TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DEFINISI KASUS MALARIA

AKABANE A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

THEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS

2.1. Morphologi, etiologi dan epidemiologi bovine Tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA:

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

AGENT AGENT. Faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Jenis. Benda hidup Tidak hidup Enersi Sesuatu yang abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

secara sporadik atau endemik yang terdapat pada sapi sapi bali, sapi madura dan kerbau sedangkan jenis sapi

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

I. PENDAHULUAN. Menurut van Riper dkk. (1986), penyakit malaria burung (Plasmodium

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

SEROPREVALENSI TRYPANOSOMIASIS DI PULAU SUMBAWA, PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014 ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Penyakit SURRA (Trypanosomiasis) dan PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB 2 DATA DAN ANALISA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983) Ismu Prastyawati Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor PENDAHULUAN Tulisan ini merupakan hasil kunjungan penulis selama mengikuti kursus mengenai penyakit hemotropis yang diselenggarakan oleh ILRAD (International Laboratory for Research on Animal Diseases) di Nairobi, Kenya pada bulan Februari - Maret 1983. Kenya mempunyai luas kira-kira 225.000 mil persegi, kira-kira sebesar pulau Kalimantan dan berpenduduk kurang lebih 1 5 juta jiwa. Negara ini beriklim tropis, tetapi hanya 20% tanahnya yang dapat ditanami dengan tanaman pangan. Penyakit hemotropis yang penting pada ternak yang terdapat di Afrika yaitu Theileriosis, Trypanosomiasis, Babesiosis, Anaplasmosis, Heartwater, Eperythrozoonosis dan Borreliosis. Penyakit parasit, terutama Theileriosis merupakan masalah yang cukup berat di sebagian besar benua Afrika, termasuk Kenya. ILRAD didirikan pada tahun 1973 di Nairobi, ibukota Kenya, dan diresmikan pada bulan April 1978 oleh Presiden Daniel arap Moi. ILRAD didiri kan untuk mengembangkan dan meneliti cara-cara yang efektif dalam menanggulangi penyakit ternak. Laboratorium ini dibiayai oleh Bank Dunia, UNDP, The Rockefeller Foundation, dan negaranegara Australia, Belgia, Kanada, Jerman Barat, Irlandia, Belanda, Norwegia, Swedia, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan fasilitas lain berupa tanah seluas 70 hektar diberikan oleh pemerintah Kenya. Sejak tahun 1981, lebih dari 35 orang ilmuwan dan 300 orang staf dari berbagai bangsa bergabung menjadi satu untuk bekerja di ILRAD. Penelitian di ILRAD saat ini diutamakan pada penyakit ternak yang mempunyai kepentingan ekonomi terbesar di Kenya khususnya dan di Afrika umumnya, yaitu Trypanosomiasis dan East Coast Fever (ECF/Theileriosis). TRYPANOSOMIASIS Berbagai jenis Trypanosomiasis ditemukan hampir di seluruh dunia, seperti di Afrika, Amerika Latin, Asia dan di Timur Tengah. Di Afrika, Trypa nosomiasis ditemukan di daerah seluas kira-kira 10 juta km' atau sepertiga luas benua itu (1 ). Penyakit ini disebabkan oleh parasit protozoa yang dapat menyerang hewan ternak, hewan liar dan manusia. Penelitian di ILRAD dititikberatkan pada spesies-spesies terpenting yang mempengaruhi ekonomi di Afrika, yaitu : T. congolense, T. vivax dan T. brucei yang terutama menyerang ternak sapi, kambing dan domba, juga hewan liar (1). Spesies-spesies ini disebarkan oleh lalat tsetse (Glossina spp.), kadang-kadang oleh lalat penggigit (biting flies) (1, 3). Spesies lain yang juga menyerang ternak termasuk unta yaitu T. evansi dan disebarkan oleh lalat penggigit (3). Trypanosomiasis, jika menyerang hewan dapat menyebabkan anemia, menghambat pertu,mbuhan, infertilitas, keguguran dan sering mengakibatkan kematian pada ternak. Hewan-hewan yang bertahan hidup akan menunjukkan penurunan produksi yang nyata. Trypanosoma adalah parasit bersel tunggal yang menginvasi aliran. darah atau jaringan tubuh. I. Daur hidup T. b. brucei, T. congolense dan T. vivax (3). T. brucei brucei berkembang di dalam tubuh lalat tsetse, yaitu di usus tengah (midgut), proventrikulus, di kelenjar ludah, tempat bentuk meta siklik yang infektif dihasilkan. Beribu-ribu parasit metasiklik ditemukan dalam alat makan (feeding probe) lalat yang terinfeksi. Laju infeksi pada lalat di lapangan hanya sekitar 0,1 %, sedangkan laju infeksi di laboratorium bervariasi antara 1-15%. Parasit berkembang 2 sampai 4 minggu dan lalat menjadi infektif. 13

1. PRASTYAWATI : Trypanosomiasis dan Theileriosis T. congolense berkembang antara 2-4 minggu di dalam usus, proventrikulus dan kelenjar ludah lalat tsetse tempat bentuk metasiklik dihasil kan dan tsetse menjadi infektif. Hanya ada sekitar 50-100 parasit metasiklik yang ditemukan dalam alat makan lalat terinfeksi. Laju infeksi pada lalat di lapangan kira-kira 2% dan di laboratorium 5-15%. T. vivax berkembang di dalam mulut lalat tsetse. Lalat dari berbagai macam umur dapat terinfeksi dan laju infeksi pada lalat di lapangan cukup tinggi, yaitu sekitar 10-20% dan di laboratorium bisa sampai 100%. Parasit yang dihasilkan relatif sedikit dan belum diketahui apakah parasit ini mempunyai mantel permukaan (surface coat) atau tidak. Selama perjalanan infeksi di dalam tubuh mamalia, T.b. brucei mengalami perubahan morfologi menjadi bentuk yang lebih infektif terhadap tsetse. T. congolense dan T. vivax bisa mengalami perubahan di dalam tubuh mamalia tetapi hal ini tidak disertai dengan perubahan morfologi yang nyata. Secara skematis, daur hidup ketiga spesies Trypanosoma di atas dilukiskan pada Gambar 1. Sumber : Annual Report of the ILRAD (3). Gambar 1. Daur hidup T.b. brucei, T. congolense dan T. vivax. Gambar dengan garis tebal menunjukkan parasit yang mempunyai mantel permukaan yang mengandung bermacam antigen glikoprotein. Garis yang tipis menggambarkan bentuk yang tidak mempunyai mantel dan tidak infektif terhadap mamalia. 1 4

WARTAZOA Vol. 1 No. 4, Juli 1984 II. Usaha-usaha pengendalian penyakit. Penelitian di bidang pengebalan hewan masih terus dikerjakan, juga pada penggunaan teknikteknik pemeliharaan secara in vitro. Pada umum nya hewan-hewan yang terserang penyakit ini sulit untuk sembuh atau memperoleh kekebalan. Hal ini berhubungan dengan fenomena yang disebut variasi antigenik (3). Antigen yang terdapat pada mantel permukaan berubah dengan cepat sehingga inang tidak bisa menghasilkan antibodi dengan cepat pula untuk melawan serangan penyakit. Pemeliharaan parasit secara in vitro penting untuk penelitian baik secara parasitologis, imunologis maupun biokimiawi. Hal ini tidak dapat di lakukan jika parasit tidak bisa dipelihara di luar tubuh inangnya. T. vivax berhasil dipelihara dalam laboratorium pada bentuk seperti yang terdapat dalam aliran darah yang morfologi dan infektivitasnya terhadap hewan tidak berubah. T. brucei dan T. congolense juga sudah berhasil dipelihara secara in vitro pada semua tahap daur hidupnya (3). Dilakukan pula penelitian hubungan antara parasit, vektor dan inang secara epidemiologis, juga cara-cara yang efektif untuk mengendalikan R. appendiculatus East Coast Fever ON penyakit. Saat ini penyakit dikendalikan dengan pemakaian obat-obatan dan insektisida serta pembakaran Sumber : Annual Report of the ILRAD (3). semak-semak tempat hidup lalat (1). Gambar 2. Peta distribusi caplak R. appendicu- Percobaan latus obat dilakukan pada hewan ternak ' dan T.p. parva di Afrika Timur seperti sapi, domba dan unta serta pada hewan dan Tengah. laboratorium yaitu mencit putih. Percobaan-percobaan ini dilakukan di "Chemotryp Project Veterinary Laboratory" di Kabete. Penelitian di lapangan dilakukan oleh Kenya Trypanosomiasis Research Institute (KETRI) pada hewan sapi dan unta Penyakit ini mengurang ternak sapi, domba dan yang diselenggarakan di Galana Ranch (Gambar kambing. Penelitian Theileriosis di ILRAD ditekankan pada penyakit East Coast Fever (ECF) yang 3). Dalam pengendalian penyakit ini diusahakan menimbulkan banyak kerugian di negara-negara pula untuk mengurangi kontak antara ternak, Kenya, Uganda, Zambia, Ruanda, Burundi, Zaire, hewan liar dan vektor penyakit (3). Selain itu di Malawi, Mozambique dan Zimbabwe (2). lakukan pula usaha pengembangan ternak-ternak ECF disebabkan oleh Thederia parva yang "trypanotolerant" yang tahan terhadap serangan disebarkan oleh caplak Rhipicephalus appendiculatus sebagai vektor (lihat Gambar 2). Di Kenya penyakit ini. Sapi lokal, yakni Boran merupakan salah satu jenis sapi yang trypanotoleran. Dalam terdapat 2 sub-spesies, yaitu T. parva parva dan peningkatan usaha yang terakhir ini ILRAD T. parva lawrencei. T.p. parva menyebabkan bekerjasama dengan ILCA (International Livestock penyakit East Coast Fever (ECF) yang klasik dan_ Centre for Africa (1). T.p. lawrencei menyebabkan penyakit Corridor pada sapi (5). Penyakit yang disebabkan T.p. lawrencei ini dapat dipastikan terjadi jika ditemukan kerbau Afrika (Syncerus caffer) dan R. appendi- THEILERIOSIS Theileriosis terjadi di daerah pertanian yang berpotensi tinggi di Afrika Timur dan Tengah. culatus secara bersama-sama (5). Infeksi oleh T.p. parva dapat mengakibatkan kematian sampai 100% pada hewan yang peka (4). Daur hidup T.p. parva digambarkan pada diagram Gambar 4. 1 5

1. PRASTVAWATI : Trypanosomiasis dan Theileriosis Gambar 3. Pengambilan darah unta pada percobaan obat Trypanosoma di lapangan, Galana Ranch. CELENJAR LUDAH CAPLAK] LIMFOSIT MAKROSKIZON Q` MIKROMEROZOIT ERITROSIT JARINGAN LIMFOID DAN DARAH IUSUS CAPLAK Sumber : Annual Report of the ILRAD (3). Gambar 4. DaurhidupT.p. parva.

WARTAZOA Vol. 1 No. 4, Juli 1984 I. Pengendalian penyakit. Pada waktu sekarang ini ECF dikendalikan dengan cara "dipping" atau "spraying", untuk membunuh caplak, paling sedikit dua kali seming gu pada daerah yang tinggi infestasi caplaknya. Selain dua cara tersebut, digunakan pula obatobatan untuk mengobati dan mencegah ECF, tetapi tidak satu pun cara-cara itu yang dijalankan dengan teratur. Pada saat ini ada dua macam obat yang efektif untuk Theileriosis. Masalah lain yang mungkin timbul adalah akarisida yang diberikan dapat mengakibatkan kekebalan pada caplak, sehingga perlu dikembangkan cara lain misalnya pengembangan penggunaan vaksin. Untuk percobaan imunisasi digunakan sporozoit. Hewan yang diinokulasi dengan sporozoit T.p. parva dan diobati dengan Oxytetracyclin akan menimbulkan gejala penyakit yang tidak ganas dan akhirnya tahan terhadap infeksi dari galur yang sama. Kelemahan cara ini adalah beberapa isolat T.p. parva tidak memberikan perlindungan silang dan tidak semua galur dapat dikendalikan dengan penggunaan Oxytetracyclin, sehingga dapat menimbulkan kematian terutama pada hewan muda (3,4). Penelitian lain adalah penggunaan makroskizon untuk vaksin. Sel limfoblas sapi diinfeksi dengan makroskizon Theileria. Untuk imunisasi yang berhasil harus digunakan sel dari hewan yang sama dan diinfeksi dengan sporozoit secara in vitro agar hewan tersebut tidak menolak sel yang masuk sebelum parasit ditransfer ke tubuhnya. Cara lain adalah dengan menggunakan sejumlah besar sel limfe (kira-kira 100 juta) dari hewan lain sehingga masih ada sel yang bertahan pada reaksi penolakan tubuh tersebut. Gambar 5. Syncerus caffer adalah "carrier" bagi penyakit Theileriosis. 1 7

!. PRASTYAWATI : Trypanosomiasis dan Theileriosis II. Hubungan antara penyakit dan hewan liar sebagai " carrier". Kerbau Afrika (S. caffer) merupakan "carrier" T. p. lawrencei yang kronis yang bisa menimbulkan angka kematian yang tinggi pada sapi (Gambar 5). Di daerah-daerah yang terdapat kerbau, pola penyakit pada sapi menjadi lebih kompleks daripada situasi tempat sapi tidak berkontak dengan kerbau (5). Parasit Theileria yang dibawa oleh kerbau akan berubah secara antigenis, sehingga sapi yang diberi pengebalan terhadap parasit yang diisolasi dari kerbau mungkin akan peka terhadap isolat lain dari kerbau yang sama, hanya beberapa bulan sesudahnya. Perubahan secara antigenis ini sedang dipelajari oleh ILRAD yang bekerjasama dengan Kenya Veterinary Research Laboratory. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous. 1982. Trypanosomiasis Research at the ILRAD. Brochure International Laboratory for Research on Animal Diseases. Nairobi, Kenya. 2. Anonymous. 1982. Theileriosis Research at the ILRAD. Brochure International Laboratory for Research on Animal Diseases. Nairobi, Kenya. 3. Anonymous. 1981. Annual Report of the International Laboratory for Research on Animal Diseases. Nairobi, Kenya. 4. Irvin, A.D. 1983. Komunikasi pribadi. 5. Irvin, A.D., M.P. Cunningham and A.S. Young. 1981. Advances in the control of Theileriosis. Proceedings of an International Conference held at the ILRAD in Nairobi, 1981.