BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

I. PENDAHULUAN. Maggot merupakan larva lalat black soldier atau serangga bunga, memiliki

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Burung puyuh mempunyai potensi besar karena memiliki sifat-sifat dan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahuwata ala berfirman dalam Al-Qur an. ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

I. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I. PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Javonica) Ahyar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan budidaya air tawar di Indonesia memiliki prospek yang cerah, terutama setelah terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap. Permintaan produk akuakultur mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk. Salah satu komoditi yang mengalami peningkatan produksi yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus). Produksi ikan nila di Jawa Barat pada tahun 2009 mencapai 87.379 ton dan meningkat menjadi 106.889 ton pada tahun 2010 (Pusat Data Statistik dan Informasi KKP 2012). Ikan nila disukai masyarakat pada umumnya karena sifatnya yang mudah dipelihara, serta rasa daging yang enak dan tebal sehingga ikan nila banyak diekspor dalam bentuk fillet atau surimi. Ekspor fillet ikan nila dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2009 ekspor fillet ikan nila Indonesia menempati urutan ketiga bersamaan dengan Ekuador, dibawah China dan Taiwan (KKP 2010). Produksi ikan nila yang maksimal akan diperoleh apabila dilakukan pemeliharaan secara intensif, termasuk dalam intensifikasi pemberian pakan. Menurut Sahwan (2003) biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan bisa mencapai 60%-70% dari total biaya produksi. Upaya untuk mengurangi biaya pakan salah satunya yaitu dengan menggunakan bahan pakan alternatif yang mana bahan tersebut pada umumnya berasal dari limbah namun kandungan nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan. Pemilihan bahan pakan sebaiknya mempertimbangkan beberapa ketentuan yaitu mudah didapat, harganya murah, kandungan nutrisinya tinggi dan tidak bersaing dengan manusia (Handajani dan Widodo 2010). Oleh karena itu sebaiknya bahan pakan yang digunakan berasal dari bahan yang berstatus limbah sehingga dapat menekan biaya pakan namun dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang 1

2 dibudidayakan. Salah satu contoh bahan pakan alternatif tersebut yaitu kulit kopi yang merupakan limbah dari pengolahan buah kopi. Produksi kopi Indonesia saat ini cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2010 dan 2011, produksi kopi arabika (Coffea arabica) secara berturutturut yaitu sebanyak 148.487 ton dan 155.383 ton, sedangkan produksi kopi robusta (Coffea robusta) mencapai 535.589 ton dan 553.617 ton (Ditjenbun, Kementrian Pertanian 2011 dalam AEKI 2011). Buah kopi dalam kondisi utuh terdiri dari kulit luar (skin), kulit cangkang (hull), kulit daging buah (pulp), kulit perak (silverskin) dan biji kopi (bean) ( Prawirodigdo 2007). Bagian kulit kopi yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah kulit cangkang (hull) dan kulit daging buah (pulp). Wahyuni (2008) menyatakan bahwa kulit kopi merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif. Kulit kopi sebelum fermentasi mengandung protein kasar sebesar 6,67%, lemak 1,04%, kalsium 0,21% dan fosfor 0,03% (Londra dkk. 2007), sedangkan menurut Guntoro dkk. (2003) mengandung protein kasar sebesar 8,80%, lemak 1,07%, kalsium 0,23% dan fosfor 0,02%. Kulit kopi memiliki kelemahan berupa kandungan serat kasar yang tinggi (18,20%-21,40%) dan zat anti nutrisi berupa kafein dan tannin sebesar 2,8% dari bahan kering (Guntoro dkk. 2003, Londra dkk. 2007 dan Murni 2008). Kelemahan tersebut dapat diatasi melalui pengolahan terlebih dahulu yaitu melalui proses fermentasi. Fermentasi mampu meningkatkan kandungan protein kasar, mempertahankan nilai nutrisi selama penyimpanan dan menghilangkan zat anti nutrisi (Sudaryani 1994 dalam Handajani 2007) serta meningkatkan kualitas rasa, aroma dan daya cerna. Fermentasi merupakan pengolahan secara biologi, yaitu pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang akan menghasilkan enzim untuk melakukan perubahan terhadap molekul-molekul kompleks seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna

3 (Jay 1978). Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk fermentasi salah satunya adalah Aspergillus niger. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fermentasi kulit kopi dengan menggunakan Aspergilus niger dapat menurunkan serat kasar dari 21,40% menjadi 11,05% dan meningkatkan protein kasar dari 6,67% menjadi 12,43% (Londra dkk. 2007), sedangkan menurut Guntoro dkk. (2003) dapat menurunkan serat kasar dari 18,20% menjadi 11,05%, dan meningkatkan protein kasar dari 8,80% menjadi 12,43%. Pemanfaatan kulit kopi dengan proses fermentasi ini diharapkan mampu meningkatkan potensi kulit kopi sebagai bahan pakan alternatif yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi ikan yang dibudidayakan khususnya untuk ikan nila. Sejauh ini informasi mengenai penggunaan limbah kulit kopi hasil fermentasi jamur Aspergillus niger pada pakan baru diterapkan pada ternak seperti ayam dan pada ruminansia. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai penggunaan kulit kopi hasil fermentasi pada pakan terhadap laju pertumbuhan ikan nila. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sejauh mana pengaruh fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger terhadap perubahan kualitas gizi kulit kopi dan sejauh mana pengaruhnya dalam pakan terhadap laju pertumbuhan benih ikan nila. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kualitas gizi kulit kopi sebelum dan sesudah fermentasi serta untuk mengetahui tingkat penggunaan kulit kopi hasil fermentasi Aspergillus niger pada pakan dan bagaimana pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan benih ikan nila.

4 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan kulit kopi hasil fermentasi menjadi bahan pakan, serta memberikan informasi mengenai tingkat penggunaan kulit kopi hasil fermentasi pada pakan ikan khususnya untuk benih ikan nila. 1.5 Kerangka Pemikiran Pakan buatan untuk ikan adalah pakan yang mengandung nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Watanabe 1988). Kualitas pakan ikan pada umumnya didefinisikan dengan besarnya kandungan protein, karena protein merupakan sumber energi utama dalam pakan ikan. Setiap ikan memiliki kebutuhan protein yang berbeda sesuai dengan umur atau ukuran, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein pakan yang berkisar antara 35%-50% (Hepher 1988). Kebutuhan protein yang cukup tinggi dalam pakan menyebabkan perlunya suplai sumber energi lain berupa protein basal yang berasal dari bahan berstatus limbah namun kandungan gizinya dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yag dibudidayakan seperti tepung daun lamtoro dan tepung bungkil inti sawit. Protein basal mengandung karbohidrat dan lemak yang cukup tinggi sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan secara ekonomi, karena mampu mengurangi porsi penggunaan protein hewani yang pada saat ini kebanyakan diperoleh dari impor dengan harga yang cukup mahal. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia (AEKI 2011). Produksi kopi robusta dan arabica tahun 2010 dan 2011 mencapai 684.076 ton dan 709.000 ton (Ditjenbun, Kementrian Pertanian 2011). Produksi kopi yang tinggi diiringi dengan meningkatnya limbah yang dihasilkan yaitu berupa kulit kopi yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut Simanihuruk dkk. (2010), kulit kopi memiliki proporsi sekitar 40%-45% sehingga dapat diperkirakan bahwa jumlah

5 limbah kulit kopi yang dihasilkan sekitar 307.835,1 ton pada tahun 2010 dan 319.050 ton pada tahun 2011. Penggunaan kulit kopi untuk pakan ternak ruminansia telah diteliti pada kambing (Guntoro dkk. 2003, Londra dkk. 2007), dan pada ayam pedaging (Muryanto dkk. 2004). Kulit kopi sebagai bahan pakan memerlukan pengolahan terlebih dahulu untuk peningkatan kualitas gizi. Salah satu pengolahan yang dapat dilakukan adalah proses fermentasi. Fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya (Winarno dkk. 1980). Fermentasi juga dapat mengubah bahan makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Poesponegoro 1975). Sudaryani (1994) dalam Handajani (2007) menambahkan bahwa fermentasi mampu mempertahankan nilai nutrisi selama penyimpanan dan menghilangkan zat anti nutrisi. Organisme yang mampu melakukan proses fermentasi kulit kopi yaitu Aspergillus niger. Aspergillus niger menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler, salah satunya adalah enzim selulase (Rat Ledge 1994) yang dapat merombak selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu menjadi glukosa. Fermentasi kulit kopi dengan menggunakan Aspergillus niger dapat menurunkan serat kasar antara 39,3%-48,36% dan dapat meningkatkan protein kasar antara 36,34%-46,34% (Guntoro dkk. 2003, Londra dkk. 2007) sehingga kulit kopi hasil fermentasi Aspergillus niger dapat digunakan sebagai pakan ternak, baik ternak ruminansia maupun non ruminansia. Londra dkk. (2007) menyatakan bahwa kandungan protein kasar dan serat kasar kulit kopi hasil fermentasi Aspergillus niger adalah 12,43% dan 11,05%. Kandungan tersebut tidak berbeda jauh dengan kulit buah terong belanda hasil fermentasi Aspergillus niger yaitu 13,92% dan 10,42% (Asmaria 2009) dan tidak jauh berbeda pula dengan kandungan bungkil inti sawit tanpa fermentasi yaitu 15,43% dan 15,47% (Amri dkk. 2006).

6 Pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengetahui konsentrasi penggunaan tepung kulit kopi fermentasi pada pakan dapat dihubungkan dengan kulit buah terong belanda fermentasi atau bungkil inti sawit tanpa fermentasi, mengingat keduanya merupakan bahan nabati yang tergolong protein basal, memiliki kandungan protein < 20% dan serat kasar < 18%. Asmaria (2009) telah melakukan penelitian mengenai pemanfaatan tepung kulit buah terong belanda fermentasi Aspergillus niger pada burung puyuh yang memerlukan protein kasar berkisar antara 20%-25% dan memberikan hasil bahwa penggunaan hingga level 12% dapat digunakan dalam ransum burung puyuh. Amri dkk. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dalam pakan terhadap performa ikan mas (Cyprinus carpio L.). menyatakan bahwa penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum pakan ikan mas sebanyak 12% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan berat badan tertinggi yaitu 242,33 g/ekor dan 125,83 g/ekor. Penelitian mengenai penggunaan bungkil inti sawit sebelum fermentasi maupun setelah fermentasi juga telah dilakukan oleh Bintang dkk. (1999) yang memberikan hasil bahwa penggunaan bungkil inti sawit sebelum fermentasi dalam ransum hingga taraf 15% tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan itik, begitu pula dengan penggunaan bungkil inti sawit hasil fermentasi Aspergillus niger hingga taraf 15% dalam ransum tidak menimbulkan dampak negatif pada pertumbuhan itik. Sedangkan penelitian Hikmayani dkk. (2000) memberikan hasil bahwa penggunaan tepung bungkil inti sawit sebanyak 20% sebagai pakan ikan mas memberikan bobot individu rata-rata yang baik. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat diambil hipotesis bahwa penggunaan kulit kopi hasil fermentasi jamur Aspergillus niger sebanyak 15% pada pakan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap laju pertumbuhan benih ikan nila.