BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, manusia membutuhkan sesuatu. keceriaan merupakan kebutuhan yang mendasar pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah dasar. Pendidikan jasmani sering dilakukan pada luar kelas atau outdoor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

MAKALAH PERMAINAN KECIL

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

Menggapai Permainan Tradisional Anak Indonesia Dalam Perangkat Berbasis Android

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB I PENDAHULUAN. ekstrakurikuler yang beragam di setiap lembaga pendidikan. adakan di dalam sekolah yang memberikan banyak manfaat kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain mampu merumuskan tujuan pendidikan yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari

TINJAUAN PUSTAKA. (Hans Daeng, 2009 :17). Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup, serta upaya dengan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip ilmu

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. televisi membawa manusia kembali pada neo-tribal. permainan. Realitasnya yang sekarang, kecanggihan permainan digital lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kemajemukan penduduk, yang masing-masing penduduknya memiliki corak tersendiri dalam pola kehidupannya. Dan sebagian besar perjalanan sejarah menyatakan bahwa negara ini merupakan masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat perkebunan. di Sumatera Utara sangat banyak perkebunan yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta asing. Adapun salah satu perkebunan di daerah ini merupakan perkebunan karet yang berada di kabupaten simalungun, yang dikelola oleh perusahaan asing. Lokasi perkebunan ini tidak jauh dari kota pematang siantar. Adapun sumber penghasilan masyarakat perkebunan karet ini merupakan hasil kerja mereka oleh perusahaan yang mengelolanya. Perkebunan karet ini milik perusahaan asing tetapi notabene masyarakat yang tinggal didaerah ini sangat beragam suku. Ada beragam suku batak, jawa, melayu, aceh dan lain sebagainya. Dan beragam pula agama yang ada pada masyarakat yang tinggal diperkebunan karet ini. Mayoritas suku yang terdapat didaerah ini adalah jawa dan batak, serta agama yang paling mayoritas adalah islam. Pada masyarakat perkebunan karet ini ada beberapa kelas-kelas dan golongan masyarakatnya. Dari kelas bawah hingga kelas atas. Adapun yang dimaksud dari kelas bawah adalah, masyarakat yang pekerjaannya, tempat tinggalnya, dan upahnya sangat kecil. Biasanya masyarakat ini bekerja sebagai penderes karet, dan resiko kerjanya tidak berat, melainkan tanggung jawabnya 12

cukup berat. Dimana para pekerja ini harus bertanggung jawab agar tidak adanya getah yang hilang dalam arti dicuri oleh pekerja itu sendiri. Ada juga yang bekerja sebagai supir truk yang mengangkat getah dari latex ke pabrik. Ada yang bekerja di kantor dengan pembagian kerja yang berbeda-beda. Selain itu kelas atas yang dimaksud adalah para pekerja yang bekerja di perusahaan karet ini dan biasanya bekerja sebagai orang kantoran, dalam arti kata mereka tidak atau jarang sekali berada diluar kantor. Dan orang kantoran ini dimulai dari pegawai kelas 1 hingga manajer. Karena perkebunan karet ini dikelola oleh perusahaan asing, masyarakat yang ada disini juga menggunakan fasilitas yang disediakan oleh perusahaan untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Adanya hall, tanah lapang, serta fasilitas ibadah seperti gereja, mesjid. Dan rumah-rumah yang ditempati oleh pekerja juga rumah perusahaan perkebunan. Setiap rumah yang diberikan oleh perusahaan memiliki pekarangan/halaman, sehingga memberikan ruang untuk masyarakat bersosialisasi atau membuka usaha. Dan pastinya sumber daya listrik dan air pun sudah berada didaerah ini, dikarenakan perusahaan menggunakan mesin sehingga listrik sudah masuk ke daerah ini. Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat agraris merupakan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani. Yang juga didukung oleh bentuk geografis yang ada di Indonesia. Berubahnya pola mata pencaharian penduduk dari masyarakat agraris menjadi masyarakat perkebunan mempengaruhi struktur dan sistem tatanan sosial yang ada di masyarakat. Belum lagi masalah perkembangan diri dari anak-anak yang tinggal di daerah perkebunan. Sudah pasti sangat berbeda dari anak-anak yang tinggal di 13

daerah perkotaan. Kalau kita perhatikan biasanya anak-anak yang berada di daerah perkebunan memiliki pola pergaulan yang cenderung ekstrem seperti misalnya bermain di tempat-tempat yang sebenarnya tidak layak untuk disebut sebagai tempat bermain. Ada lagi masalah tentang pola asuh yang diberikan oleh orang tuanya. Rata-rata orang yang tinggal di daerah perkebunan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda dari pendidikan rendah hingga pendidikan tingkat atas, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan tentang tumbuh kembang anaknya. Dan cenderung membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang begitu saja. Misalnya saja dalam bermain bersama teman-temannya. Kebanyakan anakanak di daerah pekebunan memilih untuk memainkan permainan yang sifatnya lebih tradisional karena permainan tradisional tidak membutuhkan banyak biaya untuk membeli peralatan dan untuk memainkannya. Tapi ada juga sebagian anakanak di lingkungan perkebunan yang sudah mengenal permainan yang sifatnya lebih modern seperti misalnya playstation, gameboard, dan lain-lain. Masuknya permainan modern ke lingkungan anak-anak di daerah perkebunan ini sedikitnya mempengaruhi tumbuh kembangnya anak dan juga cara mereka bergaul dengan teman-temannya. Anak-anak sekarang sudah dininabobokan dengan permainan-permainan modern yang berbau IT seperti play station atau sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menonton televisi, sehingga permainan anak-anak yang sifatnya tradisional sudah ditinggalkan. Akibatnya waktu untuk bermain bersama temannya berkurang. Di kota-kota besar tampaknya sekarang rumah begitu padatnya, sehingga mencari tanah lapang yang biasa untuk berkumpul anak-anak sudah tidak seperti dulu lagi. Masuknya 14

permainan modern ini dapat disebabkan dekatnya jarak kota madya dengan wilayah perkebunan karet ini sehingga memudahkan masyarakat mengakses kebutuhan lainnya. Nilai-nilai pendidikan, kebersamaan, kesetiakawanan bisa diperoleh lewat permainan tradisional dan yang paling menonjol adalah nilai-nilai kebersamaan. Karena permainan anak-anak modern pada umumnya bersifat individualisme. Permainan tradisional anak-anak erat kaitannya dengan pengetahuan dan kreatifitas anak-anak, karena ini merupakan hal-hal yang bersifat afektif, pola perilaku, dan permainannya sangat lokal dan sangat lekat dengan dunia mereka. Jadi bukan mentransfer nilai-nilai dari luar tapi inilah asli peninggalan nenek moyang yang nilainya sangat tinggi. Pengaruh permainan tradisional anak terhadap pendidikan, pada umumnya permainan tradisional anak adalah sesuatu yang biasa dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tema-temanya adalah tema di sekitar anak-anak seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lainnya yang mereka alami sehari-hari. Permainan dimasa lalu merupakan permainan yang sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak, yang secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Misalnya saja permainan gobak sodor atau yang biasa disebut galasin. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari tiga sampai lima orang. Ada juga permainan tradisional gebokan. Ini biasanya menggunakan pecahan genteng yang disusun keatas sehingga berbentuk menara dan kemudian kita akan menjatuhkan susunan itu dari jarak jauh dengan bola kasti dan jika 15

susunan itu terjatuh maka lawan harus menyusun kembali pecahan genteng kemudian mengambil bola kasti dan melempar bola kasti ke arah lawan. Kemenangan ditandai dengan berdirinya menara pecahan genteng dan tubuh kita tidak terkena bola kasti dari lawan. 1.2 Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas dimana harus dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa ( Arikunto, 1996:19 ) Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah permainan tradisional anak dapat menjadi perekat hubungan sosial? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1.3.1.1 Untuk mengetahui bagaimanakah permainan tradisional dapat menjadi perekat hubungan sosial di antara anak-anak yang berada di daerah perkebunan khususnya di perkebunan karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. 16

1.3.1.2 Untuk mengetahui sejauh mana permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak diperkebunan karet dapat memicu kreatifitas anak di Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai kehidupan khususnya cara bermain anak-anak di daerah perkebunan. Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya khususnya khasanah keilmuan dibidang sosiologi keluarga dan sosiologi pendidikan. 1.3.2.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dimana melalui penelitian ini, menambah referensi dari hasil penelitian dan juga dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya dan juga dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat perkebunan karet Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun tepatnya pada Dinas Pendidikan dan kebudayaaan agar dapat dimasukan dalam kurikulum pendidikan yaitu muatan lokal atau kebudayaan lokal. 17

1.4 Defenisi Konsep 1.4.1. Permainan Tradisional Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh orang-orang terdahulu dan biasanya pada permainan tradisional orang cenderung membuatnya sendiri dengan kreatifitas masing-masing orang dan bahan-bahan yang digunakan sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar/banyak. Adapun beberapa permainan tradisional yang mungkin sudah tidak asing lagi didengar adalah: Galasin. Permainan ini terdiri dari dua tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Inti permainannya adalah mencegah lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir. Biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis. Permainan ini membuat badan menjadi sehat karena pemain banyak bergerak misalnya berlari dan merentangkan tangannya. Bentengan. Terdiri dari dua tim. Inti permainan ini adalah memasuki benteng lawan dengan menyentuh baris pertahanan mereka. Biasanya yang dianggap sebagai benteng adalah sebuah tiang listrik yang dijaga oleh beberapa orang dan kita berusaha untuk menyentuh tiang listrik. Permainan ini mirip dengan permainan galasin. Gasing. Ini permainan rakyat yang cukup lama. Bentuk permainannya adalah sebuah bentukan kayu yang dapat berputar. Biasanya dijadikan ajang taruhan siapa yang gasingnya dapat berputar paling lama maka dialah pemenangnya, atau terkadang mengadu kedua gasing dimana melihat gasing mana yang paling kuat bahannya. 18

Gebokan. Ini biasanya menggunakan pecahan genteng yang disusun keatas sehingga berbentuk menara dan kemudian kita akan menjatuhkan susunan itu dari jarak jauh dengan bola kasti dan jika susunan itu terjatuh maka lawan harus menyusun kembali pecahan genteng kemudian mengambil bola kasti dan melempar bola kasti ke arah kita. Kemenangan ditandai dengan berdirinya menara pecahan genteng dan tubuh kita terkena bola kasti. 1.4.2. Anak Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dimana setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, untuk bergaul dengan anak yang sebaya nya bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengemmbangan dirinya. Selain itu anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. 1.4.3.Tradisional Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. 19

Dalam hal ini nilai-nilai tradisional yang melekat pada permainan tradisional adalah : 1. Hubungan Sosial Menurut Ferdinand Tonnies Gemeinschaft adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif dan adanya keterikatan yang dibawa sejak lahir, Gemeinschaft by blood : mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan Gemeinschaft of mind : hubungan persahabatan yang disebabkan oleh persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur. Gemeinschaft of place : ikatan yang berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang untuk berhubungan intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada kehidupan bersama di daerah pedesaan. Gesellschaft adalah suatu kehidupan pubik, dimana seseorang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Ini bersifat sementara dan semu. 2. Solidaritas Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana. Tipe solidaritas 20

yang didasarkan atas kepercayaan dan setiakawanan ini dinamakan conscience collective. Suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagaikan suatu organisme biologi. Solidaritas ini didasarkan pada hukum dan akal. 3. Kerjasama. Merupakan bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan, atau interaksi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. 4. Persaingan.Merupakan suatu proses sosial ketika individu atau kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. 5. Prestasi adalah cara untuk memperoleh kedudukan pada lapisan tertentu dengan usaha sendiri. Suatu pencapaian sehingga seseorang mendapatkan penghargaan dari prestasi yang didapatkannya. 6. Egalitarian. Dimana tidak ada anak yang paling unggul karena setiap anak memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda dan ini sebagai cara untuk meminimalisir ego diri para pemainnya/anakanak. 7. Agen Sosialisasi. Menurut Fuller adapun pihak yang melaksanakan sosialisasi terdiria atas empat agen sosialisasi utama 8. Generalized Other adalah peran semua orang lain dalam masyarakat dengan siapa seseorang berinteraksi. 21

9. Teman sebaya adalah teman bermain yang sederajat dimana dalam kelompok bermain seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan. Beberapa contoh permainan tradisional anak tersebut adalah 1. Enjot-enjotan,berbalas pantun, lompat tali dapat membentuk kerjasama anak 2. Wayang, mobil-mobilan dari kulit jeruk, dapat mengasah kreatifitas anak 3. Galasin, bentengan, gebokan, memunculkan solidaritas, kerjasama, kejujuran dan kepercayaan terhadap para pemain. 22