BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Irna Fitria Hayati, 2016

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan sikap manusia. Proses pendidikan dilakukan oleh siapapun, dimanapun,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

*Keperluan korespondensi, HP: ,

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan saat ini tidak hanya sebatas proses pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan memberikan dampak besar terhadap kemajuan sistem pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

2015 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIKLAT

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang bersifat abstrak. Fakta di lapangan menunjukan banyak siswa yang memandang bahwa pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dipelajari. Karena banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus dipahami oleh siswa menyebabkan banyak siswa kurang minat terhadap pelajaran kimia. Banyak siswa yang mengalami kesulitan karena ketidakmampuannya dalam memahami konsep dengan benar (Yunita, 2013). Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu pokok bahasan dalam kimia yang konsepnya bersifat abstrak dan kompleks. Pokok bahasan ini meliputi konsep dan hitungan (Yunita, 2013). Menurut Raviolo (dalam Yunita, 2013) meskipun siswa dapat menyelesaikan berbagai macam soal hitungan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, tidak menjamin siswa tersebut dapat memahami konsep-konsep yang terdapat dalam materi tersebut. Disamping itu, Önder (dalam Yunita, 2013) menyatakan bahwa konsep ini merupakan konsep yang sulit dan kompleks karena mensyaratkan beberapa konsep seperti kelarutan, kesetimbangan kimia, asas Le Chatelier, dan persamaan kimia. Karena konsepnya yang bersifat abstrak maka siswa mengalami kesulitan dalam mengkonstruksi atau membangun pemahaman suatu konsep yang mereka terima selama proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Yunita (2013) bahwa sebagian besar siswa (71,10%) memiliki pemahaman yang rendah pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan, sebanyak 10,50% siswa memiliki pemahaman yang cukup, dan sebanyak 18,40% siswa memiliki pemahaman sangat rendah. Tidak ada siswa yang memiliki pemahaman baik dan sangat baik pada konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pelajaran kimia masih dianggap sebagai kumpulan konsep yang harus dihafal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada

2 aspek kognitif. Menurut Anderson (2010), aspek kognitif terdiri dari enam aspek yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Namun, pada kenyataannya aspek tingkat tinggi seperti menganalisis masalah, mengevaluasi, dan mencipta jarang dilatihkan kepada siswa. Hal ini menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa belum biasa menyelesaikan suatu permasalahan yang didahului dengan kegiatan penyelidikan. Jika aspek tingkat tinggi tersebut diterapkan dalam pembelajaran, maka siswa akan terlatih dalam menyelesaikan masalah dan membangun konsep secara mandiri (Sari, 2012) Menurut Olufemi, et al (2013), beberapa faktor seperti cara mengajar guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan siswa dalam mengembangkan ilmu yang diperolehnya dalam kegiatan pembelajaran. Selama beberapa tahun terakhir, pendidikan kimia lebih fokus terhadap pemahaman konsep dan miskonsepsi yang mengganggu proses pembelajaran Campbell (dalam Tasoglu, 2014). Pembelajaran dalam mata pelajaran kimia yang biasa dilakukan oleh kebanyakan sekolah di Indonesia menggunakan metode ceramah dan masih menerapkan keaktifan guru dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat informatif sehingga keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih kurang (Hasni, 2011). Kondisi yang demikian akan membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini terbukti dengan perilaku siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas sehingga nilai siswa pada mata pelajaran kimia kurang memuaskan. Agar tujuan pembelajaran kimia di SMA dapat dicapai maka perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran kimia di kelas. Inovasi tersebut dapat berupa pendekatan pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam melakukan proses pembelajaran (Murti dkk, 2014). Menurut Murti (2014) perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dan penyajian materi kimia yang lebih menarik, sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menghilangkan persepsi buruk siswa terhadap pelajaran kimia. Pembelajaran yang dimaksud

3 adalah pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar mengajar semaksimal mungkin dengan cara siswa menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan siswa lain, dan mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan. Salah satu pembelajaran yang dapat mengaktifkan minat dan melatih berpikir bagi siswa serta mampu mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang mengandung sisi yang menarik, menyenangkan, dan mudah dilakukan untuk mempermudah dalam memahami materi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan suasana yang menyenangkan yaitu dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (Tasoglu dan Bakac, 2010). Pendekatan Problem Based Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengembangkan pembelajaran aktif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan menghasilkan pengetahuan yang berbasis pada pemahaman serta pemecahan masalah (Barrows & Tamblyn, 1980; Maya et al., 1993; Mechling, 1995; Skrutvold, 1995; Major et al., 2000; Malinowski & Johnson, 2001). Menurut Tan (dalam Rusman, 2010), pendekatan Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dengan pendekatan ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Perbedaan kemampuan siswa dalam suatu kelompok juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa terutama ketika siswa berdiskusi atau mengungkapkan pendapatnya kepada siswa lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 26 Februari 2015 dan wawancara terhadap guru Kimia SMA Pasundan 7 Bandung, diketahui bahwa proses pembelajaran kimia di kelas XI masih menekankan pada aspek mengingat dan memahami. Guru selama ini masih banyak memberikan latihan mengerjakan soal pada buku paket. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih mengembangkan keterampilan berfikir, memecahkan masalah serta menerapkan

4 konsep-konsep yang dipelajari dalam kegiatan pembelajaran di kehidupan sehari-hari. Menurut Zoller (2007) sebagian besar pendidik memandang bahwa tujuan pembelajaran di sekolah hanya sebatas membekali siswa untuk dapat memberi jawaban yang benar pada soal ujian, pembelajaran kimia di kelas hanya sebatas pada ceramah, pemberian konsep-konsep dan teori-teori yang jelas, tetapi jauh dari kehidupan nyata. Sekolah menjadi sebuah tempat untuk menyampaikan sejumlah konsep yang harus dipahami siswa. Prosesnya sering jauh dari kenyataan yang dijumpai di kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat siswa beranggapan bahwa apa yang telah mereka pelajari di sekolah merupakan pelajaran yang terpisah dari kehidupan sehari-hari, tidak dapat diterapkan atau tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Guilford (dalam Munandar, 2009) kurangnya kesadaran pendidik akan pentingnya melatih kemampuan memecahkan masalah di sekolah tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara yang lain. Hal tersebut menunjukan bahwa kesadaran akan pentingnya pembelajaran yang melatih kemampuan memecahkan masalah siswa masih kurang. Akibatnya siswa tidak terbiasa dan sering merasa kesulitan dalam menemukan solusi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain kemampuan memecahkan masalah yang perlu dikembangkan penguasaan konsep juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran karena penguasaan konsep adalah hasil atau produk dari pembelajaran (Dahar, 1996). Penguasaan konsep merupakan hasil dari proses belajar seseorang sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan suatu informasi yang diperoleh dengan kata-kata sendiri (Dahar, 1996). Untuk mata pelajaran kimia, topik atau permasalahan yang dapat diangkat dalam pembelajaran di kelas salah satunya adalah terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penyakit kencing batu merupakan salah satu konteks yang memenuhi kriteria masalah terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Konteks penyakit kencing batu merupakan salah

5 satu masalah yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang terserang penyakit kencing batu. Penyakit kencing batu disebabkan salah satunya karena pola makan atau minum yang tidak sehat seperti mengkonsumsi daging secara berlebihan atau mengkonsumsi minuman yang mengandung zat yang dapat menyebabkan penyakit kencing batu. Untuk itu, perlu upaya pencegahan atau penanganan yang tepat agar batu tidak terbentuk di dalam saluran urine manusia. Penelitian terkait dengan penggunaan Problem Based Learning telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Diyah Rauhillah Hasni dengan judul pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ada hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen lebih tinggi (rata-rata pretest = 22,25 dan rata-rata posttest = 61,25) daripada kelompok kontrol (rata-rata pretest = 18,5 dan rata-rata posttest = 36, 125). Selain itu, penelitian Tasoglu dan Bakac (2014) yang berjudul The Effect of Problem Based Learning Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics menemukan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Based Learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa mengenai konsep kemagnetan yang abstrak menjadi lebih konkret, karena konteks yang gunakan merupakan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning (PBL) terhadap Kinerja Guru dan Siswa serta Penguasaan Konsep Siswa pada Konteks Penyakit Kencing Batu. B. Identifikasi Masalah Penelitian Permasalahan pada penelitian ini didasari oleh adanya tuntutan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar bisa memecahkan masalah di dalam kehidupan nyata dengan menggunakan sikap ilmiah. Kemajuan teknologi dan

6 berbagai permasalahan yang muncul seiring dengan era globalisasi menuntut manusia untuk mampu mencari pemecahan dari masalah yang ada. Selama di sekolah siswa terlalu dibebani oleh banyaknya konten pelajaran yang harus dipelajari. Hal ini membuat siswa tidak fokus terhadap apa yang mereka pelajari. Berdasarkan hasil observasi di SMA Pasundan 7 Bandung, diperoleh hasil bahwa guru selama ini masih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran di kelas. Guru sering memberikan latihan soal pada buku paket. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih mengembangkan keterampilannya dalam memecahkan masalah. Guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran masih menggunakan pedoman pembelajaran yang bersifat konvensional. Guru jarang menggunakan media peraga dalam proses pembelajaran. Kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang inovatif berdampak pada menurunnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dapat dikatakan nol. Selain itu, diperoleh data bahwa hasil belajar kognisi kimia siswa kelas XI IPA belum optimal. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai kimia di bawah KKM (nilai >75). Menurut guru kimia di SMA Pasundan 7 Bandung hasil belajar afektif dan psikomotor siswa masih belum optimal sehingga perlu ditingkatkan lagi. Banyak siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Selain itu banyak siswa yang kurang terampil dalam menggunakan alat-alat percobaan di laboratorium. Hal ini terjadi karena siswa jarang melakukan percobaan di laboratorium. Sehingga kinerja siswa yang meliputi aspek kognisi, afektif, dan psikomotor dapat dikatakan nol. Dampak dari permasalahan tersebut yaitu siswa menjadi kurang terbiasa dan sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga merasa kesulitan dalam memahami konsep dasar kimia, sehingga siswa kurang mampu dalam memahami konsepkonsep yang lebih kompleks. Oleh karena itu, guru harus mampu meningkatkan kinerja siswa dan penguasaan konsep siswa terhadap konsep-konsep dasar kimia

7 yang dihubungkan dengan masalah real life, sehingga siswa menyadari pentingnya pengetahuan yang dipelajarinya selama di sekolah. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang dapat mengaktifkan minat dan motivasi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran serta melatih kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran tersebut yaitu Problem Based Learning. Dengan disajikannya masalah real life yang diselesaikan dengan pembelajaran Problem Based Learning tipe Tan, diharapkan kinerja siswa dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat. Salah satu masalah real life yang dapat diselesaikan dengan menggunakan konsep kimia yaitu pada konteks penyakit kencing batu. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pendekatan Problem Based Learning (PBL) tipe Tan terhadap kinerja guru dan siswa? 2. Bagaimana pengaruh pendekatan Problem Based Learning (PBL) tipe Tan terhadap penguasaan konsep siswa pada konteks penyakit kencing batu? D. Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada konteks penyakit kencing batu, komponen penyusun batu di saluran urine, penyebab terbentuknya penyakit kencing batu, dan cara pencegahan penyakit kencing batu yang didasari konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) menurut Tan Oon Seng (2003). E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh pendekatan Problem Based Learning tipe Tan terhadap kinerja guru dan siswa.

8 2. Mengetahui pengaruh pendekatan Problem Based Learning tipe Tan terhadap penguasaan konsep siswa pada konteks penyakit kencing batu. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak terkait dengan lingkup kimia, diantaranya: 1. Bagi guru dan calon guru bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Learning. 2. Bagi siswa, dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam konteks penyakit kencing batu berbasis konsep dasar kelarutan dan hasil kali kelarutan. 3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat bagi peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran kimia dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia. 4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian sejenis dengan topik yang berbeda dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut. G. Penjelasan Istilah Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah penting. Berikut penjelasan dari istilah-istilah tersebut: - Problem Based Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dengan pendekatan ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Tan, 2003). - Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan seseorang sebagai prestasi kerja sesuai dengan peranannya (Rivai, 2009).

9 - Kinerja Guru merupakan perilaku yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar (Mulyasa, 2008). - Kinerja Siswa merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. - Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil proses belajar seseorang sehingga dapat mendifinisikan atau menjelaskan suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri (Dahar, 1996). H. Struktur Organisasi Skripsi Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci setiap bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu pendahuluan (Bab I), kajian pustaka (Bab II), metodologi penelitian (Bab III), hasil dan pembahasan (Bab IV) serta simpulan dan saran (Bab V). Setelah kelima bab tersebut terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Bab I terdiri dari atas enam subbab, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi, dan definisi operasional. Bab II berisi kajian pustaka merupakan tinjauan teoritis dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Kajian pustaka dijabarkan kembali ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Problem Based Learning, perencanaan pembelajaran Problem Based Learning, pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning, penilaian pembelajaran Problem Based Learning, penguasaan konsep, konteks penyakit kencing batu, kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai konsep dasar yang melandasi konteks penyakit kencing batu, kerangka pemikiran penelitian, dan hipotesis penelitian. Bab III yang berisi metodologi penelitian. Bab III ini terdiri atas metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek/objek penelitian, alur penelitian, instrumen penelitian, validasi instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengolahan

10 dan analisis data. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif pre-experimental research. Dalam metode ini penelitian dilakukan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol). Hal ini karena untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) terhadap penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan. Bab IV memaparkan hasil temuan dan pembahasan. Bab IV terdiri atas beberapa subbab, yaitu pengaruh pendekatan Problem Based Learning terhadap kinerja guru, pengaruh pendekatan Problem Based Learning terhadap kinerja siswa, dan pengaruh pendekatan Problem Based Learning terhadap penguasaan konsep siswa pada konteks penyakit kencing batu. Bab V terdiri dari dua sub bab, yaitu simpulan dan saran. Simpulan terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat.