bahasa yang secara alami anak pelajari dari lingkungannya, dan bukan karena anak sengaja mempelajarinya. Selama proses pemerolehan bahasa terjadi Chomsky (Safriandi, 2009: 1) menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang didapat secara tidak sadar seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kompetensi dimiliki oleh setiap anak sejak lahir, tetapi walaupun dibawa sejak lahir orang tua maupun pendidik harus tetap memberikan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri. Tiga pandangan yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa menurut Suhartono (2005: 71) yaitu:

19 1. Teori Behavioristik Menurut pandangan kaum behavioristik, anak lahir tanpa membawa struktur linguistik. Anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Seperti yang dinyatakan oleh Brown (Suhartono: 72) the extreme behavioristic position would be that the child comes into the world with a tabularasa, a clean slate bearing no preconceived notions about the world or about language, and this child is then shaped by his environment slowly conditioned through various chedule of reinforcement. Anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatancatatan, lingkungannyalah yang akan membentuknya yang perlahanlahan dikondisi oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Anak lahir ke dunia tanpa catatan, seperti kain putih yang bersih dan dengan perlahan serta melalui suatu proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, anak dapat memperoleh suatu pembelajaran bahasa. Apabila lingkungan sekitar anak memberi pengaruh yang baik maka secara tidak langsung tingkah laku anak akan menjadi baik. Begitu pula sebaliknya, bila lingkungan sekitar anak memberi pengaruh buruk maka tingkah laku anak akan menjadi buruk. 2. Teori Mentalistik Menurut pandangan mentalistik, proses akuisisi bahasa bukan karena hasil proses belajar, tetapi sejak anak lahir ia memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan

20 proses kematangannya. Kaum mentalistik beranggapan bahwa setiap anak yang lahir memiliki LAD (Language Acquisition Device). Menurut Chomsky (Suhartono, 2005: 77) tingkah laku bahasa tidak hanya menyangkut pemberian stimulus dan respon saja, tetapi penjelasan itu terutama berkaitan dengan kemampuan bawaan manusia untuk belajar bahasa. Anak memperoleh bahasa itu bukan karena pengaruh lingkungan disekitarnya, melainkan karena anak telah memiliki potensi atau kemampuan tersendiri untuk berbahasa yang terdapat dalam dirinya serta dapat berkembang sesuai dengan tumbuh kembangnya. 3. Teori Kognitiftik Menurut kaum kognitiftik ini, pandangan kaum behavioristik dan mentalistik belum membahas kebahasaan secara mendalam. Ada yang terlupakan dari kedua pandangan tersebut, yaitu ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh dalam diri manusia. Penganut teori kognitiftik ini beranggapan bahwa ada prinsip yang mendasari organisasi linguistik yang digunakan oleh anak untuk menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya. Semua ini adalah hasil pekerjaan mental yang meskipun tidak dapat diamati, tetapi jelas mempunyai dasar fisik. Pemerolehan bahasa anak itu diperoleh karena pengaruh mental atau kemampuan kognitif, pengaruh mental ini memang tidak dapat terlihat dengan jelas, tetapi berpengaruh terhadap kemampuan bahasa

21 anak. Kemampuan persepsi, pikiran, pemahaman makna, dan emosi turut andil dalam proses pemerolehan bahasa anak. B. Kemampuan Membaca Dini 1. Pengertian Membaca Kehidupan sekarang ini memang sudah tidak dapat dipisahkan dari bahan tulisan seperti buku, koran, majalah, brosur dan lain-lain. Membaca merupakan salah satu dari empat komponen perkembangan bahasa yang penting untuk dikuasai dan dipelajari oleh anak, dengan membaca seseorang dapat bersantai, berinteraksi dan bisa mendapatkan informasi serta pengalaman baru yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup dimasa yang akan datang. Mengajarkan membaca pada anak, itu sama saja seperti memberikan anak sebuah masa depan yang baik yaitu memberi anak bagaimana caranya agar ia dapat mengeksplorasi tentang apapun yang anak sukai. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bowman dan Bowman (Sugiarto, 2002: 467) membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat. Menurut Nauman (2006: 2) membaca dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memahami isi wacana, baik secara sepintas maupun secara mendalam. Begitu pula menurut Hartati (Susana, 2006: 8) membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dan arti dari tulisan,

22 walaupun dalam kegiatan ini terjadi pengenalan huruf-huruf. Membaca dikatakan kegiatan fisik karena melibatkan gerakan-gerakan tubuh, khususnya mata yang melakukannya dan dikatakan kegiatan mental karena melibatkan bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dari ingatan akan kegiatan yang baru saja dialaminya (kegiatan membaca). 2. Membaca Dini Membaca dini merupakan kemampuan awal bagi anak sebelum anak dapat membaca secara utuh dan menyeluruh. Membaca dini biasa dilakukan atau didapat oleh anak usia Taman Kanak-kanak, dengan anak mendapatkan kemampuan membaca dini akan lebih mudah dalam menyerap informasi dan pengetahuan pada waktu selanjutnya dalam kehidupan anak. Menurut Santrock (1995: 329) ketika anak-anak membaca, mereka memperoleh informasi dan menginterpretasikannya, sehingga membaca merupakan suatu contoh yang praktis untuk mengilustrasikan pendekatan pemprosesan informasi. Pemprosesan informasi itu berkaitan dengan bagaimana anak-anak menganalisis banyak sumber informasi yang berbeda yang ada di sekitar lingkungan mereka dan bagaimana mereka memberikan makna dalam pengalaman itu. Kemampuan membaca dini menurut Purwanto (Darwati, 2010: 22) adalah kemampuan membaca anak dalam merangkai huruf menjadi kata yang bermakna serta melancarkan teknik membaca pada anak-anak. Sejalan dengan pendapat Purwanto, Tampubolon (Maulani, 2007: 25) kemampuan membaca

23 dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah dan merupakan usaha mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar. Begitu pula menurut Thomson (Ruspitasari, 2006: 15-16) waktu yang paling tepat untuk belajar membaca dini adalah saat duduk di Taman Kanak. Thomson berpendapat seperti itu karena anak pada usia prasekolah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan sedang berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan, selain itu pula anak merasa tertarik bila melihat dan mengenal sesuatu yang baru dilihatnya baik disekolah maupun diluar sekolah. Keterkaitan anak kepada hal-hal yang konkrit semakin berkurang, dan sebaliknya kemampuan mereka berkembang menjadi abstrak. Untuk itu anak usia Taman Kanak-kanak sudah dapat dilibatkan pada simbolsimbol dalam pengenalan membaca dini. Fatoni (2009: 2) menyatakan bahwa pelajaran membaca bisa membaur dengan kegiatan lainnya yang dirancang dalam kurikulum TK tanpa harus membuat anak-anak terbebani. Anak-anak bisa belajar membaca lewat poster-poster bergambar yang ditempel di dinding kelas. Biasanya dinding kelas hanya berisi gambar benda-benda. Bisa saja mulai saat ini gambargambar itu ditambahi poster-poster kata, dengan ukuran huruf yang cukup besar dan warna yang mencolok. Dalam masalah ini peran pendidik sebagai fasilitator sangat dibutuhkan, dimana pendidik harus menyediakan dan memahami berbagai metode pengajaran yang baik untuk digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca dini anak.

24 3. Tahapan Perkembangan Membaca Dini Menurut Setiawan dan Budi (2007: 6.16) Melalui percakapan ringan dan membaca bersama, kita dapat menolong anak usia kelompok bermain menjadi anak yang senang membaca dan menulis. Kita dapat menggunakan pengalaman sehari-hari seperti mengantri, melakukan pekerjaan sehari-hari dan naik bis menjadi awal pembicaraan. Dengan berbicara mengenai ide, pengamatan, dan perasaan anak, kita sesungguhnya sedang menyiapkan anak untuk membaca dan menulis tentang dunia. Perkembangan bahasa berlangsung dalam beberapa tahapan. Tahapan perkembangan membaca dini menurut Depdiknas (Ruspitasari, 2006: 18) yaitu: a. Tahap Fantasi (magical stage) Pada tahapan ini anak sudah belajar menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya. Dalam tahap ini orang tua mapun pendidik dapat memberi rangsangan (stimulus) dengan membacakan buku cerita bergambar kesukaan anak agar anak merasa tertarik untuk mendengarkannya. b. Tahap Pembetukan Konsep Diri (self concept stage) Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai pembaca, mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa baku meskipun tidak cocok dengan

25 tulisan. Sebaiknya anak lebih dapat dilibatkan dalam kegiatan atau aktivitas membaca yang dilakukan oleh guru maupun orang tua. c. Tahap Membaca Gambar (bridging reading stage) Pada tahap ini mulai tumbuh kesadaran pada diri anak akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal lagu dan abjad. Dalam tahap ketiga ini, pendidik maupun orang tua dapat menyediakan berbagai macam buku bacaan, kartu kata dan dapat melakukan permainan-permainan bahasa yang dapat memperbanyak kosa katanya. d. Tahap Pengenalan Bacaan (take-off reader stage) Pada tahap ini anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan dan membaca berbagai tanda pada kotak susu, iklan, maupun pasta gigi. e. Tahap Membaca Lancar (independent reader stage) Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan dengan pengalaman anak akan semakin mudah dibaca.

26 Sebelum mengajarkan membaca pada anak, ada baiknya pendidik maupun orang tua melihat kesiapan dari anak untuk belajar membaca. Anak harus sudah mampu menguasai dasar-dasar membaca. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat berhasil dalam membaca maupun menulis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miller (Dhieni et al, 2005: 5.10) bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajarkan membaca adalah sebagai berikut: a. Anak sudah memahami bahasa lisan Kemampuan ini dapat terlihat saat bercakap-cakap dengan anak. Pemahaman yang dimaksud disini adalah pemahaman dasar yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak. b. Anak sudah dapat mengujarkan kata-kata dengan jelas Hal ini pula dapat terlihat saat bercakap-cakap dengan anak. Apabila anak sudah mampu mengujarkan kata dengan benar, berarti anak telah siap untuk belajar membaca. Tetapi tidak harus anak dapat mengujarkan semua kata dengan baik, yang penting ialah sejumlah kata telah dapat diajarkan dengan baik kepada anak. c. Anak sudah dapat mengingat kata-kata Untuk melihat kemampuan ini, ada baiknya orang tua maupun pendidik memberikan pertanyaan yang sama dalam beberapa hari.

27 Apabila anak menjawab pertanyaan yang sama itu dengan jawaban yang sama pula, berarti anak telah mampu mengingat kata. d. Anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf Kemampuan ini dapat dilihat dengan meminta anak secara langsung untuk mengujarkan bunyi-bunyi huruf, seperti a, b, dan seterusnya. e. Anak sudah menunjukkan minat membaca Hal ini dapat dilihat dari keinginan anak untuk membuka-buka buku, membawa buku, mengujarkan seolah anak membaca, dan mencoretcoret kertas. f. Anak sudah dapat membedakan dengan baik Membedakan dalam kemampuan ini adalah membedakan suara (bunyi) dan objek-objek. Sehingga kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan penglihatan dan pendengaran anak. Dapat dilihat apakah anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda, apakah anak dapat membedakan bunyi atau suara-suara yang didengarnya. 4. Pentingnya Kemampuan Membaca Dini Bagi Anak Tujuan utamanya bukanlah mengajarkan bagaimana cara menerjemahkan atau membunyikan atau mengenal kata, melainkan untuk menanamkan rasa cinta, semangat, dan gairah anak-anak terhadap buku sejak dini. Pada tahap awal membaca, sebaiknya kita tidak terlalu menuntut usaha yang lebih dari pihak anak, melainkan tahap awal itu harus sangat

28 menyenangkan bagi anak. Jadi buatlah kegiatan belajar membaca menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Beberapa alasan pentingnya kemampuan membaca dini bagi anak menurut Mary Leonhardt (Dhieni et.al, 2005: 5.6) yaitu: (1) Anak dapat membaca dengan baik (2) Akan memiliki rasa kebahasaan yang tinggi (3) Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal (4) Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak (5) Dapat membantu anak memiliki rasa kasih sayang (6) Anak yang gemar membaca dihadapkan pada satu dunia yang penug dengan kemungkinan dan kesempatan (7) Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka. 5. Manfaat Membaca Dini Sangat penting sekali mengenalkan anak pada buku bacaan dan mengajarkan anak membaca sejak dini. Anak-anak yang sudah dikenalkan membaca sejak dini dapat memiliki kebahasaan yang tinggi dan dapat mengembangkan pola pikir dalam diri mereka. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Putra Sareb (2008: 7) menyebutkan beberapa manfaat membaca, yaitu: a. Seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. b. Seseorang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. c. Seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi

29 Sedangkan menurut Saputra (2009) beberapa manfaat membaca dini adalah: 1. Secara otomatis mengajarkan mereka dasar-dasar cara membaca. 2. Membuat interaksi aktif yang merangsang anak untuk memulai berbicara. 3. Semakin banyak kata yang kita baccakan maka secara otomatis anak akan merekamnya dan menjadikan perbendaharaan kata mereka. 4. Merangsang imajinasi mereka dan menumbuhkan rasa ingin tahu alami mereka. 5. Mempererat hubungan orang tua dan anak dengan interaksi yang lebih harmonis. Beberapa hal itulah yang mendasari kenapa membaca dini sangat penting diberikan kepada anak usia prasekolah. Anak prasekolah itu sedang dalam masa keemasan atau lebih dikenal dengan masa golden age dimana anak dapat dengan mudah menyerap segala sesuatu yang diajarkan kepadanya. Menumbuhkan minat membaca dini pada anak dapat membangun generasi yang maju dan beradab. 6. Prinsip Pokok Membaca Dini Prinsip pokok pembelajaran membaca dini menurut Steinberg (Ruspitasari, 2006: 18) ada 5 prinsip, diantaranya adalah: a. Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase dan kalimat yang bermakna terutama dari segi pengalaman anak. Bahan-bahan

30 pembelajaran harus berhubungan erat dengan pengalaman anak atau yang pernah dialaminya. b. Membaca terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan dan bukan pada kemampuan berbicara. Dengan adanya kemampuan memahami, maka dalam memahami kata-kata akan menjadi lebih mudah bagi anak. Bila anak memahami makna gajah, baju dalam bahasa lisan, akan mudah baginya belajar membaca dengan gambar-gambar tersebut. Kemampuan memahami bahasa lisan adalah suatu dasar penting untuk belajar membaca dini. c. Membaca bukan mengajarkan aspek-aspek bahasa atau konsep-konsep (tata bahasa), maka dari itu bahan pembelajaran membaca dini harus berada pada ruang lingkup kemampuan bahasa dan berpikir anak. d. Membaca tidak harus tergantung kepada pengajaran menulis. e. Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak. 7. Keunggulan Membaca Dini Kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini. Sebenarnya pengembangan kemampuan membaca dan menulis di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan selama masih dalam batas-batas aturan dan sesuai dengan kemampuan anak. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Durkin (Dhieni et al, 2005: 5.2) bahwa tidak ada efek negatif pada anak-anak dari membaca dini. Anak-anak yang telah diajar membaca sebelum masuk

31 Sekolah Dasar pada umumnya lebih maju di sekolah dari anak-anak yang belum pernah memperoleh membaca dini. Steinberg (Dhieni et al, 2005: 5.2) mengemukakan bahwa setidaknya ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari proses belajar mengajar, yaitu: a. Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak. b. Situasi akrab dan informal dirumah dan di KB atau TK merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar. c. Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan, serta dapat diatur. d. Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat. C. Metode Cantol Roudhoh 1. Pengertian Metode Cantol Roudhoh Metode cantol roudhoh adalah salah satu metode yang memperkenalkan suku kata, terdiri dari gabungan huruf yang dibantu dengan cantolan berupa gambar dengan menggunakan kartu bacaan untuk mempermudah anak dalam mengingat seluruh suku kata, kemudian dilanjutkan pembelajaran dengan bantuan VCD yang membuat visual dan auditory anak ikut bekerja melalui lagu dan tebak kata dalam membantu anak mengingat bunyi dan bentuk suku kata.

32 Metode cantol roudhoh menurut Nurhasanah dan Kusnandar (2007: 2) adalah salah satu teknik yang dikembangkan dalam Quantum Learning, dalam penerapannya metode ini berasosiasi dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Sedangkan menurut Rinta (2009) Metode membaca cantol roudhoh adalah sebuah metode membaca yang berpegang pada prinsip dengan mengembangkan aspek visual, auditurial dan kinestetik yang didalamnya terdapat unsur warna, gambar, nada, irama, dan rasa nyaman. Salah satu prinsip yang diterapkan dalam metode cantol roudhoh ini adalah visual, auditorial, dan kinestetik. Tujuannya agar otak dapat menyerap dan mengingat kembali informasi-informasi huruf, maka informasi disajikan secara lengkap dalam wujud gambar, suara, bentuk dan perasaan. Metode cantol roudhoh menyediakan media pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan. a. VCD Lagu VCD lagu ini terdiri dari 21 suku kata ba, bi, bu, be, bo,...za, zi, zu, ze, zo, ditambah nga, ngi, ngu, nge, ngo dan nya, nyi, nyu, nye, nyo. Untuk kelompok fa tidak ada lagu yang berhubungan dengan suku kata tersebut. Untuk mempercepat anak hafal cantolan dari kelompok suku katanya, dalam VCD ini ditampilkan gambar cantolan berikut dengan suku katanya, contoh ; suku kata ba,bi,bu,be,bo ditampilkan dengan cantolan gambar baju dan seterusnya. b. VCD Penuntun

33 VCD penuntun ini terdiri dari dua keping yaitu side A dan side B yang berisi tentang: 1) Cerita dan lagu dari tiap-tiap cantolan. 2) Tebak suku kata 3) Bacaan suku kata sampai penggabungan suku kata Dalam VCD ini ada 19 kelompok barisan yang dikenalkan kepada anak. VCD ini memperlihatkan sesuai dengan tahapan yang akan diberikan kepada anak. Contoh, bila anak baru dapat menguasai kelompok ba, maka kelompok itulah yang menjadi titik tekannya sampai anak menguasainya dan begitu pula selanjutnya. c. Lingkaran Cantol Lingkaran cantol atau menebak kata dengan gambar adalah salah satu media untuk mengevaluasi anak sampai dimana penguasaan anak terhadap kelompok suku kata. Gambar cantolan-cantolan itu sebagai pengingat anak terhadap suatu suku kata. Bagi tahap awal permainan mengambil 1 kelompok barisan dan diperkenalkan secara bertahap yaitu mulai dari kelompok ba-bi-bu-bebo sampai ga-gi-gu-ge-go. Kenalkan pada anak satu kelompok pada satu pertemuan dengan lagunya hingga anak dapat menguasai kelompok tersebut. d. Kartu Bacaan Kartu bacaan terdiri dari 26 buah, 21 buah kartu bergambarkan cantolan dan 5 buah kartu sebagai penguasaan akhir anak membaca.

34 Kartu bacaan berfungsi sebagai evaluasi akhir anak dalam menguasai setiap tahapan yang diberikan. Pemberian kartu bacaan ini bersamaan dengan pengenalan lingkaran cantol, jadi setiap pengenalan suatu barisan dalam lingkaran cantol berikan pula kartu kata yang sesuai. 2. Langkah-langkah Metode Cantol Roudhoh Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran membaca dini dengan metode cantol roudhoh: a. Sebelum memulai pembelajaran dengan menggunakan metode cantol roudhoh, ada baiknya pendidik bercerita sedikit tentang cantolancantolan dari tiap-tiap barisan suku kata yang akan anak pelajari. Cantolan tersebut akan digunakan untuk menghafal kelompok suku kata (barisan). Cantolan-cantolan tersebut adalah: baju, cabe, dadu, fanta, gajah, harimau, jagung, kaki, laba-laba, matahari, nanas, payung, qajim, rambutan, sapi, tali, vas, wayang, yana, zahra, mengaji untuk kelompok suku kata nga-ngi-ngu-nge-ngo, dan nyamuk untuk kelompok suku kata nya-nyi-nyu-nye-nyo. b. Setelah pendidik telah bercerita dan memperkenalkan barisan suku kata pada anak (ba-bi-bu-be-bo sampai za-zi-zu-ze-zo) dan nya-nyinyu-nye-nyo serta nga-ngi-ngu-nge-ngo. Minta anak untuk menyebutkan beberapa kali urutan (barisan suku kata) sambil diperlihatkan kartu suku katanya.

35 c. Agar anak tidak merasa jenuh dan bosan dalam menghafal barisan suku kata lewat kartu kata. Pendidik dapat mengajarkan lagu-lagu yang berhubungan dengan barisan suku kata tadi melalui media VCD yang telah disediakan dalam metode cantol roudhoh. Lagunya pendek dan mudah dihafal (diingat) oleh anak sehingga anak tidak merasa kesulitan untuk menghafalnya. d. Setelah lagu dinyanyikan bersama-sama, pendidik dapat mengingatkan kembali bahwa masing-masing cantolan memiliki barisan atau kelompok suku kata. Meminta anak untuk menyebutkan kembali barisan suku kata baik secara berurutan maupun secara acak dengan memperlihatkan kartu suku kata. e. Permainan tebak suku kata. Salah satu suku kata dari barisan ditutup oleh pendidik, kemudian anak diminta untuk menebak suku kata apa yang hilang dari barisan tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan suku kata yang hilang berbeda-beda. f. Bila anak dinilai sudah hafal barisan, pendidik dapat mengkombinasikan suku kata menjadi kata yang bermakna maupun tidak bermakna yang terdiri dari dua suku kata. Saat anak lupa ingatkanlah kembali dengan tiga tahap, yaitu : (1) ingatkan anak dengan pendidik menyebutkan cantolannya (2) bila anak tidak dapat mengingatnya maka gunakanlah lingkaran cantol (3) apabila anak tetap tidak dapat mengingatnya, sebutkanlah oleh pendidik agar menghilangkan ketegangan pada anak.

36 g. VCD penuntun dapat diputarkan apabila anak sudah merasa nyaman dan menikmati kegiatan belajar membaca dini. Saat ini bukan pendidik yang mengajarkan pada anak, tetapi anak belajar dengan dipandu oleh VCD, dengan pendidik memutarkan VCD tersebut anak dapat menyanyikan kembali lagu-lagu tentang cantolan dan barisannya yang sudah diajarkan. Mereka juga dapat menyebutkan kembali barisanbarisan dan juga dapat bermain tebak suku kata. h. Tahap akhir pembelajaran membaca dini dengan metode cantol roudhoh adalah melatih mereka satu per satu untuk membaca suku kata dan kata yang terdiri dari gabungan beberapa suku kata yang telah dipelajari, yang terdapat pada kartu bacaan. Untuk melengkapi dan mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran membaca dini, pendidik dapat menggunakan empat buah kartu bacaan untuk penguasaan akhir pembelajaran dengan metode cantol roudhoh. 3. Keunggulan Metode Cantol Roudhoh Metode cantol roudhoh salah satu metode yang cocok untuk memudahkan anak dalam mengingat simbol-simbol huruf, dalam mengenalkan suku kata, irama, bunyi tiap kelompok sama yaitu a, i, u, e, o. Apabila anak sudah dapat menangkap titian ingatan ini sama dengan kelompok-kelompok suku kata lainnya. Anak sudah dapat menduga suku kata kelompok lain yang belum dikenalkan kepadanya, dan bila anak

37 sudah mengenal huruf dari a sampai z anak dapat menebak dengan benar bunyi suku kata tersebut. Hal ini menjadikan anak akan cepat sekali dalam mengenal seluruh bunyi suku kata. Tetapi bagi anak yang belum mengetahui huruf perlu suatu kerangka pikiran yang dapat membantu anak untuk mengingatnya dengan mudah. Disinilah keunggulan metode cantol roudhoh, dimana cantolan-cantolan itu sangat efektif untuk membantu kerangka berfikir anak. Pada metode ini anak diarahkan untuk lebih dulu menguasai titian ingatannya. Anak akan mengetahui bunyi kelompoknya, dengan ia mengetahui bunyi awal suku kata kelompok tersebut yaitu ba, ca, da, dan seterusnya. Menurut Harianto (2009: 30) bahwa pengenalan membaca yang efektif adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentuk kata dalam bahasa Indonesia. Tahap selanjutnya adalah kata yang dikenalkan pada anak. Ada 100 suku kata yang digunakan menjadi pembentuk kata dalam bahasa Indonesia. 100 suku kata ini dapat disederhanakan lagi menjadi 20 kelompok yang disebut paket satu, 20 kelompok tersebut adalah : Kelompok 1: ba, bi, bu, be, bo Kelompok 2: ca, ci, cu, ce, co Kelompok 20: za, zi, zu, ze, zo.

38 Selain keunggulan, tentunya masih ada kekurangan dalam metode cantol roudhoh. Menurut Nurlaila (2009: 22) kekurangan metode cantol roudhoh diantaranya belum ada teori yang berdiri sendiri untuk memperkuat atau memperjelas apa dan bagaimana metode cantol roudhoh itu sendiri. 4. Kaitan Metode Cantol Roudhoh dengan Kemampuan Membaca Dini Dari penjelasan sebelumnya tentang membaca dini dan penggunaan metode cantol roudhoh, dapat terlihat bahwa metode cantol roudhoh merupakan satu metode yang tepat untuk digunakan oleh pendidik maupun orang tua dirumah dalam pengembangan kemampuan membaca dini anak. Anak yang telah mengenal abjad a sampai z dapat lebih cepat membaca dengan menggunakan metode cantol roudhoh, karena dalam metode ini anak dikenalkan pada 100 suku kata yang menjadi pembentuk kata dalam Bahasa Indonesia. Melalui lagu dan permainan anak akan lebih cepat hafal dibandingkan hanya dengan menggunakan kartu-kartu kata yang tidak menarik perhatian anak. Bahkan anak yang belum mengetahui abjad a sampai z dapat dengan mudah menghafal abjad-abjad tersebut dengan menggunakan metode ini. Dalam metode cantol roudhoh, anak dibangun titian ingatannya dengan cantolan-cantolan yang ada dalam metode ini, sehingga

39 anak akan lebih cepat mengenal huruf hanya dengan mengingat cantolannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009) untuk meningkatkan kemampuan membaca anak dengan menggunakan metode cantol roudhoh terhadap anak kelompok A1 Taman Kanak-kanak TK ABA Mardi Putra Bantul Yogyakarta. Membuktikan bahwa: (1) Penerapan metode cantol roudhoh dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas A1 TK ABA Mardi Putra Bantul. Pada saat sebelum dikenai tindakan, sebagian besar siswa tidak mengalami kemajuan, tetapi mereka mengalami kemajuan pesat setelah dikenai tindakan dengan metode cantol roudhoh. Hal ini terbukti adanya peningkatan keterampilan membaca siswa setelah dilakukan tindakan. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca siswa adalah tes membaca; (2) Penerapan metode cantol roudhoh dapat meningkatkan motivasi, perhatian, dan keaktifan siswa kelas A1 di TK ABA Mardi Putra Bantul.