BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Hal tersebut dipicu oleh

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umur, jenis kelamin, dan ras. Epidemi penyakit HIV/AIDS menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di SMAN 1 Tamansari Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 3. Seperti yang telah dijelaskan pada bab satu, bahwa penulis akan menganalisis

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Transkripsi:

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual atau yang biasa disebut dengan orientasi seksual. Supratiknya (1995) membagi orientasi seksual menjadi tiga : heteroseksual, yaitu ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang berbeda (pria dengan wanita dan sebaliknya), biseksual, yaitu ketertarikan seksual kepada wanita dan pria sekaligus, homoseksual, yaitu ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang sama (wanita dengan wanita yang disebut lesbian dan pria dengan pria yang disebut gay). Orientasi heteroseksual jarang menjadi topik permasalahan, namun hemoseksual menjadi topik yang hangat untuk diperbicangkan. Homoseksualitas adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama, atau tertarik atau mencintai jenis kelamin yang sama (Kartono dalam Yulianto,2006). Menurut hasil survey CIA, jumlah populasi LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) di Indonesia menduduki peringkat ke-5 terbesar di dunia, yang pertama adalah China, India, Eropa dan Amerika. Menurut para peneliti munculnya LGBT adalah secara alami, kecuali di Eropa dan Amerika karena didukung dengan kebebasan media dalam menyiarkan hal-hal berbau LGBT dan itu memicu perkembangan peilaku menyimpang dengan sangat cepat 1

2 (Sixpackmagazine, 2015). Di Indonesia sendiri, telah diprediksi oleh badan PBB pada tahun 2011, bahwa jumlah LGBT di Indonesia mencapai tiga juta, sedangkan di tahun 2012 berdasarkan estimasi Kemenkes, terdapat 1.095.970 LSL (Lelaki berhubungan Sex dengan Lelaki) baik yang tampak maupun tidak. Lebih dari lima persennya (66.180) mengidap HIV (Nasional.Republika, 2016). HIV merupakan penyakit yang menular dan mematikan, sehingga menjadi perhatian serius bagi seluruh dunia, Kader Muda Kesehatan Puskesmas Senen, Agustian, mengatakan hampir di setiap hari jadwal pelayanan Poli VCT selalu ada pasien gay yang hanya melakukan tes awal atau melakukan pengobatan ARV, sekarang sudah menunjukkan penurunan yang terinfeksi melalui jarum suntik (Nasional.Republika, 2016). Fenomena gay masih dipandang menjadi fenomena sosial yang kontroversial. Sudah bukan hal yang tabu lagi jika mendengar istilah gay, sebagian dari mereka sudah tidak lagi sungkan menunjukkan identitasnya sebagai pria yang mencintai sesama jenis. Aktivis Komunitas Peduli Sahabat dari Jakarta, Edy Wirastho, menyatakan jumlah kaum gay di Kota Solo diduga lebih dari 5.000 orang. Angka tersebut diklaim berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo tahun 2010 (Harianjogja, 2016). Seiring berjalannya waktu bersamaan dengan teknologi modern, media sosial menjadi salah satu yang mendorong seseorang untuk saling berinteraksi dengan sesama gay. Belakangan ini Indonesia dihebohkan berita oleh prostistusi online anak-anak yang berusia dibawah 18 tahun yang dilakukan oleh 3 tersangka (AR, ER, dan UT). Dari pernyataan pengacara tersangka AR,ER dan UT terungkap bahwa hal-hal yang

3 melatarbelakangi tindakan tersangka diantaranya, karena kondisi ekonomi, broken home serta rasa trauma yang disebabkan karena kedua tersangka pernah menjadi korban sodomi (Nasional.Republika, 2016). Dekan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah menilai sikap orientasi seksual yang menyimpang lebih banyak disebabkan oleh faktor eksternal seperti pola asuh orang tua, kondisi lingkungan, fasilitas pendidikan yang diperoleh (Republika, 2015). Orang tua berperan penting dalam membentuk perilaku seorang anak. Tidak dipungkiri, bahwa ada atau tidaknya orangtua sangatlah berperan bagi pembentukan identitas anak dalam mencari jati diri. Shaffer (dalam Lestari,2012) menyatakan bahwa perilaku orang tua akan memengaruhi perilaku anak dan sebaliknya bahwa perilaku anak akan memengaruhi respons orang tuanya. Perilaku seorang anak bisa terbentuk dari persepsi anak terhadap orangtuanya. Sebagaimana menurut hasil penelitian Kristiana, I. F., Syarifah, H., & Widodo, P.B (2012) yang menyimpulkan bahwa persepsi akan terinternalisasi dalam diri individu yang kemudian nantinya dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku. Persepsi dapat terinternalisasi dalam perilaku setelah melewati beberapa proses, yaitu seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Sobur, 2003). Menurut Fairweathes (dalam Krampe, 2003), setiap orang memiliki persepsi tentang ayah (father image). Bagi anak laki laki, ayah yang kurang berperan dalam menjalankan fungsi keayahannya akan membawa berbagai dampak yang buruk bagi dirinya, antara lain pada identitas dan peran seksual

4 ayah. Berbagai dampak buruk yang mungkin terjadi akibat tidak berfungsinya ayah, salah satunya adalah dampak terhadap identitas dan peran seksual anak. Ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak laki - lakinya bisa membawa dampak yang cukup berarti bagi perkembangan seksual maupun orientasi seksual anak. Pada anak laki-laki, hubungan yang sangat dekat dengan ibu dikombinasikan dengan hubungan yang renggang dengan ayah yang dikarenakan ayah tidak memiliki banyak waktu dengan anak, akan menyebabkan terjadinya gangguan identitas gender (Elia, 2000). Anak laki laki yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari ayah bisa mengalami kekaburan dalam sisi maskulinnya (Dagun, 1990). Berdasar hasil penelitian dari Stubley, T., Rojas, M., & McCroy, C (2015) semakin berkembangnya zaman, semakin banyak tantangan dari luar lingkungan sosial anak, oleh karena itu seorang ayah harus kuat mendukung dan berpartisipasi dalam kehidupan anak, karena dengan adanya dukungan sosial dari ayah berkaitan dengan penyesuaian sosial remaja dengan lingkungan. Terkadang orang tua tidak menyadari apa yang diinginkan anak, mereka menginginkan agar orang tuanya lebih bergembira, tidak terlalu stress menghadapi pekerjaan, selalu ada secara emosional tanpa harus marah marah pada anak (Brooks, 2011). Persepsi dapat terjadi melalui sebuah proses yang bergantung pada berbagai faktor perangsang yang ada, dan proses belajar dari sebuah pengalaman. Hasil wawancara awal dengan partisipan pertama yang berinisial AAI yang memilih menjadi gay, dari pengalaman masa lalunya sejak kecil partisipan merasa

5 kurang kasih sayang dari ayah karena ayah partisipan jarang pulang ke rumah, meskipun terkadang pulang ke rumah, partisipan berinteraksi dengan ayah hanya seperlunya saja, dan merasa ayahnya terlalu kasar pada partisipan ketika menasehati sering dengan kekerasan, sehingga partisipan ingin mencari sosok figur seorang ayah dari pria lain yang dirasakan lebih dewasa dari dirinya. Partisipan sering berkenalan dengan beberapa pria yang lebih dewasa dari dirinya, yang bisa mengerti dan memanjakan partisipan seperti yang diinginkan oleh partisipan. Hasil wawancara awal dengan partisipan yang kedua yang berinisial MI yang memilih menjadi heteroseksual, dari pengalaman masa kecil hingga sekarang partisipan tidak pernah bertemu ayahnya dan tidak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya karena ayah partisipan sudah meninggal sejak partisipan masih berusia 2 tahun, partisipan mengaku memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, namun menurut partisipan, dirinya mendapatkan figur ayah dari ibunya. Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, pertanyaan penelitiannya yaitu apakah persepsi terhadap peran ayah dapat menyebabkan seseorang memilih orientasi seksualnya menjadi gay?. B. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk memahami dan mendeskripsikan orientasi seksual menjadi gay ditinjau dari persepsi terhadap peran ayah.

6 C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan: 1. Bagi ayah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang peranan seorang ayah yang memiliki anak laki-laki agar tidak terjerumus dalam perilaku penyimpangan seksual. 2. Bagi ibu, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan gambaran mengenai peran ayah kepada anak, agar anak tidak memiliki persepsi buruk terhadap ayah. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang orientasi pria gay ditinjau dari persepsi tentang peran ayah, sehingga masyarakat tidak lagi memberikan gambaran yang buruk mengenai peran ayah kepada anak 4. Memberikan sumbangan ilmiah sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya psikologi sosial dengan menerapkan hasil penelitian sebagai tambahan informasi mengenai orientasi seksual menjadi gay ditinjau dari peran ayah. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang diajukan adalah sebuah penelitian yang ingin berusaha mengetahui dan memahami pemilihan orientasi seksual menjadi gay ditinjau dari peran ayah. Keaslian dalam penelitian ini akan diungkap dengan memaparkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang masih berkaitan dengan penelitian yang diajukan.

7 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pontoh, M.M., Opod, H., & Pali, C (2015), mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Homoseksual pada Komunitas Gay X di Manado. Yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat homoseksual seseorang. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah partisipan 76 orang di Manado. Hasil dari penelitiannya adalah ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan tingkat homoseksual pada gay X di Manado, yaitu semakin baik pola asuh orang tua yang diterapkan, semakin berkurang perilaku penyimpangan seseorang. Skripsi yang disusun oleh Saefudin (2016) mengenai Pengalaman Pengasuhan Gay. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengalaman pengasuhan mahasiswa gay. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kasus yang dilakukan pada 2 mahasiswa aktif di Yogyakarta. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa ketika ayah yang kurang terlibat dalam proses pengasuhan mengakibatkan partisipan memilih aktifitas yang ditiru oleh sosok ibu, sehingga semakin besar resiko penyimpangan orientasi seksual. Terdapat perbedaan antara penelitian yang diajukan dengan penelitian sebelumnya, diantaranya adalah dalam penelitian yang diajukan bertujuan untuk memahami orientasi seksual menjadi gay ditinjau dari peran ayah. Penelitian ini juga berbeda dari segi metode penelitian yang digunakan, subyek, lokasi dan kriteria subyek. Sehingga penelitian ini murni dari diri peneliti sendiri.