Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Perbandingan Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Bina Marga 1983 dan Bina Marga 2011

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Kabupaten Dairi-Dolok Sanggul, Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

Perkerasan kaku Beton semen

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE TESIS

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru Menggunakan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013 Dengan Metode Road Note 31

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

Evaluasi Struktural Perkerasan Kaku Menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Metoda AUSTROADS 2011 Studi Kasus : Jalan Cakung-Cilincing

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

Institut Teknologi Nasional

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

Jenis-jenis Perkerasan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

PERENCANAAN LAPIS TAMBAHAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE HRODI (RUAS JALAN MELOLO WAIJELU) Andi Kumalawati *) ABSTRACT

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Wita Meutia Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik Universitas Riau Tel , Pekanbaru Riau,

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

ROSEHAN ANWAR. Abstract

PENCAPAIAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU ANTARA BEBAN AKTUAL DAN STANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PELAPISAN TAMBAH PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) BERDASARKAN METODE BINA MARGA 2002 DAN AASTHO 1993 PADA RUAS

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB 3 METODOLOGI. sehingga akan menghasilkan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan lentur.

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU/RIGID PAVEMENT PADA PROYEK REKONSTRUKSI JALAN SOEKARNO HATTA TEBING TINGGI

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN SISINGAMANGARAJA PADANG SIDEMPUAN (STA ) DENGAN METODE Pt-T B LAPORAN

Aplikasi Penghitungan Pembuatan Jalan dan Lapis Tambahan Pada Aktifitas Perbaikan Jalan Perkerasan Lentur

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN LINTAS SELATAN JAWA TIMUR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG PADA RUAS JALAN NGREJO PANTAI SINE STA

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

BAB III METODE PERENCANAAN START

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA

EVALUASI PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN TRANS KAPUAK KE RIAN KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA 1983 TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU

Perbandingan antara Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Kapten Darmo Sugondo Gresik.

PENELITIAN PENDAHULUAN PENGGUNAAN BENDA UJI KUBUS BETON PADA PERKERASAN LENTUR TYPE CEMENT TREATED BASE (CTB)

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

Transkripsi:

Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2014 Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku SURYO W., SATRIO 1., PRASETYANTO, DWI 2. 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional) 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional) e-mail: satriosw123@gmail.com ABSTRAK Penambahan lapis perkerasan perlu dilakukan untuk mengembalikan kekuatan struktur perkerasan yang telah mencapai batas umur rencananya. Jenis perkerasan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perkerasan kaku. Perhitungan tebal lapis tambah berupa lapis kaku ini menggunakan metode Depkimpraswil 2003. Perhitungan tebal lapis ini dibagi menjadi dua skenario, yaitu tebal lapis tambah dengan lapis pemisah dan tanpa lapis pemisah. Hasil perhitungan tebal lapis tambah untuk kedua skenario tersebut berturut-turut adalah 16 cm dan 13 cm. Berdasarkan hasil perhitungan didapat tebal lapis tambah dengan lapis pemisah lebih tebal dari lapis tambah tanpa lapis pemisah. Lapis pemisah dimaksudkan untuk memberi daya dukung yang seragam pada lapis tambah serta juga untuk mencegah refleksi penyebaran retak dari lapis perkerasan lama. Berdasarkan metode Depkimpraswil Pd T-14-2003, apabila hasil perhitungan tebal lapis tambah dibawah tebal minimum maka dipakai tebal minimum sebagai tebal lapis tambah. Kata Kunci: LHR, kekuatan struktural, lapis pemisah ABSTRACT The addition of pavement layer (overlay) is necessary when the design life of an old layer has been reached. Overlay aims to restore the structural strength of the pavement. Type of pavement used in this study are rigid pavement. Calculations of this rigid overlay layer is using Depkimpraswil Pd T-14-2003 method. Overlay layer calculation is divided into two scenarios, unbonded and bonded layers. The results of the calculation of unbonded layer is 16 cm and bonded layer is 13 cm. Calculation results show that unbonded layer is more thick than bonded layer because unbonded layer require the seperator layer. Separator layer is intended to provide a uniform settlement for overlay layer and also to prevent the spread of crack reflection of the old pavement layers. Based on Depkimpraswil 2003 method, when the calculation result of overlay layer below the minimum thickness, the minimum thickness is used as an overlay layer. Keywords: Average Daily Traffic, structural strength, separator layer

Suryo W., Satrio., Prasetyanto, Dwi. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melayani beban lalu lintas, maka permukaan tanah dasar perlu diberi perkerasan. Fungsi dari perkerasan tersebut ialah untuk menyalurkan beban lalu lintas secara merata ke tanah dasar agar tanah dasar terlindung dari tekanan berlebih. Perkerasan tersebut memiliki umur rencana tertentu. Setelah umur rencana perkerasan tersebut tercapai, maka perlu dilakukan penambahan lapis perkerasan yang bertujuan untuk mengembalikan kekuatan struktural perkerasan. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung tebal lapis tambah yang berupa lapis kaku diatas perkerasan kaku. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian ini membahas tentang perencanaan tebal lapis perkerasan jalan baru dan selanjutnya dihitung tebal lapis tambah yang berupa lapis kaku diatas perkerasan kaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003. Ada dua skenario perhitungan tebal lapis tambah yang berupa lapis kaku diatas perkerasan kaku, yaitu dengan kondisi lapis tambah menggunakan lapis pemisah dan lapis tambah tanpa menggunakan lapis pemisah. Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah berupa data asumsi, meliputi lalu lintas harian rata-rata, CBR tanah dasar, pertumbuhan lalu lintas, umur rencana, modulus reaksi perkerasan lama dan kuat tarik lentur beton. Untuk data berat sumbu kendaraan, menggunakan data dari surat edaran Direktorat Jenderal Perhubungan Darat nomor SE/02/AJ.108/DRJD/2008. 2. TINJAUAN PUSTAKA Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Perkerasan jalan berfungsi sebagai penerima beban lalu lintas yang disalurkan melalui roda kendaraan. Berdasarkan bahan pengikat, perkerasan jalan dapat dibagi menjadi perkerasan lentur (bahan pengikat berupa beton aspal), perkerasan kaku (bahan pengikat berupa beton semen), dan perkerasan komposit. Untuk keamanan, maka permukaan perkerasan perlu kesat sehingga mampu memberikan gesekan yang baik antara muka jalan dan ban kendaraan, tidak mudah selip ketika permukaan basah akibat hujan atau menikung pada kecepatan tinggi. (Sukirman, S. 2010). Perkerasan kaku adalah jenis perkerasan yang menggunakan beton semen sebagai bahan pengikat. Perkerasan kaku memiliki beberapa lapisan, yaitu lapis permukaan (pelat beton), lapis fondasi bawah (lebih berperan sebagai lantai kerja), dan lapis tanah dasar. Perkerasan kaku memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan perkerasan lentur yaitu: umur pelayanan lebih panjang dan mampu bertahan dari ganangan air tanpa kerusakan yang parah. Faktor yang berpengaruh pada perencanaan tebal perkerasan kaku adalah: konfigurasi sumbu kendaraan, daya dukung tanah dasar, kuat tarik lentur beton, koefisien distribusi lajur, umur rencana, pertumbuhan lalu lintas, faktor keamanan beban.

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku 3. ISI DAN PEMBAHASAN Prosedur penelitian tugas akhir ini ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Pertama akan dilakukan perhitungan tebal lapis perkerasan jalan baru (disimulasikan tahun 2004) yang berupa perkerasan kaku (T 0 ) menggunakan umur rencana selama 20 tahun, selanjutnya dihitung tebal desain (T) (disimulasikan tahun 2024) dengan menggunakan umur rencana selama 20 tahun. Setelah tebal desain didapat, maka dilakukan perhitungan tebal lapis tambah (T r ) dengan dua skenario seperti yang dijabarkan pada ruang lingkup.

Suryo W., Satrio., Prasetyanto, Dwi. Prosedur yang digunakan untuk perencanaan tebal lapis perkerasan jalan baru dan perencanaan tebal desain ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan Tebal Pelat

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku Prosedur yang digunakan untuk perencanaan tebal lapis tambah ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Bagan Alir Perencanaan Tebal Lapis Tambah Nilai koefisien kerusakan pelat lama (Cs) ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien Kerusakan Pelat Lama Nilai Koefisien Kerusakan Pelat Lama (Cs) Jenis Kerusakan Pelat Lama 1 Pelat lama masih dalam kondisi baik 0,75 Pelat lama mengalami retak awal 0,35 Pelat lama mengalami kerusakan struktural 3.1 Perhitungan Tebal Lapis Perkerasan Jalan Baru Tebal lapis perkerasan jalan baru (To) dihitung dengan menggunakan data CBR tanah dasar sebesar 4%, kuat tarik lentur beton 4 MPa (f c =28 MPa, benda uji silinder), jalan menggunakan bahu beton, jalan menggunakan ruji (dowell), pertumbuhan lalu lintas sebesar 5% per tahun, umur rencana selama 20 tahun, jalan 2 lajur 1 arah untuk jalan arteri, tipe perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, faktor keamanan beban 1,1. Data LHR Tahun 2004 untuk perhitungan tebal lapis perkerasan jalan baru ditunjukkan pada Tabel 2.

Suryo W., Satrio., Prasetyanto, Dwi. Tabel 2. Data LHR Tahun 2004 No. Jenis Kendaraan LHR (kend./hari/arah) Konfigurasi Sumbu 1 Mobil Penumpang 1660 1.1 2 Bus Besar 350 1.2 3 Truk 2 as kecil 700 1.1 4 Truk 2 as besar 500 1.2 5 Truk 3 as 330 1.22 6 Truk gandeng 15 1.2+2.2 Nilai CBR efektif yang dipakai adalah sebesar 27%. Hasil perhitungan tebal lapis perkerasan jalan baru untuk tahun 2004 ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Tebal Pelat Tahun 2004 No. Tahun CBR eff (%) Tebal (mm) % Fatik % Erosi 1 2004 27 180 945 189 2 2004 27 185 420 69 3 2004 27 190 189 69 4 2004 27 193 76 50 5 2004 27 195 ~ 13 6 2004 27 200 ~ 8 Dari tabel 3, maka dipilih tebal pelat yang dipakai adalah 193 mm. Pemilihan tebal pelat tersebut berdasarkan pada nilai persen fatik dan persen erosi yang kurang dari 100%. 3.2 Perencanaan Tebal Desain Tebal desain (T) dihitung dengan menggunakan data CBR efektif sebesar 35% (k = 95 kpa/mm), kuat tarik lentur beton 4 MPa (f c =28 MPa, benda uji silinder), jalan menggunakan bahu beton, jalan menggunakan ruji (dowell), pertumbuhan lalu lintas sebesar 5% per tahun, umur rencana selama 20 tahun, jalan 2 lajur 1 arah untuk jalan arteri, tipe perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, faktor keamanan beban 1,1. Data LHR Tahun 2024 untuk perhitungan tebal desain ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Data LHR Tahun 2024 No. Jenis Kendaraan LHR (kend./hari/arah) Konfigurasi Sumbu 1 Mobil Penumpang 4405 1.1 2 Bus Besar 929 1.2 3 Truk 2 as kecil 1858 1.1 4 Truk 2 as besar 1327 1.2 5 Truk 3 as 876 1.22 6 Truk gandeng 40 1.2+2.2

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku Hasil perhitungan tebal desain ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Tebal Desain No. Tahun CBR eff (%) Tebal (mm) % Fatik % Erosi 1 2024 35 190 201 134 2 2024 35 193 ~ 112 3 2024 35 194 ~ 50 4 2024 35 195 ~ 33 5 2024 35 200 ~ ~ Dari tabel 5, maka dipilih tebal desain untuk perhitungan tebal lapis tambah adalah 194 mm. Pemilihan tebal desain tersebut berdasarkan pada nilai % fatik dan % erosi yang kurang dari 100%. 3.3 Perhitungan Lapis Tambah dengan Lapis Pemisah Lapis tambah dengan lapis pemisah dihitung dungan Rumus 1. Tr = (T 2 C s. T 0 2 )...(1) Dengan : Tr = tebal lapis tambahan T = tebal desain berdasarkan beban rencana dan data lalu lintas terbaru T 0 = tebal pelat lama C s = koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama. Untuk Cs = 0,35 (kondisi perkerasan lama mengalami kerusakan struktural). To = 19,3 cm T = 19,4 cm Tr = (T 2 C s. T 0 2 ) Tr = (19,4 2 0,35 x 19,3 2 ) Tr = 16 cm > Tr min. (15 cm) Maka, diambil nilai Tr min. yaitu sebesar 16 cm. 3.4 Perhitungan Lapis Tambah Tanpa Lapis Pemisah Untuk mencari tebal lapis tambah dengan lapis pemisah dapat menggunakan Rumus 2. 1,4 T r = (T 1,4 C s. T 1,4 0 )...(2) Dengan : Tr = tebal lapis tambahan T = tebal desain berdasarkan beban rencana dan data lalu lintas terbaru T 0 = tebal pelat lama C s = koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama. Tebal minimum lapis tambah langsung adalah sebesar 130 mm. Letak sambungan pada lapis tambahan harus sama dengan letak sambungan pada perkerasan lama. Untuk Cs = 0,75 (kondisi perkerasan lama mengalami retak awal). To = 19,3 cm T = 19,4 cm

Suryo W., Satrio., Prasetyanto, Dwi. 1,4 T r = (T 1,4 C s. T 1,4 0 ) 1,4 T r = (19,4 1,4 0,75 x 19,3 1,4 ) Tr = 8 cm < Tr min. (13 cm) Maka, diambil nilai Tr min. yaitu sebesar 13 cm. 3.5 Pembahasan Hasil Perhitungan Dari perhitungan tebal lapis tambah dengan dua skenario diatas, didapat tebal lapis tambah yang ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Tebal Lapis Tambah Dengan Lapis Pemisah Tanpa Lapis Pemisah Koefisien Kerusakan = 0,35 Koefisien Kerusakan = 0,75 Tebal Overlay (cm) 16 8 Tebal Minimum (cm) 15 13 Tebal lapis tambah yang dipakai untuk lapis tambah dengan lapis pemisah adalah sebesar 16 cm, dan untuk lapis tambah tanpa lapis pemisah adalah sebesar 13 cm. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa lapis tambah dengan lapis pemisah lebih tebal dari lapis tambah tanpa lapis pemisah. Hal ini terjadi karena untuk lapis tambah dengan lapis pemisah, perkerasan lama dianggap telah mengalami kerusakan struktural, sehingga dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya differential settlement pada lapis perkerasan lama akibat beban lalu lintas yang diterima dari lapis tambah, sehingga bisa merusak lapis tambah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan lapis pemisah sebagai lapisan yang memberikan uniform settlement pada lapis tambah. Lapis pemisah juga berfungsi untuk mencegah refleksi penyebaran retak perkerasan lama ke lapis tambahan. Lapis pemisah terbuat dari beton aspal dengan ketebalan minimum 3 cm. Berdasarkan panduan Depkimpraswil Pd T-14-2003, letak sambungan pada lapis tambah dengan lapis pemisah tidak perlu sama dengan yang ada pada perkerasan lama, sedangkan letak sambungan pada lapis tambah tanpa lapis pemisah harus sama dengan yang ada pada perkerasan lama. Semakin tinggi tingkat kerusakan perkerasan lama, maka semakin tebal tebal lapis tambahnya. Tebal overlay dengan nilai Cs = 0,35 lebih tebal daripada tebal overlay dengan nilai Cs = 0,75. Dapat dilihat pada Tabel 6, ada hasil perhitungan tebal overlay yang nilainya berada dibawah tebal minimum lapis tambah. Maka, berdasarkan pedoman Depkimpraswil 2003, diambil tebal minimum sebagai tebal lapis tambah. Berdasarkan panduan Minimum Thickness Requirements for Asphalt Surface Course and Base Layer in Airfield Pavements, TR-11-27, US Army Corps of Engineers 2011, tebal minimum untuk suatu lapis permukaan sekurangkurangnya tiga kali dari ukuran agregat maksimum. Karena ukuran agregat maksimum adalah 1 inci (2,54 cm), maka tebal minimum untuk lapis tambah dengan lapis pemisah (15 cm) dan lapis tambah tanpa lapis pemisah (13 cm) memenuhi kriteria tersebut.

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku 4. KESIMPULAN Lapis tambah dengan lapis pemisah lebih tebal dari lapis tambah tanpa lapis pemisah. Lapis pemisah dimaksudkan untuk memberi dukungan yang seragam untuk lapis tambah dan untuk mencegah refleksi penyebaran retak dari perkerasan lama ke lapis tambah. Lapis pemisah terbuat dari beton aspal dengan ketebalan minimum 3 cm. Berdasarkan panduan Depkimpraswil 2003, letak sambungan pada lapis tambah dengan lapis pemisah tidak perlu sama dengan yang ada pada perkerasan lama, sedangkan letak sambungan pada lapis tambah tanpa lapis pemisah harus sama dengan yang ada pada perkerasan lama. Apabila hasil perhitungan tebal lapis tambah berada dibawah nilai tebal minimum, berdasarkan metode Depkimpraswil 2003, maka diambil nilai tebal minimum sebagai tebal lapis tambah. Berdasarkan panduan Minimum Thickness Requirements for Asphalt Surface Course and Base Layer in Airfield Pavements, TR-11-27, US Army Corps of Engineers 2011, tebal minimum untuk suatu lapis permukaan sekurang-kurangnya tiga kali dari ukuran agregat maksimum. Disarankan untuk menentukan tebal lapis tambah berupa lapis lentur sebagai perbandingan dengan hasil tebal lapis tambah berupa lapis kaku, dan disarankan untuk menghitung tebal lapis tambah dengan menggunakan konfigurasi sumbu yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Barker, W. R., Bianchini A., Brown, E. R., Gonzales C. R. (2011). Minimum Thickness Requirements for Asphalt Surface Course and Base Layer in Airfield Pavements. US Army Corps of Engineers. Sukirman, S. (2010). Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur. Bandung. Penerbit Nova.

Suryo W., Satrio., Prasetyanto, Dwi.