PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dialami manusia dari waktu ke waktu, bahkan sejak adam dan hawa

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB II KAJIAN TEORI. ahli dalam bidang psikologi. Averill beserta teman-temannya mendeskripsikan

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembahasan kriminalitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB III METODE PENELITIAN. rencana dan prosedur penelitian yang meliputi asumsi-asumsi luas hingga

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak adanya ketenangan dalam masyarakat. Kejahatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. tahun ini. Masalah ini tidak lain yaitu masalah anak yang berhadapan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pola-pola kejahatan di LP Sumedang dan LP Cirebon. Lingkungan yang

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

SELF EFFICACY ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LAPAS ANAK KLAS IIA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB III METODE PENELITIAN. (Prasetyo & Jannah, 2012: 27). Pendekatan kuantitatif di sini, yakni. penelitian sesuai dengan apa adanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Faktor penyebab remaja menjadi pelaku begal terbagi dua yaitu dari

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Scanned by CamScanner

BAB I PENDAHULUAN. perampokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

Transkripsi:

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG Laily Lolita Sari_11410129 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup dalam era yang terus berkembang. Semakin hari semakin banyak perubahan dalam bidang apapun. Permasalahan dalam kehidupan yang semakin kompleks begitu berpengaruh dan menghasilkan perilaku kejahatan yang beragam. Kejahatan dapat terjadi dimanapun, kapanpun, dan pada siapapun. Dari data Badan Pusat Statistik pada tahun 2013, tindak kejahatan pencurian dengan pemberatan terhadap total jumlah kejahatan secara rata-rata lebih dari 13%. Proporsi untuk kejahatan pencurian kendaraan bermotor di atas 12% dan untuk kejahatan narkoba sebesar 4%. Gambaran tindak kejahatan secara kewilayahan selain data kejadian berdasarkan data polri, tindak kejahatan juga dapat dilihat berdasarkan ruang lingkup kewilayahan (desa/kelurahan). Bagian ini akan melihat gambaran situasi dan perkembangan tindak kejahatan yang dialami oleh masyarakat berdasarkan cakupan jumlah desa/kelurahan yang terdapat kejadian kejahatan (Badan Pusat Statistik, 2013). Pelaku kejahatan yang ditindak oleh pihak berwajib akan mendapatkan sanksi dan binaan di lembaga pemasyarakatan setempat. Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (Simon R. & Sunaryo, 2011:5). Narapidana sebagai warga binaan pemasyarakatan diharapkan memiliki potensi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan bantuan petugas pemasyarakatan dalam proses pembinaan. Masyarakat merupakan tempat kembalinya narapidana menjadi warga yang merdeka pun memiliki peran untuk mendukung keberhasilan pembinaan narapidana. Namun, hukuman kurungan atau pembinaan pelaku kejahatan di lembaga pemasyarakatan pun dinilai tidak efektif melihat banyaknya permasalahan internal yang terjadi pada lembaga pemasyarakatan. Beberapa permasalahan yang khas di

lembaga pemasyarakat tidak dapat menghasilkan binaan yang baik pada narapidana, diantaranya persoalan sumber daya yang ada pada lembaga pemasyarakat, kelebihan kapasitas penghuni, maupun kerusuhan dan konflik internal. Tak jarang pelaku kejahatan yang telah dibina dalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan akan melakukan kejahatan kembali dan beberapa kali keluar masuk lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan dikarenakan pembinaan tidak terlaksana secara maksimal. Menurut Sitohang, narapidana yang lebih dari dua kali menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan merupakan narapidana yang melakukan kejahatannya kembali, sehingga terkena hukuman pidana kembali di lembaga pemasyarakatan disebut dengan residivis (Nurrahma, 2012:6). Di Indonesia, angka residivis mengalami penaikan dan penurunan yang tidak pasti. Pada periode tahun 1994 sampai tahun 1996 angka residivis mencapai 5,61%, sedangkan pada tahun 1997 sampai tahun 1999 terjadi kenaikan mencapai 6,63% dan selanjutnya pada tahun 2000 mengalami menurunan sebesar 5,27% kemudian tahun 2001 penurunan mencapai 2,84% (Priyatno, 2013:125). Aktivitas yang tidak berguna dalam lapas bahkan adanya pelanggaran di lingkungan lapas merupakan gambaran narapidana yang kurang berhasil dalam pembinaan sedangkan narapidana yang memiliki aktivitas produktif bahkan menunjukkan peningkatan perilaku positif merupakan keberhasilan pembinaan. Menurut Seligman (Carr, 2004:1) perasaan positif pada seseorang dikategorikan pada 3 (tiga) kategori yaitu sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu, saat sekarang, dan masa depan. Perasaan emosi antara lain sikap positif, harapan, percaya diri, keyakinan dan kepercayaan. Kepuasan, kebanggaan, kepuasan, ketentraman merupakan perasaan positif yang berhubungan dengan masa lalu. Teori yang dianggap relevan sebagai kerangka analisa potensi untuk menjadi residivis pada narapidana yaitu teori harapan. Harapan terhadap masa depan dari narapidana dalam masa pembinaan pun cukup berpengaruh. Harapan dalam psikologi berarti memiliki keyakinan akan kekuatan dalam diri untuk berubah (Olson, 2005:347). Adanya harapan sebagai faktor intenal individu di luar faktor eksternal yang mempengaruhi kecenderungan residivis pada narapidana, maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Harapan Terhadap Kecenderungan Residivis Pada Narapidana di Lapas Klas I Malang.

2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana tingkat harapan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Malang? 2) Bagaimana tingkat kecenderungan residivis pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Malang? 3) Bagaimana hubungan harapan terhadap kecenderungan residivis pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IA Malang? 3. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui tingkat harapan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang 2) Untuk mengetahui tingkat kecenderungan residivis pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang 3) Untuk mengetahui pengaruh harapan terhadap kecenderungan residivis pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang 4. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Untuk menambah wawasan keilmuan di bidang psikologi pada umumnya, dan pengembangan ilmu kriminologi dan hukum pidana pada khususnya b. Secara Praktis Pengembangan intervensi orientasi di masa depan pada narapidana serta dapat berkontribusi terhadap aparat penegak hukum, khususnya kepolisian untuk menjadi bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah preventif maupun kuratif guna menanggulangi pengulangan kejahatan pada narapidana yang berpotensi menjadi residivis. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Harapan Harapan merupakan istilah yang telah banyak didiskripsikan oleh para ahli dalam bidang psikologi. Averill beserta teman-temannya mendeskripsikan harapan sebagai emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J. Lopez, 2009:487). Stotland dan Gottschalk masing-masing mendeskripsikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, Stotland menekankan hal penting dan kemungkinan dalam mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan

tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang sulit (J. Lopez, 2009:487). Staat memandang harapan merupakan ekspektasi yang berinteraksi dengan pengharapan untuk mewujudkan kemungkinan dan berpengaruh pada tujuan yang dicapai (J. Lopez, 2009:487). Teori tentang harapan telah dikembangkan oleh C.R. Snyder selama bertahuntahun. Menurut Snyder (Carr, 2004:90), harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan. Secara umum yang dapat disimpulkan pengertian harapan ialah keadaan mental positif pada seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya mencapai tujuan pada masa depan. Aspek-aspek yang terkandung dalam harapan menurut R.Snyder diantaranya goal, pathway thinking, agency thinking, dan kombinasi antara pathway thinking dan agency thinking. Adapun faktor-faktor harapan menurut Weil (2000) yaitu dukungan sosial, kepercayaan religius, kontrol. 2. Kecenderungan Residivis Nathan D, Mandel, dkk. (1965), mendefinisikan residivis adalah seseorang yang telah bebas dari suatu institusi tahanan dan terus menerus menjadi pelanggar hukum yang kronis atau berbuat satu atau lebih kejahatan yang serius. Kata residivis, dalam konteks psikologi, dapat didefinisikan secara luas sebagai hasil dari perilaku kriminal setelah seseorang telah dihukum dari tindak kejahatan, hukuman dan pemeriksaan (Carvalho, 2002:8). Kecenderungan pada era modern dalam kriminologi (Carvalho, 2002:10) telah tampak pada tiga kemungkinan definisi residivis, yaitu: a. Penangkapan kembali Mantan narapidana terbukti lebih banyak terjadi daripada penghukuman dan pengurungan kembali karena setelah penangkapan akan ada proses yang membuat seseorang tersebut bebas atau mendapatkan hukuman pengurungan. b. Penghukuman kembali Penghukuman diberikan kepada orang orang yang telah ditangkap kembali sebagai tindak lanjut proses penangkapan.

c. Pengurungan kembali Pengurungan pada orang orang yang tertangkap merupakan tindak lanjut dari bentuk penghukuman kembali. Pembahasan tentang residivis telah banyak dikaji oleh banyak ahli. Residivis sebagai suatu pengulangan perilaku kejahatan akan dapat diungkap dengan melihat kecenderungan tingkah laku individu yang mengarah pada perilaku kejahatan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecenderungan residivis merupakan kecenderungan pengulangan menjadi pelanggar hukum dalam berbuat satu atau lebih kejahatan yang sama atau berbeda. Adapun faktor-faktor residivis menurut Azriadi (2011:18) yaitu lingkungan dan dampak dari prisonisasi. Kriteria residivis menurut Prasetyo (2010:192) berdasarkan sifatnya terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu yang pertama residivis umum dengan kriteria seorang yang telah melakukan kejahatan, terhadap kejahatan mana telah dijatuhi hukuman yang telah dijalani, kemudian ia mengulangi kembali melakukan setiap jenis kejahatan, maka pengulangan ini dapat dipergunakan sebagai dasar pemberatan hukuman. Kedua, residivis khusus dengan kriteria seorang yang melakukan kejahatan, telah dijatuhi hukuman atas kejahatan tersebut, setelah menjalani hukuman ia mengulangi melakukan kejahatan, kejahatan yang mana merupakan kejahatan yang sejenis. 3. Hipotesis Ada hubungan negatif antara harapan dan kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang. Semakin tinggi harapan, maka semakin rendah tingkat kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang, dan sebaliknya, semakin rendah harapan maka semakin tinggi kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang. C. METODE PENELITIAN 1. Variabel Penelitian Variabel bebas (independent variable) adalah harapan, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah kecenderungan residivis.

2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah narapidana yang menjalani kurungan di Lapas Klas I Malang per bulan oktober 2014 berjumlah mencapai 1.299 orang. sedangkan sampel yang diambil adalah sebanyak 10-15% dari keseluruhan subjek yaitu sebanyak 133 orang. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan skala adaptasi, yaitu skala harapan (R.Snyder, 2000) dan skala kecenderungan residivis menggunakan Psychopathy Checklist-Revised (Robert D. Hare, 1970). 4. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat, peneliti menggunakan analisis regresi sederhana, dalam perhitungan tersebut peneliti menggunakan bantuan SPSS 16.00 for windows. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Analisis data yang telah dilakukan terhadap pengaruh harapan terhadap kecenderungan residivis menunjukkan hasil dari F hitung sebesar 7,780 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,006. Diketahui F tabel sebesar 6,314 dan menggunakan taraf signifikan sebesar 5% (0,05). Apabila dibandingkan, maka F hitung > F tabel (7,780 < 6,314). Data menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara harapan tehadap kecenderungan residivis pada narapidana. Koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh R square sebesar 0,056 dengan adjusted R square 0,096. Nilai determinasi 0,114 mengindikasi bahwa 5,6% harapan berkontribusi pada kecenderungan residivis narapidana di lembaga pemasyarakatan klas I Malang, sedangkan sisanya 94,4% dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Pembahasan Hasil uji analisis regreasi sederhana dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya pengaruh harapan terhadap kecenderungan residivis. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan, maka semakin rendah

kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang dan sebaliknya semakin rendah harapan maka semakin tinggi kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat harapan pada narapidana tergolong tinggi, dimana dari seluruh responden sebanyak 133 orang, sebanyak 102 orang narapidana (77%) memiliki tingkat harapan yang tinggi. Hal ini mempresentasikan bahwa tingkat harapan pada narapidana sangat baik, dimana adanya sikap positif dan optimis untuk menghadapi masa depan terutama pada masa setelah pembebasan dan kembali ke masyarakat. Sedangkan hasil penelitian kecenderungan residivis menunjukkan mayoritas narapidana memiliki kecenderungan residivis yang rendah sebanyak 133 orang narapidana (100%). Data ini mempresentasikan bahwa kecilnya potensi narapidana untuk mengulangi kejahatan setelah bebas dan kembali ke masyarakat. Terdapat pengaruh yang signifikan antara harapan narapidana terhadap kecenderungan residivis, 5,6% harapan berkontribusi pada kecenderungan residivis, sedangkan sisanya 94,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Data penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 5,6% harapan sebagai salah faktor yang mempengaruhi perilaku mengulangi kejahatan pada narapidana, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun prediksi jangka panjang yang dapat disimpulkan, narapidana dengan tingkat harapan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kecenderungan untuk mengulangi kejahatan. Harapan yang tinggi akan meminimalisir tingkat residivis, namun hal tersebut hanya sebatas faktor internal yang terdapat pada diri narapidana. Ditinjau dari penelitian oleh Azriadi (2011) faktorfaktor yang menjadi pendukung timbulnya residivis diantaranya lingkungan masyarakat dan dampak dari prisonisasi. Lingkungan masyarakat cenderung memberikan stigma negatif pada mantan narapidana dan mempengaruhi pola pikirnya yang merasa sebagai pelanggar hukum dan pelaku kejahatan. Sedangkan dampak prisonisasi ialah pengaruh negatif terhadap narapidana dimana pengaruh itu berasal dari nilai dan budaya penjara.

E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara harapan dengan kecenderungan residivis terdapat pengaruh dimana hubungan antar kedua variabel ialah hubungan negatif. Semakin rendah kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang dan sebaliknya semakin rendah harapan maka semakin tinggi kecenderungan residivis pada narapidana di Lapas Klas I Malang. 2. Saran Saran yang dapat disampaikan peneliti terkait hasil penelitian diantaranya untuk lapas yaitu membina para narapidana dengan fasilitas yang ada dan sesuai dengan visi maupun misi lembaga pemasyarakatan diharapkan lebih memaksimalkan kinerja dengan memenuhi hak-hak narapidana yang telah tertuang dalam undang-undang. Saran lain untuk kepolisian dengan fungsinya sebagai pengayom dan mitra masyarakat hendaknya lebih efektif dalam memberikan sosialisasi terkait dengan ketertiban masyarakat terutama pada lingkungan yang potensial terhadap terjadinya kejahatan. Adapun saran untuk masyarakat agar diharapkan lebih waspada, mawas diri, dan tidak memberikan celah sekecil apapun terhadap perilaku kejahatan dan masyarakat merupakan tempat kembalinya narapidana hendaknya dapat menerima mantan narapidana dengan baik. Sedangkan saran untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang kecenderungan residivis yang lebih spesifik seperti digolongkan berdasarkan jenis kejahatan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.