ANALISIS STRUKTUR SISTEM RANGKA PENAHAN MOMEN BIASA PADA BERBAGAI JENIS TANAH BERDASARKAN DISPLACEMENT DAN DRIFT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRUKTUR SISTEM RANGKA PENAHAN MOMEN BIASA PADA BERBAGAI JENIS TANAH BERDASARKAN DISPLACEMENT DAN DRIFT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

EVALUASI DESAIN STRUKTUR GEDUNG UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM TERHADAP GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beban, saat dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

ANALISIS PEMBEBANAN BESMEN TAHAN GEMPA

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

ANALISIS BANGUNAN ASIMETRIS TERHADAP TINJAUAN DELATASI AKIBAT GAYA HORIZONTAL

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

STANDAR PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTUK STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

ANALISA SIMPANGAN PADA STRUKTUR GEDUNG 10 LANTAI MENGGUNAKAN SNI DAN RSNI X

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

SNI SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA. Tata Cara Perencanaan Ketahanaan Gempa untuk Bangunan Gedung

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

SNI SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA. Tata Cara Perencanaan Ketahanaan Gempa untuk Bangunan Gedung (Beta Version)

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

( untuk struktur yang lain)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

ANALISIS PUSHOVER NONLINIER STRUKTUR GEDUNG GRIYA NIAGA 2 BINTARO. Oleh: YOHANES PAULUS CHANDRA YUWANA PUTRA SAKERU NPM.

BAB III METODE ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan memerlukan proses desain. Proses desain ini dapat dibedakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Transkripsi:

ANALISIS SRUKUR SISEM RANGKA PENAHAN MOMEN BIASA PADA BERBAGAI JENIS ANAH BERDASARKAN DISPLACEMEN DAN DRIF Kukuh Kurniawan Dwi Sungkono email: kukuhkds@yahoo.co.id Diterima anggal: 6 Januari 7 Disetujui anggal: 7 Januari 7 Abstrak Dalam suatu proyek perencanaan bangunan gedung pasti memiliki keunikan sendiri dan selalu berbeda dengan dengan proyek lainnya. Suatu perencanaan bangunan yang mempunyai lokasi tertentu pasti memiliki jenis tanah yang berbeda pula dengan lokasi lainnya. Bangunan yang terletak pada wilayah gempa tertentu dengan percepatan puncak batuan dasar periode ulang tahun belum tentu memiliki percepatan respon gempa yang sama, jika dilihat dari berbagai jenis tanah yang ada (tanah lunak, tanah sedang dan tanah keras). Dari penelitian ini dihasilkan waktu getar alami metode empiris dengan Methode A dari UBC Section 6.. menghasilkan periode yang lebih kecil yaitu,97 detik sedangkan menurut SNI -76- pasal.6 tabel 8, untuk wilayah gempa adalah,8 detik. Gaya Geser Dasar Nominal terbesar terjadi pada anah Lunak yaitu sebesar 8,7 kg, anah Sedang adalah,7 kg dan anah Keras adalah 6,8 kg. Hal ini dikarenakan percepatan gravitasi pada setiap jenis tanah berbeda. Dari hasil analisis dengan program EABS, waktu getar alami terbesar terdapat di bangunan dengan jenis tanah lunak, yaitu, detik, tanah sedang,77 detik dan tanah keras,89 detik. Dan kinerja batas layan () dan kinerja batas ultimit (ΔM) masih memenuhi syarat. Dan displacement lantai terbesar terjadi pada tanah lunak, diikuti tanah sedang dan terkecil pada tanah keras. Kata kunci : waktu getar alami, gaya geser dasar nominal, kinerja batas, EABS. PENDAHULUAN Posisi Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng tektonik besar di dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Hal ini menjadikan negara dengan rawan gempa di dunia. Sebagai standar acuan dasar bagi perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia, maka dibuat suatu zonasi rawan gempa yang ada. Zonasi rawan gempa disusun berdasarkan statistik dan letak geografis kejadian gempa sehingga dapat diperkirakan bagaimana kejadian gempa yang terjadi di suatu wilayah. Dalam suatu proyek perencanaan bangunan gedung pasti memiliki keunikan sendiri dan selalu berbeda dengan dengan proyek lainnya. Sesuai dengan definisi proyek itu sendiri, adalah pekerjaan yang mempunyai sifat unik dan tidak berlangsung selamanya. Keunikan yang membedakan suatu perencanaan bangunan gedung adalah beban yang direncanakan, bentuk bangunan, lokasi bangunan, jenis tanah dan lain-lain. Suatu perencanaan bangunan yang mempunyai lokasi tertentu pasti memiliki jenis tanah yang berbeda pula dengan lokasi lainnya. Perbedaan ini menghasil-

kan gaya gempa pada suatu struktur bang-unan berbeda pula. Bangunan yang terletak pada wilayah gempa tertentu dengan percepatan puncak batuan dasar periode ulang tahun belum tentu memiliki percepatan respon gempa yang sama, jika dilihat dari berbagai jenis tanah yang ada (tanah lunak, tanah sedang dan tanah keras). Perencanaan bangunan tahan gempa umumnya dilakukan dengan analisa elastis yang diberikan faktor beban untuk simulasi kondisi ultimit (batas). etapi perilaku runtuh struktur bangunan pada saat gempa adalah kondisi inelastis. Salah satu aspek yang mempengaruhi beban gempa dalam perencanaan bangunan gedung adalah periode bangunan. Periode bangunan sangat dipengaruhi oleh massa struktur serta kekakuan struktur tersebut. Kekakuan struktur sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur, bahan yang digunakan serta dimensi struktur.. INJAUAN PUSAKA. Konsep Dasar Bangunan ahan Gempa Berdasarkan International Building Code (IBC) 9, dalam perencanaan sistem bangunan tahan gempa untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa mengikuti ketentuan sebagai berikut: a) idak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil. b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tetapi bukan merupakan kerusakan struktural. c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktur dan non-struktural pada gempa kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan runtuh. d) Sistem sprinkler untuk proteksi kebakaran dan tangga keluar tetap utuh.. Dinamika Struktur Didalam SNI-76-, analisis perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: ) Analisis beban dorong statik (static push over analysis) pada struktur gedung. Suatu cara analisis statik dimensi atau dimensi linier dan non-linier, di mana pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya dikan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan. ) Analisisbeban gempa statik ekuivalen pada struktur gedung beraturan. Suatu cara analisis statik dimensi linier dengan meninjau bebanbeban gempa statik ekuivalen, sehubungan dengan sifat struktur gedung beraturan yang praktis berperilaku sebagai struktur dimensi, sehingga respons dinamiknya praktis hanya ditentukan oleh respons ragamnya yang pertama dan dapat

ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa statik ekuivalen. ) Analisis beban gempa statik ekuivalen pada struktur gedung tidak beraturan. Suatu cara analisis statik dimensi linier dengan meninjau bebanbeban gempa statik ekuivalen yang telah dijabarkan dari pembagian gaya geser maksimum dinamik sepanjang tinggi struktur gedung yang telah diperoleh dari hasil analisis respons dinamik elastik linier dimensi. ) Analisis perambatang gelombang. Suatu analisis untuk menentukan pembesaran gelombang gempa yang merambat dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah, dengan data tanah di atas batuan dasar dan gerakan gempa masukan pada kedalaman batuan dasar sebagai data masukannya. ) Analisis ragam spektrum respons. Suatu cara analisis untuk menentukan respons dinamik struktur gedung dimensi yang berperilaku elastik penuh terhadap pengaruh suatu gempa melalui suatu metoda analisis yang dikenal dengan analisis ragam spektrum respons, di mana respons dinamik total struktur gedung tersebut didapat sebagai superposisi dari respons dinamik maksimum masing-masing ragamnya yang didapat melalui spektrum respons Gempa Rencana. 6) Analisis respons dinamik riwayat waktu linier. Suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung dimensi yang berperilaku elastik penuh terhadap gerakan tanah akibat Gempa Rencana pada taraf pembebanan gempa nominal sebagai data masukan, di mana respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metoda integrasi langsung atau dapat juga melalui metoda analisis ragam. 7) Analisis respons dinamik riwayat waktu non-linier. Suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung dimensi yang berperilaku elastik penuh (linier) maupun elasto-plastis (non-linier) terhadap gerakan tanah akibat Gempa Rencana sebagai data masukan, di mana respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metoda integrasi langsung.. Dasar Perencanan Dasar perencanaan bangunan gedung yang menjadi standar acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ) Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI -76-) ) ata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI-87-); ) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG tahun 98) a. Beban Gempa Pembebanan gempa yang terjadi pada struktur bangunan didasarkan gempa rencana yang didasarkan SNI- 76-, zonasi peta gempa menggunakan peta gempa untuk probabilitas % terlampaui dalam tahun atau memiliki periode ulang tahun.

Banda Aceh 6 Pekanbaru Padang Bengkulu J ambi Palembang Bandarlampung Jakarta Bandung Sukabumi Garut Semarang asik malaya Solo Jogjakarta Cilac ap Surabay a Palangk araya Banyuwangi Banjarmasin Denpasar Samarinda Matar am 6 Makasar Palu Kendari Kupang Manado 6 er nate Ambon Sorong ual Manok wari Biak 6 J ayapur a Merauke Berdasarkan SNI-76-, jenis-jenis tanah dibagai menjadi macam jenis, yaitu: a) tanah lunak b) tanah sedang c) tanah keras d) tanah khusus Jenis tanah lunak, tanah sedang dan tanah keras apabila untuk lapisan setebal maksimum meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam abel. Berdasarkan kecepatan rambat gelombang, nilai hasil est Penetrasi Standar rata-rata dan kuat geser niralir rata-rata, jenis tanah ditentukan sebagai berikut: Jenis tanah anah Keras anah Sedang anah Lunak abel : Jenis-jenis tanah Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata, v s (m/det) Nilai hasil est Penetrasi Standar ratarata N kuat geser niralir ratarata S u (kpa) v N S 7 v < N < S < v < 7 N < S < Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari m dengan PI >, w n % dan S < kpa Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam Gambar, di mana Wilayah Gempa adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar dan abel. o 9 o 96 o 98 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o o 8 o 8 Kilometer 8 o 6 o 6 o o o o o o o o o o o 6 o 8 o Blitar Malang 6 o 8 o o o o Wilayah Wilayah Wilayah :, g :, g :, g o o Wilayah Wilayah Wilayah 6 :, g :, g :, g o 6 o 9 o 96 o 98 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o o o 6 o 8 o o Gambar. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang tahun 6 o

Apabila percepatan puncak muka tanah Ao tidak didapat dari hasil analisis perambatan gelombang seperti disebut dalam Pasal.6., percepatan puncak muka tanah tersebut untuk masing-masing Wilayah Gempa dan untuk masingmasing jenis tanah ditetapkan dalam abel. abel : Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia. Wilayah Gempa 6 Percepatan puncak batuan dasar ( g ),,,,,, Percepatan puncak muka tanah A o ( g ) anah Keras anah Sedang anah Lunak anah Khusus,,,8,,8,,,,,8,,6,8,,,,6,8 Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi Pada setiap bangunan harus dikenal masuk dalam kategori salah dari kategori gedung yang tersebut pada pasal. SNI-76- atau abel dibawah. abel ini mencantumkan faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan yang dipakai untuk menghitung beban gempa nominal (V). abel : Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan Kategori gedung Faktor Keutamaan I I I Gedung umum seperti untuk penghunian,,,, perniagaan dan perkantoran Monumen dan bangunan monumental,,6,6 Gedung penting pasca gempa seperti rumah,,, sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi. Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya,6,,6 seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun. Cerobong, tangki di atas menara,,, Catatan : Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaam, I, dapat dikalikan 8%. Daktilitas struktur memakai parameter yaitu faktor daktilitas simpangan μ dan faktor reduksi gempa R.Daktilitas simpangan μ menya-

takan ratio simpangan di ambang keruntuhan δm dan simpangan pada terjadinya pelelehan pertama. R adalah ratio beban gempa rencana dan beban gempa nominal. R ini merupakan indikator kemampuan daktilitas struktur gedung. Nilai μ dan R tercantum pada pasal. SNI -76-. Faktor respons gempa (C) dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya bergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa rencana. Respons spektra gempa merupakan konsep pendekatan yang digunakan untuk keperluan perencanaan bangunan. Definisi dari respons spektra adalah respon maksimum dari suatu sistem struktur Single Degree of Freedom (SDOF) baik percepatan (a), kecepatan (v) dan perpindahan (d) dengan struktur tersebut dibebani oleh gaya luar tertentu. Absis dari respons spektra adalah periode alami sistem struktur dan ordinat dari respon spektra adalah respon maksimum. Kurva respon spektra akan memperlihatkan simpangan relatif maksimum (S d ), kecepatan relatif maksimum (S v ) dan percepatan total maksimum (S a ). Berdasarkan SNI -76- pasal.7. gambar, respons spektra ditentukan berdasarkan parameter jenis tanah (tanah lunak, tanah sedang, tanah keras) dan zonasi wilayah gempa yang berjumlah 6 zona. Dalam gambar tersebut, C adalah faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan adalah waktu getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik. Wilayah Gempa.7 Wilayah Gempa.7 C (anah lunak).9.8 Wilayah Gempa.9 C (anah lunak) C. C (anah lunak).8 C (anah sedang).. C. C ( anah sedang). C (anah keras).7 C. C (anah sedang). C (anah keras)....8... C (anah keras)...8.6..8...6......6......6.... Wilayah Gempa.8 Wilayah Gempa.9.9 Wilayah Gempa 6. C (anah lunak).7.8 C (anah lunak).8.9 C (anah lunak).8. C.... C (anah sedang). C (anah keras).6 C..8.. C ( anah sedang). C (anah keras) C.8.6.. C ( anah sedang). C ( anah keras)...6......6......6... Gambar Respons Spektrum Gempa Rencana Berdasarkan SNI-76- pasal., beberapa syarat struktur gedung ditetapkan gedung beraturan dan tidak beraturan apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut: Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut : - inggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak

lebih dari atau m. - Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari % dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut. - Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari % dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut. - Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal denah struktur gedung secara keseluruhan. - Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang menjulang dalam masingmasing arah, tidak kurang dari 7% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka. - Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya lunak. Yang dimaksud dengan lunak adalah suatu, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 7% kekakuan lateral di atasnya atau kurang dari 8% kekakuan lateral rata-rata di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu adalah gaya geser yang bila bekerja di itu menyebabkan satu satuan simpangan -. - Sistem struktur gedung memiliki berat lantai yang beraturan, artinya setiap lantai memiliki berat yang tidak lebih dari % dari berat lantai di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini. - Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral yang mene-rus, tanpa perpindahan titik berat-nya, kecuali bila perpindahan ter-sebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah per-pindahan tersebut. - Sistem struktur gedung memiliki lantai yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari % luas seluruh lantai. Kalaupun ada lantai dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi % dari jumlah lantai seluruhnya. Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap

pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen yang ditetapkan pada pasal 6 SNI-76-. Beban gempa didapatkan dari hasil perhitungan gaya geser dasar nominal V yang diperoleh rumus sebagai berikut: C I V W R t Dimana : V, adalah gaya geser dasar nominal C, adalah faktor respon gempa I, adalah faktor keutamaan gedung W t, adalah berat total gedung termasuk beban hidup yangbekerja R, adalah faktor reduksi gempa b. Sistem Struktur Penahan Gaya Seismik Sistem struktur suatu gedung adalah sistem yang dibentuk oleh komponen struktur gedung, berupa balok, kolom, pelat dan dinding geser, yang disusun sedemikian rupa sehingga masing-masing sistem mempunyai peran yang berbeda untuk menahan beban-beban. Perencanaan sistem struktur penahan gaya seismik ditentukan oleh parameter-parameter berikut ini:. Faktor daktilitas maksimum (μ m ). Faktor reduksi gempa maksimum (R m ). Faktor tahanan lebih total yang terkandung di dalam struktur gedung secara keseluruhan (f). SRUKUR GEDUNG BERAURAN. Periode Alami Struktur Berdasarkan SNI -76- pasal 6., waktu getar fundamental untuk struktur gedung di dalam penentuan faktor respons gempa C, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari % dari rumus Rayleigh. 6, n i g n i W d Dimana : W i, adalah massa lantai ke-i F i, adalah distribusi vertikal gaya gempa sesuai d i, adalah simpangan horizontal lantai ke-i g, adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9.8m/s Berdasarkan SNI -76- pasal 6.., distribusi gempa vertikal berdasarkan persamaan berikut: F Wi zi V i n i W i z i Dimana: W i, adalah berat lantai ke-i, termasuk beban hidup. z i, adalah ketinggian lantai ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral. n, adalah nomer lantai paling atas. V, adalah gaya geser desain total. Berdasarkan SNI -76- pasal.6, Untuk mencegah i F i i d i

penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada koefisien untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah nya n menurut persamaan < n Dimana:, adalah koefisien yang dapat dilihat pada abel n, adalah jumlah lantai gedung abel Koefisien yang membatasi waktu getar alami Fundamental struktur Wilayah Gempa 6,,9,8,7,6,. Simpangan Antar Lantai a. Kinerja Batas Layan Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan tingakat ini harus dihitungn dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal yang telah dibagi faktor skala. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan, berdasarkan SNI-76-, struktur gedung dalam segala hal simpangan yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui,/r kali tinggi yang bersangkutan atau mm, bergantung pada yang nilainya lebih kecil., i hi R atau i mm b. Kinerja Batas Ultimit Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan - maksi-mum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya -gedung atau bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal.. simpangan dan simpangan - ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa

nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali sebagai berikut :. untuk struktur gedung beraturan : =,7 R. untuk struktur gedung tidak beraturan :,7R Faktor Skala Dimana R adalah faktor red-uksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.... PEMODELAN SRUKUR Pemodelan dimensi bangu-nan gedung beraturan lantai dapat dilihat pada gambar dibawah: abel inggi dan Elevasi tiap Lantai No. Lantai inggi Lantai (m) Elevasi Lantai Base. +.. +.. + 6.. + 9.. +. 6. +. 7 6. + 8. 8 7. +. 9 8. +. 9. + 7.. +.. ANALISIS. Beban Gempa Rencana a. Waktu Getar Alami Dengan rumpus empiris Method A dari UBC Section 6.., waktu getar alami gedung adalah: C t =,7 h n = meter empiris = C t.h n ( ) empiris =,97detik Menurut SNI -76- pasal.6 tabel 8, untuk wilayah gempa, pembatasan waktu getar alami adalah: ζ =,8 n = = ζ. n =,8detik empiris =,97detik < =,8detik Gambar. Pemodelan dimensi struktur bangunan b. Gaya Geser Dasar Nominal Gaya geser dasar nominal yang terjadi pada dasar gedung, diperhitungkan akibat beban gedung, fungsi gedung dan wilayah gempa dengan cara analitik.

6. anah Lunak > (OK) 7. anah Sedang Waktu getar alami arah x dan y pada tanah lunak adalah sama, hal ini dikarenakan struktur bangunan berbentuk beraturan.. anah Sedang Waktu getar dari hasil model EABS pada tanah sedang didapatkan sebagai berikut: 8. anah Keras > (OK) Waktu getar alami arah x dan y pada tanah sedang adalah sama, hal ini dikarenakan struktur bangunan berbentuk beraturan. c. Analisis Waktu Getar Struktur 9. anah Lunak Waktu getar dari hasil model EABS pada tanah lunak didapatkan sebagai berikut:. anah Keras Waktu getar dari hasil model EABS pada tanah keras didapatkan sebagai berikut:

abel 6 Analisis Kinerja batas layan () akibat gempa pada tanah lunak arah x atau y > hi (m) Drift Syarat drift (OK) Waktu getar alami arah x dan y pada tanah keras adalah sama, hal ini dikarenakan struktur bangunan berbentuk beraturan. d. Analisis Kinerja Batas Layan dan Batas Ultimit Besaran simpangan dalam batas dibatasi sebagai berikut : Untuk Kinerja Batas Layan : S.. 86..7 6.6 S.9. 8.9.6 6.6 S.8. 77. 7.8 6.6 S.7. 7. 9.6 6.6 S.6. 6.98 9.76 6.6 S.... 6.6 S.. 8.78.9 6.6 S.. 6.8.7 6.6 S... 9.7 6.6 S...7.7 6.6 Kinerja batas Ultimit (ΔM) pada tanah lunak sebgai berikut: abel 7Analisis Kinerja batas Ultimit (ΔM) akibat gempapada tanah lunak arah x atau y Untuk Kinerja Batas Ultimit :. anah Lunak Kinerja batas layan () pada tanah lunak sebagai berikut: hi (m) Drift Drift Δm tingk at Syarat drift Δm S...7. 6. S.9..6.6 6. S.8. 7.8 7.6 6. S.7. 9.6.6 6. S.6. 9.76 7.8 6. S... 7.89 6. S...9 6. 6. S...7.8 6. S.. 9.7 7. 6. S...7.67 6.. anah Sedang Kinerja batas layan () pada tanah sedang sebgai berikut:

abel 8 Analisis Kinerja batas layan () akibat gempapada tanah Sedsng arah x atau y hi (m) Drift Syarat drift S.. 8..6 6.6 S.9. 6..7 6.6 S.8...6 6.6 S.7..89. 6.6 S.6. 6.88. 6.6 S.... 6.6 S.. 7.. 6.6 S...9. 6.6 S.. 6.6. 6.6 S...8.8 6.6 Kinerja batas ultimit (ΔM) pada tanah sedang sebgai berikut:. anah Keras abel 9 Analisis Kinerja batas Ultimit (ΔM) akibat gempapada tanah Sedang arah x atau y hi (m) Drift Drift Δm Syarat drift Δm S...6 6.8 6. S.9..7 8.7 6. S.8..6. 6. S.7... 6. S.6.. 7.9 6. S.... 6. S....8 6. S.... 6. S... 6.9 6. S...8 9.6 6. Kinerja batas layan () pada tanah keras sebgai berikut: abel Analisis Kinerja batas layan () akibat gempapada tanah Keras arah x atau y hi (m) Drift Syarat drift S.. 6.9. 6.6 S.9..8.6 6.6 S.8..66. 6.6 hi (m) Drift Syarat drift S.7...8 6.6 S.6. 8.7.7 6.6 S....8 6.6 S...9.9 6.6 S.. 8.. 6.6 S....9 6.6 S...6.6 6.6 Kinerja batas ultimit (ΔM) padatanah keras sebagai berikut: abel Analisis Kinerja batas ultimit (ΔM) akibat gempapada tanah Keras arah x atau y hi (m) Drift Drift Δm Syarat drift Δm S.... 6 S.9..6 6. 6 S.8.. 8.6 6 S.7..8.9 6 S.6..7. 6 S...8.78 6 S...9. 6 S....8 6 S...9. 6 S...6 6.8 6 e. Perbandingan Simpangan lantai pada berbagai jenis tanah. Dari hasil analisis yang dilakukan besarnya displacement lantai terbesar terjadi pada bangunan dengan jenis tanah lunak, diikuti tanah sedang dan tanah keras. Seperti terlihat pada abel dn Grafik. abel Perbandingan Maksimum Displacement Lantai anah Lunak anah Sedang anah Keras S. 86. 8. 6.9 S.9 8.9 6..8 S.8 77...66

anah Lunak anah Sedang anah Keras S.7 7..89. S.6 6.98 6.88 8.7 S.... S. 8.78 7..9 S. 6.8.9 8. S.. 6.6. S..7.8.6 S. S. S. anah Lunak anah Sedang anah Keras ΔM ΔM ΔM.7 9.7.7. 8 7. 8.6 7... 8. 6. 86 9.6..9.6. 7. 6.7 6 Grafik. Perbandingan Maksimum Displacement Lantai Grafik. Perbandingan Drift Antar Lantai Dari hasil analisis yang dilakukan besarnya simpangan lantai terbesar terjadi pada bangunan dengan jenis tanah lunak, diikuti tanah sedang dan tanah keras baik pada kondisi batas layan dan ultimit. Seperti terlihat pada abel, Grafk dan Grafik. abel Perbandingan Simpangan Antar Pada Berbagai Jenis anah S. S.9 S.8 S.7 S.6 S. S. anah Lunak anah Sedang anah Keras ΔM ΔM ΔM.7.6 7.8 9.6 9.76..9.. 99 7. 8.6 7. 76 7.8 9 6. 8.6. 7. 6.... 6.7 8.7.. 9 7. 9.. 8..6..8. 7. 8.9. 6. 7 8.6.9..7 8. Grafik. Perbandingan Drift ΔM Antar Lantai 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ) Waktu getar alami metode empiris dengan Methode A dari UBC Section 6.. menghasilkan periode yang lebih kecil yaitu,97 detik sedangkan menurut SNI -76- pasal.6 tabel 8, untuk wilayah gempa adalah,8 detik.

) Gaya Geser Dasar Nominal terbesar terjadi pada anah Lunak yaitu sebesar 8,7kg, anah Sedang adalah,7kg dan anah Keras adalah 6,8 kg. Hal ini dikarenakan percepatan gravitasi pada setiap jenis tanah berbeda. ) Dari hasil analisis dengan program EABS, didapatkan waktu getar alami terbesar terdapat di bangunan dengan jenis tanah lunak, yaitu sebesar, detik, untuk tanah sedang adalah,77 detik dan tanah keras adalah,89 detik. Sehingga desain bangunan ini untuk lantai masih memenuhi syarat batas waktu getas alami. ) Dari hasil analisis dengan program EABS displacement lantai terbesar terjadi pada tanah lunak, diikuti tanah sedang dan terkecil pada tanah keras. Saran ) Perlu dilakukan analisa menurut SNI terbaru. ) Perlu dilakukan analisis pada bangunan tidak beraturan untuk mengetahui perilakunya. ) Perlu dilakukan analisis dinamik dengan metode yang lain untuk mengetahui perilakunya. Anugrah Pamungkas. Erny Harianti. (9). Gedung Beton Bertulang ahan Gempa, IS Press. Bambang Budiono, Prof., Ir., M.E., PhD. Lucky Supriatna, S. (). Studi Komparasi Desain Bangunan ahan Gempa, Penerbit IB. PPIUG 98.(98). Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. SNI -76-. ata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah. SNI -87-. ata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pemukiman Dan Prasarana Wilayah. Biodata Penulis : Kukuh Kurniawan Dwi Sungkono, Alumni S- Jurusan eknik Sipil Fakultas eknik Universitas Negeri Semarang (8), Pasca Sarjana (S) Program Studi eknik Sipil Struktur Fakultas eknik Universitas Gadjah Mada (). Dosen Program Studi eknik Sipil Fakultas eknik UP Surakarta ( sekarang). 7. DAFAR PUSAKA