BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. disekitarnya yang diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang baru, lalu- lintas yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

STUDI ANALISA MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA MALANG

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

JURNAL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MISFALAH RASAINDO KOTA GORONTALO. dipersiapkan dan disusun oleh FIDYA MAYESTIKA NIM :

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir francis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. regresi adalah sebuah teknik statistik untuk membuat model dan menyelediki

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SD NEGERI KOTA MAKASSAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih.. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

BAB III METODOLOGI. moda, multi disiplin, multi sektoral,dan multi masalah, hal ini dikarenakan banyaknya

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK

PENGARUH INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG TERHADAP KINERJA JALAN PEMUDA KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL BANGKITAN TARIKAN KENDARAAN PADA SEKOLAH SWASTA DI ZONA PINGGIRAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN KAMPUS FAKULTAS TEKNIK GOWA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4.1. Tinjauan pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan Kendaraan Di Kecamatan Tambak, Utami (2010) melakukan penelitian dengan variabel jumlah penduduk, jumlah rumah tempat tinggal, jumlah penduduk yang bekerja, jumlah bangunan tempat ibadah, jumlah sarana perdagangan, panjang jalan yang diaspal. Dengan karakteristik sosio-ekonomi di Kecamatan Tambak hasil akhir penelitian yaitu waktu bangkitan kendraan yang terjadi pada jam sibuk di lokasi karang pucung pukul 07.00-08.00 dengan total kendaraan 305, dengan jumlah sepeda motor 208 kendaraan dan jumlah kendaraan ringan 97 kendaraan (Utami, 2010). Dalam penelitian Bangkitan Pergerakan Lalu Lintas Pada Provinsi Jawa Barat, secara umum model matematis untuk bangkitan dan tarikan merupakan korelasi antara variabel tata guna lahan sebagai variabel bebas dengan besarnya bangkitan dan tarikan sebagai variabel tidak bebas. Dalam penelitian ini metode yang di gunakan meliputi (Iskahar dan Anjarwati, 2005 ) : 6

a. Persiapan Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisiation) dari seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Pemantapan metodologi, studi literature, review peraturan terkait, identifikasi awal kondisi dan problem yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. b. Pengumpulan Data Mengumpulkan data sekunder dari instansi terkait. Data tersebut meliputi jumlah penduduk, jumlah kendaraan, PDRB dan realisasi penelitian daerah.data tersebut diperoleh dari BPS Jawa Barat dan Dinas Pendapatan Daerah ( Disependa ). c. Pengumpulan Data dan Analisis Tahapan ini terdiri dari membagi wilayah studi menjadi beberapa zona berdasarkan Kabupaten atau Kota Madya dan pemodelan bangkitan pergerakan lalu lintas menggunakan variabel sosio ekonomi, dalam pemodelan bangkitan menggunakan analisis regresi model step wise. Untuk variabel yang digunakan yaitu jumlah penduduk, tingkat kepemilikan kendaraan, pendapatan, panjang jalan yang diaspal dan jumlah penduduk yang bekerja. Dari hasil penelitian didapat variabel yang paling berpengaruh yaitu jumlah penduduk dan tingkat kepemilikan kendaraan. 7

Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan Kendaraan Pada Perumahan di kota Purwokerto, Nugraha (2007) melakukan penelitian dengan variabel yang di teliti yaitu jumlah unit rumah, peruntukan rumah dan jumlah unit rumah yang di huni dan dapat menghasilkan permodelan Y 1 = 23,307 + 0,063 X 1 + 0,240 X 4 dimana variabel yang mempengaruhi yaitu X 1 jumlah unit rumah dan jumlah rumah dihuni (Nugraha, 2007). 4.2. Landasan Teori 4.2.1. Transportasi Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan berbagai sektor untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Ada dua sisi dimana transportasi dapat berperan dalam pembangunan. Pada satu sisi transportasi diperlukan untuk memberi jawaban terhadap pembangunan yang sedang berlangsung dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan pembangunan. Sedangkan pada sisi lain sektor transportasi diharapakan dapat memberikan kontribusi dalam merangsang pertumbuhan pembangunan. Transportasi merupakan suatu sistem yang diharapkan dapat menjamin pergerakan manusia atau barang secara lancar, aman, cepat, murah, mudah dan nyaman. Untuk itu perlu disusun penyelenggaraan transportasi yang efisien dan terpadu. Transportasi adalah meningkatkan atau mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan sesuatu dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan menggunakan suatu alat tertentu (Tamin, 2000). 8

4.2.2. Perencanaan Transportasi Pada diktat kuliah transportasi perencanaan transportasi adalah suatu usaha untuk menentukan strategi, memilih instrument (cara yang paling efektif) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki terjadi masa akan datang tentang kinerja sistem transportasi yang menjadi obyek perencanaan dengan memanfaatan sumber daya yang diadakan mungkin dengan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan skill yang dimiliki (Juanita, 2010). Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan keadaan ekonomi dan pola arus lalu lintas. Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah mubazir karena pada dasarnya transportasi adalah usaha untuk mengantisipasi kebutuhan akan pergerakan yang terjadi dimasa yang akan datang (Tamin, 2000). Karakteristik dasar perencanaan transportasi, menurut Tamin (2000) meliputi beberapa hal diantaranya yaitu : 1. Multi moda ; melibatkan banyak moda transportasi seperti di Indoneesia karena keadaan geografisnya. 2. Multi disiplin ; melibatkan banyak disiplin keilmuan kerena aspek kajiannya sangat beragam. 3. Multi sektoral ; banyak lembaga yang terkait atau terlibat dalam kajian sistem transportasi. 4. Multi problem ; permasalahan yang dihadapi mempunyai dimensi cukup beragam, dari aspek rekayasa, social, ekonomi, operasional, pengguna jasa. 9

4.2.3. Permodelan Transportasi Model transportasi adalah model perilaku dasar interaksi antar komponen sistem transportasi dan model interaksi komponen sistem transportasi dengan waktu (Juanita, 2010). Beberapa model utama yang sangat sering digunakan dalam pemodelan transportasi yaitu model grafis dan model matematis. Model grafis sangat diperlukan khususnya untuk transportasi, karena itu kita perlu mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi secara spasial (ruang). Terdapat beberapa jenis model yang sering digunakan sebagai media atau penggambaran dari suatu realita, model tersebut, menurut Tamin (2000) yaitu : Model Fisik Model ini sering digunakan pada bidang arsitektur, teknik sipil dan lain-lain. Sebagai ilustrasi model ini digunakan untuk mempelajari pembangunan suatu kota baru dengan model skala yang lebih kecil. Model Peta dan Diagram (Grafis) Model grafis ini menggunakan media informasi garis dan angka sebagai media untuk menyederhanakan suatu realita, misalnya peta wilayah dan peta kontur. Model Matematis Model ini merupakan persamaan matematis yang menerangkan beberapa aspek fisik, sosio-ekonomi dan model transportasi. 10

2.2.3.1 Permodelan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Bangkitan pergerakan adalah tahapan awal dari permodelan transportasi untuk menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah yang meninggalkan suatu zona dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan. Waktu perjalanan tergantung pada kegiatan kota, karena penyebab perjalanan adalah kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan,dimana asal merupakan zona yang menghasilkan suatu pergerakan sedangkan tujuan adalah yang menarik pelaku melakukan kegiatan. Bangkitan dan tarikan mencakup : 1. Jumlah pergerakan yang meninggalkan atau dihasilkan suatu zona. 2. Jumlah pergerakan yang menuju atau ditarik suatu zona. i d Trip Production Trip Atraction Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ( Tamin, 2000 ) 11

Bangkitan pergerakan digunakan menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai asal dan atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah, seperti pada gambar (Tamin, 2000). Rumah Bangkitan Bangkitan Tarikan Tarikan Tempat Kerja Tempat Kerja Bangkitan Tarikan Tarikan Bangkitan Tempat Belanja Gambar 2.2 Trip End Definitions (Tamin, 2000) 2.2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan dan tarikan pergerakan manusia menurut Tamin (2000) antara lain yaitu : Bangkitan pergerakan untuk manusia : faktor berikut dipertimbangkan pada beberapa kajian yang telah dilakukan : - Pendapatan - Pemilik kendaraan - Struktur rumah tangga - Nilai lahan 12

- Kepadatan daerah pemukiman - Aksebilitas Tarikan pergerakan untuk manusia: faktor yang paling sering digunakan untuk peubah tarikan pergerakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, pertokoan dan pelayanan lain. 2.2.3.3 Klasifikasi Pergerakan Klasifikasi pergerakan dikelompokkan berdasarkan tujuan pergerakan, waktu terjadinya pergerakan dan jenis atau tipe orang yang melakukan pergerakan (Tamin, 2000). a. Berdasarkan tujuan pergerakan Suatu model bangkitan perjalanan akan lebih baik bila ada pemisahan tujuan perjalanan. Pergerakan yang berasal dari rumah dikategorikan sebagai berikut : Pergerakan ke tempat kerja Pergerakan ke sekolah atau universitas ( pergerakan dengan tujuan pendidikan ) Pergerakan ketempat belanja Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi b. Berdasarkan waktu Berdasarkan waktu pergerakan, biasanya dikelompokan menjadi pergerakan di jam sibuk dan pergerakan pada jam tidak sibuk. 13

Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuasi atau bervariasi sepanjang hari. c. Berdasarkan jenis / Tipe Orang Hal ini merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi. 4.2.4. Hubungan Transportasi dan Tata Guna Lahan 2.2.4.1 Sistem Tata Guna Lahan Transportasi Transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja dan bertamu atas sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah dan lain-lain). Potongan ini bias disebut tata guna lahan, untuk memenuhi kebutuhannya manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan tersebut, dengan menggunakan sistem jaringan transportasi. Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang (Tamin,1997). 2.2.4.2 Jenis Tata Guna Lahan Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan komersial) mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang bebeda, yaitu : Jumlah arus lalu lintas. Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil) Lalu lintas pada waktu tertentu 14

Pada perencanaan dan pemodelan transportasi jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan hasil dari fungsi parameter social dan ekonomi (Tamin, 1997). 2.2.4.3 Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkannya (Tamin, 1997). 4.2.5. Analisis Regresi Teknik analisa regresi adalah suatu teknik berdasarkan metode statistik, yang dapat digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numeric untuk melihat bagaimana dua variabel (simple regresi) atau lebih (multiple regresi) saling terkait, (Tamin, 2000). Dalam suatu persamaan regresi terdapat dua macam variabel, yaitu variabel dependen (dependen variable) dan variabel independen (independent varable) variabel dependen adalah variabel yang nilanya bergantung dari nilai variabel lain dan variabel independent adalah variabel yang nilainya tidak bergantung dari variabel lain. Dengan persamaan regresi ini nilai variabel dependent ditaksir berdasarkan pada nilai variabel dependen tertentu. 15

2.2.5.1 Model Analisis Regresi Linier Model analisis regresi dalam permodelan bangkitan dan tarikan (trip generation) dilakukan untuk mendapatkan hubungan linier antara besarnya bangkitan dan tarikan dengan atribut sosio ekonomi dan karakteristik tata guna lahan pada suatu wilayah. Analisis regresi linier adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model analisis regresi linier dapat memodelkan antara dua peubah atau lebih. Pada model ini terdapat peubah tidak bebas ( y ) yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas ( x ) (Iskahar dan Anjarwati, 2005). 2.2.5.2 Model Analisis Regresi Linier Berganda Dalam model regresi linier berganda, persamaan regresi mempunyai lebih dari satu variabel independen. Untuk memberi simbol yang digunakan pada regresi sederhana, yaitu dengan menambah tanda bilangan pada setiap variabel independen tersebut, dalam hal ini X 1, X 2,, X 3. Secara umum persamaan regresi bergandanya dapat ditulis sebagi berikut (Tamin, 2000) : Y = A + B 1 X 1 + B 2 X 2 + B 3 X 3 +. + B n X n. (2.1) Dimana : Y = Peubah tidak bebas X 1 X n = Peubah bebas 16

A = Konstanta regresi B 1 B n = Koefisien regresi dari tiga tujuan berikut : Penggunaan regresi linier berganda berusaha mencapai salah satu 1. Memperoleh taksiran tiap koefisien regresi dalam model secara lengkap 2. Menjaring peubah untuk menentukan peubah mana yang mempunyai pengaruh terhadap respon. 3. Menemukan persamaan prediksi yang paling tepat. 2.2.5.3 Koefisien Korelasi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mrngetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain. Umumnya analisis korelasi digunakan, dalam hubungannya dengan analisis regresi, untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel dependen (Sudjana, 1996). Koefisian korelasi merupakan ukuran kedua yang dapat digunakan untuk mengetahui kerataan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain. Koefisien korelasi dapat ditentukan menggunakan formulasi sebagai berikut : r = ( ) ( )...(2.2) 17

dimana : r = Koefisien korelasi n = Banyaknya subyek X = Nilai peubah X Y = Nilai peubah Y Besarnya koefisien korelasi dari -1 sampai dengan +1, jadi dapat di tulis -1 r +1.koefisen korelasi memiliki sifat simetris, artinya koefisien antara X dan Y sama dengan koefisien korelasi antara Y dan X. 2.2.5.4 Korelasi Ganda Koefisien ganda berfungsi untuk mencari beasarnya pengaruh atau hubungan antara peubah bebas (X) atau lebih secara simultan atau bersamaan dengan peubah tidak bebas (Y), Nilai korelasi ganda dapat dicari dengan rumus, (Riduwan,2008) : R X1. X2. Y =.....(2.3) Dimana : R B 1 b 2 X 1 X 2 Y = koefisien korelasi ganda = koefisien regresi = nilai peubah X = nilai peubah Y 18

2.2.5.5 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa beasar peubah bebas secara dependen mampu menjelaskan variasi peubah tidak bebas. Nilai 2 berada pada interval ( 0 2 1 ), maka semakin baik estimasi model dalam menggambarkan data, semakin dekat nilai R 2 ke nilai 1, (Riduwan, 2008). 2 = [1- ( ) ( ) ]......(2.4) ( ) Dimana : 2 = koefisien determinasi R = nilai korelasi ganda N = jumlah sampel K = jumlah peubah bebas 2.2.5.6 Uji F-test Uji F-test dikaji untuk mengkaji signifikasi hubungan antara dua peubah bebas atau lebih dengan peubah tidak bebas. Uji F-test dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F tabel. Uji F-test dapat dicari dengan rumus, (Riduwan,2008) : F hitung =......(2.5) 19

Dimana : 2 = koefisien determinasi K = jumlah peubah bebas n = jumlah sampel Cara pengujian signifikasi : Jika F hitung F tabel artinya ada hubungan yang signifikan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas. Jika F hitung F tabel artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas. Dengan taraf signifikan α = 0,05 atau 5% (tingkat kesalahan0,05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Cara mencari F tabel : F tabel = F (dk pembilang = k), (dk penyebut = n k- 1). 20