I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KENTANG DI DESA CIGEDUG, KECAMATAN CIGEDUG, KABUPATEN GARUT

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

PROSEDUR TETAP PENGEMBANGAN KENTANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

II TINJAUAN PUSTAKA. : Solanales/Tubiflorae (berumbi) : Solanaceae (berbunga terompet) : Solanum (daun mahkota berletakan satu sama lain)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini pertanian tidak hanya terfokus pada aspek budidaya, namun aspek pemanfaatan pengolahan dan pemasaran sudah diperhatikan dalam menunjang sektor pertanian. Hal ini yang disebut agribisnis, adanya integrasi dari subsistem hulu hingga hilir yang didukung dengan subsistem penunjang. Pembangunan agribisnis memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Selain merupakan sektor utama dalam pembangunan ekonomi, pembangunan agribisnis juga merupakan cara memaksimalkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris. Persaingan yang tinggi saat ini, mendorong pertanian harus memiliki daya saing dan inovasi yang baik, terutama pada produk-produk pertanian yang memiliki potensi dan nilai yang tinggi, serta dijadikan kebutuhan pokok oleh sebagian besar masyarakat. Sektor pertanian menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 15,3 persen dari total nilai PDB menurut lapangan usaha tahun 2010, dimana sektor pertanian menjadi penyumbang PDB kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan (BPS 2011a). Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu hortikultura yang terdiri atas sayuran, buah-buahan, florikultura, dan biofarmaka. Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, dan penghasil devisa. Hal tersebut menjadi alasan bahwa subsektor ini perlu menjadi prioritas pengembangan. Hortikultura turut memberikan kontribusi terhadap pendapatan nasional yang dapat dilihat dari nilai PDB. Pada tahun 2006 hingga 2009 nilai PDB subsektor hortikultura terus meningkat, namun pada tahun 2009 ke 2010 terjadi penurunan sebesar 2,67 persen. Penurunan ini disebabkan karena produksi hortikultura yang menurun di berbagai wilayah penanaman (Ditjenhorti 2011). Walaupun demikian, nilai PDB Hortikultura mengalami rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006 hingga 2010 sebesar 5,94 persen (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Nilai PDB Hortikultura Tahun 2006 2010 Komoditas Nilai PDB (Rp Miliar) 2006 2007 2008 2009 2010 Buah-buahan 35.448 25.587 28.205 30.506 31.244 Sayuran 24.694 42.362 47.060 48.437 45.482 Florikultura 3.762 4.741 5.085 5.494 6.172 Biofarmaka 4.734 4.105 3.853 3.897 3.665 Total 68.639 76.795 84.202 88.334 85.985 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani. Selain sebagai komoditas yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi, sayuran telah memberikan kontribusi PDB sebesar 36,35 persen terhadap subsektor hortikultura pada tahun 2010. Produksi sayuran nasional tercatat mengalami peningkatan rata-rata dari tahun 2006 hingga 2010 sebesar 3,01 persen (Ditjenhorti 2011a). Menurut Ditjenhorti (2012), salah satu komoditas sayuran unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah adalah kentang (Solanum tuberosum L). Kentang memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 78 persen. Selain itu, setiap 100 gram kentang mengandung kalori 374 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium 20 mg, forsor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi di dalam tubuh (Samadi 2007). Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh pada segala jenis tanah, namun tidak semua dapat memberikan hasil yang baik. Kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan kentang adalah berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, subur, mudah mengikat air, dan memiliki ph tanah 5,0 7,0. Suhu rata-rata harian yang optimal bagi pertumbuhan kentang adalah 18 21 o C dengan tingkat kelembapan udara sekitar 80 90 persen. Selain itu, curah hujan yang sesuai untuk membudidayakan kentang adalah 1.500 mm per tahun (Samadi 2007). Kentang merupakan tanaman sayuran semusim yang berbentuk semak 2

atau perdu dan berumur pendek. Tanaman kentang dapat tumbuh baik di dataran tinggi atau pegunungan dengan tingkat ketinggian 1.000 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) (Samadi 2007). Apabila tumbuh di dataran rendah (di bawah 500 mdpl), tanaman kentang sulit membentuk umbi. Jika terbentuk, umbinya akan berukuran sangat kecil, kecuali di daerah yang mempunyai suhu malam hari dingin (20 o C). Sementara itu, jika ditanam di atas ketinggian 2.000 m dpl, tanaman akan lambat membentuk umbi. 1 Kentang memiliki prospek dalam menunjang program diversifikasi pangan dan bahan baku industri. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat konsumsi kentang per kapita yang mengalami rata-rata peningkatan dari tahun 2002 hingga 2008 sebesar 7,10 persen (BPS 2011b). Namun pada perkembangannya, mulai tahun 2006 hingga 2010 produktivitas kentang menunjukkan trend menurun (Tabel 2). Penurunan produktivitas tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pengelolaan usahatani kentang di Indonesia belum optimal dalam mengkombinasikan faktor produksinya, konversi lahan-lahan pertanian menjadi perumahan, dan kondisi iklim yang tidak menentu sehingga menyebabkan jadwal penanaman petani terganggu (Erika 1999). Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kentang di Indonesia Tahun 2006 2010 Tahun Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) 2006 1.011.911 59.748 16,94 2007 1.003.732 62.375 16,09 2008 1.071.543 64.151 16,70 2009 1.176.304 71.238 16,51 2010 1.060.805 66.531 15,94 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura 2011 Sentra penanaman kentang di Indonesia berada di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Pada tahun 2010, sebesar 23,04 persen dari total produksi nasional berasal dari Jawa Barat (Ditjenhorti 2011a). Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki produktivitas tertinggi di Jawa 1 Pusat Penyuluh Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. http:// cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-tanaman-kentang [diakses pada 27 Juni 2012] 3

Barat. Salah satu daerah penghasil kentang di Kabupaten Garut yang memiliki rata-rata pertumbuhan luas panen terbesar dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 16,62 persen adalah Kecamatan Cigedug (Lampiran 1) (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2012a). Dalam perkembangannya dari tahun 2007 hingga 2011, produksi dan luas panen kentang di Kecamatan Cigedug cenderung meningkat, namun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas (Tabel 3). Peningkatan produksi tersebut diakibatkan adanya pertambahan luas panen, sehingga produktivitas yang cenderung menurun tersebut disebabkan oleh penggunaan faktor produksi yang belum mengikuti kaidah standar operasional prosedur (SOP) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2011). Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Kecamatan Cigedug pada Tahun 2007-2011 Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2007 342 8.224 24,05 2008 416 9.652 23,20 2009 526 12.361 23,50 2010 563 12.525 22,25 2011 627 13.998 22,33 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut (2012) Desa Cigedug merupakan penghasil utama kentang di Kecamatan Cigedug (BP3K Kecamatan Cigedug 2012). Hal tersebut didukung dengan kondisi alam yang subur dan topografi yang sesuai dengan kondisi untuk budidaya kentang. Varietas yang digunakan dalam usahatani kentang di Desa Cigedug adalah varietas Granola dan Atlantic. Kentang varietas Granola merupakan kentang introduksi dari Jerman Barat, sedangkan varietas Atlantic merupakan kentang introduksi dari Amerika. Kentang varietas Granola dan varietas Atlantic memiliki beberapa keunggulan. Pada sisi konsumen, varietas Granola memiliki rasa gurih, kadar gula tinggi, dan kandungan air tinggi, sehingga cocok dikonsumsi sebagai kentang sayur 2. Sementara itu, kentang varietas Atlantic memiliki kandungan karbohidrat yang 2 Iskandar T, Basri AB. 2011. Arden Hasugian: Penggerak Agrobisnis Kentang Aceh Tengah. http://nad.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=254&itemi d=5 [diakses pada 14 Agustus 2012] 4

tinggi dan kadar gula yang lebih rendah sehingga baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Kentang varietas Atlantic juga memiliki umbi berwarna putih yang menarik untuk dikonsumsi sebagai kentang olahan berupa keripik kentang maupun kentang goreng (Setiadi 2009). Pada sisi produsen, varietas Granola dapat menggunakan bibit hasil seleksi panen sebelumnya, tahan terhadap hama-penyakit yang menyerang, dan memiliki potensi produksi hingga mencapai 30 35 ton/ha (Samadi 2007). Sementara itu, pada kentang varietas Atlantic harga jual relatif tinggi, mampu menghasilkan lebih banyak (48 persen) umbi yang berukuran lebih dari 100 gram, dan memiliki potensi produksi mencapai 30 ton/ha (Ashari 2009). Namun, kentang varietas Atlantic lebih rentan terhadap hama dan penyakit sehingga frekuensi penyemprotan menjadi lebih sering 3. Varietas Atlantic di Desa Cigedug pertama kali diperkenalkan oleh PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) melalui usaha pertanian kontrak (contract farming) pada tahun 1995, sedangkan varietas Granola merupakan varietas yang telah lama dibudidayakan di Desa Cigedug tanpa tergabung dalam usaha pertanian kontrak (noncontract farming). Dalam menjalankan usaha pertanian kontrak, Kelompok Tani Silih Riksa menjadi wadah penghubung antara petani kentang Desa Cigedug dengan pihak PT IFM yang dikoordinatorkan oleh seorang vendor. Adanya usaha pertanian kontrak yang telah dijalankan tidak serta merta dapat meningkatkan produktivitas kentang di Desa Cigedug. Begitu pula yang terjadi pada petani yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang belum mengikuti kaidah standar operasional prosedur (SOP) sehingga produktivitas kentang di Desa Cigedug cenderung menurun dan belum dapat mencapai produktivitas potensialnya (BP3K Kecamatan Cigedug 2012). Produktivitas tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kentang. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang agar upaya 3 Rukmana H. Rakhmat. Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. http://books.google.co.id/books?id=nh3d2sh97hic&pg=pa18&dq=kentang+atlantic&hl=id&sa=x&ei=ijtqt4_ ujsnrrqf4u4dlbq&ved=0cdyq6aewaq#v=onepage&q=kentang%20atlantic&f=true [diakses pada 27 Juni 2012] 5

yang ditempuh dapat berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produktivitas. 1.2. Perumusan Masalah Desa Cigedug merupakan daerah yang berpotensi untuk mengembangkan berbagai macam usaha agribisnis, salah satunya adalah agribisnis kentang. Hal ini didukung dengan kondisi alam yang sangat mendukung usahatani kentang. Desa Cigedug ini memiliki ketinggian 1.285 meter di atas permukaan laut, tipe iklim C (agak basah), dimana setiap tahunnya antara tujuh sampai delapan bulan basah dan tiga sampai empat bulan kering (BP3K Kecamatan Cigedug 2012). Oleh karena itu, desa ini cocok ditanami oleh kentang. Varietas kentang yang dibudidayakan di Desa Cigedug adalah varietas Granola dan Atlantic. Kentang varietas Granola sudah lama dibudidayakan sebelum munculnya varietas Atlantic di Desa Cigedug. Umumnya usahatani kentang varietas Granola di desa ini dilakukan secara turun temurun bagi petani yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak (noncontract farming). Kentang varietas Atlantic pertama kali dibudidayakan di Desa Cigedug pada tahun 1995 atas kerjasama dalam bentuk usaha pertanian kontrak (contract farming). Usaha pertanian kontrak yang terjalin antara petani dengan pihak PT Indofood Fritolay Makmur (IFM) dalam bentuk penyediaan benih varietas Atlantic dan penjualan hasil panen petani ke PT IFM dengan harga yang sudah ditentukan. Namun, kerjasama ini sempat gagal karena kentang yang dihasilkan berwarna hitam dan pecah-pecah, kemudian terhenti pada tahun 1998 karena tidak tersedianya benih kentang varietas Atlantic. Penanaman varietas Atlantic mulai banyak dibudidayakan kembali pada tahun 2003 karena ketersediaan benih kentang varietas Atlantic di Desa Cigedug relatif banyak, sehingga petani memiliki banyak kesempatan untuk memulai budidaya kentang varietas Atlantic. Penanaman kentang di Desa Cigedug, baik varietas Granola maupun varietas Atlantic umumnya dua kali setahun, karena waktu yang dibutuhkan untuk usahatani kentang dari pengolahan lahan hingga pemanenan mencapai kurang lebih empat bulan. Setelah itu, lahan diselingi dengan komoditas hortikultura lain yang berbeda keluarga dengan kentang (Solanaceae). Berdasarkan pengalaman petani Desa Cigedug, lahan bekas tanaman kentang tidak dapat ditanami kentang 6

kembali maupun tanaman yang satu keluarga dengan kentang (Solanaceae). Hal tersebut dikarenakan serangan hama dan penyakit yang sama sehingga petani dapat mengalami gagal produksi. Permasalahan usahatani kentang di Desa Cigedug salah satunya yaitu adanya perbedaan harga yang ditawarkan pada kedua varietas tersebut dimana harga rata-rata kentang varietas Granola relatif lebih rendah dibandingkan dengan kentang varietas Atlantic. Selain itu, pada varietas Granola harga jual mengikuti harga pasar yang cenderung berfluktuatif, sedangkan pada varietas Atlantic harga jual tetap sesuai dengan harga kontrak dengan PT IFM yang berlaku. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kentang di Desa Cigedug. Permasalahan lain yang dihadapi dalam usahatani kentang di Desa Cigedug yaitu, peningkatan produksi yang terjadi pun belum didukung dengan peningkatan produktivitas. Produktivitas kentang di Desa Cigedug sendiri mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 10 persen (BP3K Kecamatan Cigedug 2012). Produktivitas kentang yang pernah dicapai Desa Cigedug belum mencapai produktivitas potensial. Produktivitas kentang aktual pada tahun 2011 sebesar 18 ton/ha (BP3K Kecamatan Cigedug 2012), padahal produktivitas potensial yang dapat dicapai kentang varietas Granola maupun varietas Atlantic, yaitu kurang lebih 30 ton/ha (Samadi 2007 dan Ashari 2009). Produktivitas kentang di Desa Cigedug yang belum mencapai produktivitas potensial dikarenakan penerapan teknologi maupun penggunaan sarana produksi diduga belum memenuhi kaidah standar operasional prosedur yang dianjurkan. Misalnya saja pada penggunaan pestisida, dimana berdasarkan data BP3K Kecamatan Cigedug (2012) penggunaan obat-obatan secara terpadu oleh petani baru mencapai 28 persen. Penggunaan fakor produksi seperti ini erat kaitannya dengan jumlah produktivitas (output) dalam suatu kegiatan usahatani. Penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani agar penggunaannya sesuai dengan kaidah standar operasional prosedur. Penggunaan input yang berlebihan tentunya membuat petani mengeluarkan biaya yang besar pula, sedangkan kurangnya penggunaan input diduga dapat menurunkan hasil. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi pendapatan usahatani kentang baik varietas Granola maupun varietas Atlantic. 7

Selain berkaitan dengan pendapatan, adanya penggunaan faktor produksi juga berpengaruh pada keputusan petani dalam melakukan penanaman kentang varietas Granola maupun varietas Atlantic, khususnya dalam memperhitungkan kebutuhan dan biaya usahatani. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah usahatani kentang baik varietas Granola (noncontract farming) maupun varietas Atlantic (contract farming) menguntungkan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut? 2) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kentang di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis pendapatan usahatani kentang varietas Granola (noncontract farming) dan varietas Atlantic (contract farming) di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kentang di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1) Petani kentang, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani kentang. Hal tersebut bertujuan agar petani dapat mengambil langkah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan dari usahatani kentang. 2) Pengambil keputusan, penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk mengambilan kebijakan agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 3) Kalangan akademis, penelitian ini dapat menjadi bahan literatur untuk penelitian selanjutnya. 8

4) Masyarakat umum, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana informasi dan bahan referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kentang. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada petani kentang varietas Granola yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak (noncontract farming) dan varietas Atlantic yang tergabung dalam dalam usaha pertanian kontrak (contract farming) di Desa Cigedug. Periode tanam yang digunakan penelitian ini adalah musim hujan (Oktober 2011 Januari 2012). Analisis usahatani menggunakan analisis pendapatan dan R/C rasio yang dianalisis secara kuantitatif, sedangkan faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas kentang dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. 9