III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
Travel Cost Method (TCM) Pertemuan 10 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN 2015/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

Penentuan Nilai Ekonomi Wisata

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pariwisata Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di objek wisata Air Terjun Way Lalaan Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB II LANDASAN TEORI. Nglambor Gunung Kidul. Tujuan penelitian tersebut adalah

PENILAIAN EKONOMI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR DEVINA MARCIA RUMANTHY SIHOMBING

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

I. PENDAHULUAN. kinerja (atau hasil) yangdirasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hendro Ekwarso, Nobel Aqualdo, dan Sutrisno

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. a. Data primer yaitu Willingness To Pay, Travel Cost, Umur, Pendidikan dan. sedang berkunjung ke objek wisata Teluk kiluan.

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Borobudur pada bulan Oktober November 2016 yang berusia 20 tahun ke atas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

DAFTAR PERTANYAAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PERAHU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

Valuasi Ekonomi Dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Sumberdaya Penyu di Kampung Baru Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

ANALISIS PERMINTAAN OBJEK WISATA SUNGAI HIJAU DI KABUPATEN KAMPAR DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

1.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam & PUSPARI Universitas Sebelas. 2.Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA GUNUNG BANYAK DI KOTA BATU DENGAN PENDEKATAN INDIVIDUAL TRAVEL COST

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Pariwisata bagi

METODE PENELITIAN. hutan mangrove non-kawasan hutan. Selain itu, adanya rehabilitasi hutan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek pengembangan wisata alam. 3.1.1 Obyek dan Daya Tarik Wisata Obyek dan daya tarik wisata merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata, ekowisata, dan wisata alam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Pasal 1, obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Oleh karena itu, daya tarik wisata yang ada disuatu tempat wisata harus diperhatikan karena daya tarik wisata tersebut dapat menarik pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pariwisata, ekowisata, dan wisata alam maka perlu dilakukan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang ada di masing-masing tempat wisata sehingga pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dalam kegiatan pembangunan obyek dan daya tarik wisata perlu dilakukan. Namun, kegiatan pengusahaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata harus memperhatikan aspek pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, ketentraman masyarakat, serta kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. 3.1.2 Regresi Linier Berganda Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Menurut Lind et al. (2008), regresi digunakan untuk menunjukkan hubungan antara 2 variabel yang menunjukkan pola keseluruhan dari variabel terikat (Y) terhadap suatu variabel 22

bebas/variabel penjelas (X). Gurajati (1998) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Pada regresi terdapat hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel penjelas sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang terikat yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Jika variabel bebas hanya satu, maka analisis regresi tersebut disebut regresi sederhana. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis tersebut disebut regresi linier berganda. Persamaan model regresi linier berganda secara umum dituliskan sebagai berikut : Dimana : Y = fungsi linier dari beberapa peubah bebas X 1, X 2,, X k, dan komponen sisaan (error) i = nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). X ki = pengamatan ke-i untuk peubah bebas X k. Β k = intersep model regresi. Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier berganda. b. Peubah X k merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas X k. 23

c. Komponen sisaan i mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstanta untuk semua pengamatan i. E( i ) = 0 dan Var( i ) = σ 2. d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov( i, j ) = 0, untuk i j. e. Komponen sisaan menyebar normal. 3.1.3 Penilaian Manfaat Wisata Alam Menurut Hufschmidt et al. (1987), manfaat diartikan sebagai nilai tambah hasil barang-barang dan jasa termasuk jasa lingkungan. Manfaat wisata alam merupakan manfaat yang sulit diukur dalam satuan moneter karena pada umumnya tidak mempunyai harga pasar. Dalam menaksir manfaat suatu wisata alam dapat diperhatikan dari surplus konsumen yang terbentuk dari kurva permintaan wisata. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang diperoleh oleh seseorang dalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan nilai yang harus dibayar untuk memperoleh barang tersebut, sedangkan kurva permintaan wisata adalah kurva yang menggambarkan hubungan jumlah kunjungan wisata pada berbagai tingkat harga tiket masuk. Salah satu teknik pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai manfaat dari wisata alam adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Metode biaya perjalanan digunakan untuk melihat jumlah waktu dan uang pengunjung yang dihabiskan untuk mengadakan perjalanan ke suatu tempat sebagai proksi atau pengganti harga, bersama-sama dengan tingkat partisipasi dan karakteristik pengunjung untuk menaksir nilai ekonomi wisata tempat tersebut. Nilai ekonomi wisata yang diduga dengan menggunakan metode biaya perjalanan meliputi biaya transport pulang pergi dari tempat tinggal wisatawan ke 24

obyek wisata dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam obyek wisata mencakup dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan wisata untuk satu hari kunjungan. Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut : Bpt = BTr + BDk + BKr + BP + BSv +BL Keterangan : BPt = Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr = Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk = Biaya Dokumentasi (Rp) BKr = Biaya Konsumsi Selama Rekreasi (Rp/orang/hari) Biaya Konsumsi Sehari-hari (Rp/orang/hari) BP = Biaya Parkir (Rp) BSv = Biaya Souvenir (Rp) BL = Biaya Lainnya (Rp) Pengeluaran untuk tarif masuk tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy (ZTCM). 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey (ITCM). Pada Zonal Travel Cost Method (ZTCM) tempat wisata diidentifikasi dan kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik yang semakin jauh yang menunjukkan peringkat biaya perjalanan yang semakin tinggi. Survei terhadap para pemakai tempat wisata kemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk menentukan zona asal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai karakteristik sosial ekonomi. Informasi dari sample para pengunjung dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang 25

dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi. Persamaan model regresi tersebut secara umum dituliskan sebagai berikut : Q i = f ( TC, X 1, X 2,.. X n ) Keterangan : Q i = Tingkat kunjungan (banyaknya pengunjung dari zona I tiap 1000 penduduk pada zona i TC i = Biaya perjalanan = Variabel sosial ekonomi X n Regresi tersebut menguji hipotesis bahwa biaya perjalanan kenyataannya berpengaruh pada tingkat kunjungan. Masuknya variabel lain membantu menghilangkan dampak komponen tingkat kunjungan yang tak ada hubungannya dengan biaya perjalanan. ITCM (individual travel cost method) pada dasarnya serupa dengan ZTCM, tetapi menggunakan data survey yang berasal dari pengunjung secara individu dalam analisis statistik daripada data dari setiap zona. Metode ini memerlukan pengumpulan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih sulit tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat. Peneliti dapat memulainya dengan cara yang sama dengan ZTCM, dengan memperkirakan hubungan diantara jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan dan variabel yang relevan lainnya menggunakan analisis regresi. Persamaan regresi memberikan fungsi permintaan untuk rata-rata pengunjung yang datang, dan area dibawah kurva permintaan tersebut merupakan rata-rata dari surplus konsumen. Asumsi-asumsi dalam TCM untuk membangun fungsi permintaan: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi atau wisata. 26

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas dan disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). Bentuk persamaan ITCM adalah sebagai berikut : Vij = f ( Cij, Xi ) Keterangan : V ij = Jumlah kunjungan per tahun dari individu i ke tempat rekreasi j. C ij = Biaya perjalanan individu i ke tempat rekreasi j. X i = Faktor-faktor lain yang menentukan kunjungan individu i. Kelebihan ITCM dibandingkan dengan ZTCM diantaranya : 1. Lebih efisien dalam proses perhitungan secara statistik. 2. Konsistensi teori dalam perumusan model permintaan dan perilaku individu. 3. Menghindari keterbatasan zonal atau lokasi. 4. Menambah heterogenitas karakteristik populasi pengunjung diantara suatu zona, serta mengeliminasi efek pengunjung dengan tingkat kunjungan nol (non-participant). Adapun kelemahan dari penggunaan metode biaya perjalanan diantaranya : 1. Hanya dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. 2. Tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang datang dari wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dari waktu, dalam teori ekonomi mikro, variable waktu memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk opportunity cost. 27

3.1.4 Prospek Pengembangan Wisata Alam Menurut Adirahmanta (2005), penetapan suatu kawasan pelestarian menjadi kawasan wisata alam baik pada taman nasional maupun taman wisata alam akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di dalam kawasan, yakni pengembangan kegiatan harus selaras dengan tujuan pengelolaan pada taman nasional dan taman wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian terhadap prospek pengembangan kegiatan wisata di taman nasional dan taman wisata alam ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-ekonomi dan aspek spasial. Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, saranaprasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat untuk menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan, sebagai akibat status taman nasional maupun taman wisata alam. Pendekatan aspek sosial-ekonomi dilakukan antara lain untuk mengenali keadaan dan potensi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan yang meliputi perilaku, aktivitas dan mata pencaharian masyarakat sekitar. Pendekatan ini digunakan sebagai salah satu titik tolak dalam mengidentifikasikan pengembangan kegiatan wisata yang dapat menciptakan keselarasan antara kehidupan masyarakat sekitar dengan keberadaan taman nasional maupun taman wisata alam, sehingga dapat saling memberikan manfaat. Pendekatan aspek spasial yakni terkait dengan pengalokasian areal ke dalam zona-zona tertentu di dalam kawasan taman nasional atau taman wisata 28

alam, di mana diijinkan untuk dilakukan kegiatan wisata dan di mana tidak diijinkan, serta jenis/bentuk kegiatan wisata dalam suatu zona tertentu, dengan demikian kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat selaras dengan peruntukan kawasan serta mendukung prinsip-prinsip pengelolaan taman nasional maupun taman wisata alam. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional TWA Gunung Pancar merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam atau kawasan konservasi. Selain sebagai kawasan pelestarian alam atau konservasi, TWA Gunung Pancar ini juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi dan pendidikan. Sebagai sarana rekreasi, TWA Gunung Pancar berhubungan erat dengan pengunjung. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung dan mencari tahu penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar dimana hasil pengkajian karakteristik dan penilaian pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam penetapan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola. Pengunjung yang melakukan wisata pada suatu daerah tujuan wisata tertentu pasti akan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut dengan biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri dari biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir dan biaya lain disamping biaya tiket masuk ke daerah wisata tersebut. Permintaan wisata selain dipengaruhi oleh biaya perjalanan juga dipengaruh oleh faktor sosial ekonomi pengunjung, seperti total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama 29

mengetahui lokasi. Setelah mengetahui biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi pengunjung kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar. Dari estimasi fungsi permintaan akan didapatkan nilai dari surplus konsumen. Setelah mendapatkan surplus konsumen maka akan diperoleh nilai ekonomi wisata TWA Gunung Pancar. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh TWA Gunung Pancar juga perlu dipertimbangkan mengingat kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar diharapkan dapat berkelanjutan sehingga perlu diidentifikasi lebih dalam prospek pengembangannya. Prospek pengembangan ini nantinya akan diteliti dengan tiga aspek pendekatan yaitu aspek fisik, aspek sosial-ekonomi, dan aspek spasial. Aspek fisik digunakan untuk mengkaji sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata dan potensi alam di kawasan TWA Gunung Pancar sehingga dapat menentukan kegiatan wisata yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan. Aspek sosial-ekonomi digunakan untuk mengenali keadaan dan potensi masyarakat di sekitar kawasan TWA Gunung Pancar sehingga dapat mengidentifikasikan pengembangan kegiatan wisata yang dapat menciptakan keselarasan antara kehidupan masyarakat sekitar dengan keberadaan TWA Gunung Pancar sehingga dapat saling memberikan manfaat. Aspek spasial digunakan untuk pengalokasian areal ke dalam zona-zona tertentu di dalam kawasan TWA Gunung Pancar, di mana diijinkan untuk dilakukan kegiatan wisata dan di mana tidak diijinkan dengan demikian kegiatan wisata yang dikembangkan dapat selaras dengan peruntukan 30

kawasan. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. 31

TWA Gunung Pancar Wisata alam yang potensial Karakteristik dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar Analisis Deskriptif Identifikasi karakteristik dan penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar Pengunjung Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan di TWA Gunung Pancar Analisis Regresi Linier Berganda Permintaan rekreasi Travel Cost Method (TCM) Surplus Konsumen Nilai ekonomi manfaat wisata di TWA Gunung Pancar Aspek Fisik Prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Aspek Sosial- Ekonomi Analisis Deskriptif Aspek Spasial Menilai prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar Dasar Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan TWA Gunung Pancar ------- = Obyek Penelitian Gambar 3. Skema Kerangka Penelitian 32