BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa dalam menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Nur aini Dwiandini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu kegiatan sosial antara peserta

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. politik, antropologi, psikologi, dan ekologi. Salah satu tujuan utama

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar, mengajukan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Permendiknas (dalam Widyaningsih S.R. dkk., 2012, hlm. 267). Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Suwasti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang salah satu isi program pembelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Lebih jelas lagi dalam Permendiknas No 22 (2006) tentang Standar isi dinyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Begitu juga menurut Sund (Poejiadi, 2007) menyatakan bahwa: IPA sebagai tubuh dari pengetahuan yang dibentuk melalui proses inkuiri yang terus-menerus, yang diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains, sains lebih dari sekedar pengetahuan (knowledge), sains merupakan upaya manusia meliputi operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) menyingkap rahasia alam. 1

2 Dalam era globalisasi dan era informasi ini proses pembelajaran sudah semestinya disampaikan secara menarik, menyenangkan dan menantang bagi siswa (Sa ud, 2008: 29). Dalam proses pembelajaran IPA, paradigma lama yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber informasi dalam belajar sudah harus ditinggalkan karena pembelajaran dalam IPA bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa sebagai peserta didik, melainkan proses, sikap dan norma. Pola pembelajaran lama mengajar berpusat pada guru (teacher centered) sekarang sudah harus berubah ke arah aktivitas yang berpusat pada siswa (student centered). Namun demikian fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I terkait dengan hasil belajar siswa masih rendah, nilai ulangan formatif pada pokok bahasan cahaya belum mencapai hasil yang memuaskan. Secara umum materi penilaian hasil belajar untuk mata pelajaran IPA dengan pelaksanaan yang dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota masih didominasi dan berfokus pada penilaian hasil belajar ranah kognitif melalui tes. Hal ini berpengaruh pada gaya mengajar guru yang lebih memberatkan pada aspek kognitif, guru senderung melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode yang terpusat pada guru. Sementara itu kesempatan siswa untuk melakukan eksplorasi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi IPA tentang cara tumbuhan hijau membuat makanan menjadi dangkal. Maka dari itu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menjadi rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar nilai kelas V tahun 2012 semester 1, nilai rata-rata ulangan IPA siswa pada materi gangguan organ pada 2

3 tubuh manusia baru mencapai 58.00. Sedangkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM mata pelajaran IPA baru 50.00%, (dari KKM 65,00) yang telah ditetapkan di kelas V SDN Kiara I baru. Kondisi ini menjadi bahan renungan penulis untuk memperbaiki hasil belajar siswa tersebut. Permasalahan tersebut muncul akibat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan belum optimal. Selama ini pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa kurang mendapatkan bimbingan untuk melakukan proses belajar sendiri, untuk menemukan konsep-konsep IPA dari hasil penelitian atau belajar secara ilmiah yang dilakukan oleh siswa sendiri. Hal ini dikarenakan pemilihan metode pembelajaran oleh guru masih kurang tepat, dan metode yang digunaan kurang menunjang pada karakteristik materi IPA dan tingkat perkembangan berfikir siswa. Sesungguhnya materi dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan untuk melatih siswa dalam berfikir ilmiah. Mengacu pada ketentuan dalam Kurikulum, 2006, bahwa: Pelaksanaan proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan melalui inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara tidak langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Memperhatikan esensi dan tujuan pendidikan IPA di SD, seyogianya penyelenggaraan proses pembelajaran IPA mampu mempersiapkan, membina dan 3

4 membentuk kemampuan siswa menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat, proses pembelajaran harus berorientasi kepada siswa (student centered), artinya siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih termotivasi dalam mencapai hasil belajarnya bila diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri melalui proses dalam pembelajarannya melalui percobaan-percobaan dan penyelidikan yang menunutut siswa untuk mencari sendiri jawaban dari permasalahan atau materi-materi dalam IPA. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi harapan dan tuntutan tersebut adalah dengan menerapkan metode eksperimen, seperti yang dikemukakan Abadi (2008) sebagai berikut: Metode yang diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul: Penerpan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar (PTK pada materi Cara Tumbuhan Hijau Membuat Makanan di Kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Kabupaten Karawang Tahun Pelajaran 2012/2013). B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Penelitian 4

5 Masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih rendah baik secara individu maupun klasikal, ini ditandai dengan rendahnya pencapaian persentase ketuntasan belajar siswa. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru, siswa belum mendapatkan kesempatan yang memadai untuk melakukan pembelajaran secara ilmiah dengan melakukan eksplorasi. 3. Pembelajaran masih dititikberatkan pada pencapaian hasil, bukan pada meningkatkan kualitas proses yang mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa akan konsep-konsep IPA. 4. Penggunaan model atau pendekatan pembelajaran belum maksimal, guru lebih banyak mengguakan pembelajaran langsung dengan menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada guru. 5. Kurangnya sarana dan prasarana terutama alat peraga (KIT IPA) untuk membantu kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran IPA. 6. Rendahnya motivasi belajar siswa akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan monoton dan membosankan. Dari beberapa permasalahan tersebut, dalam penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Kiara I dengan mengoptimalkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi cara tumbuhan hijau membuat makanan. C. Rumusan Masalah 5

6 Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah: Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar? Adapun rumusan masalah tersebut secara rinci difokuskan pada masalah berikut: 1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon dengan menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan? 2. Bagaimanakan peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon setelah menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan? 3. Bagaimana respon angket siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I dengan tujuan: 1. Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I Cilamaya Kulon menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan. 2. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon setelah menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan. 6

7 3. Ingin mengetahui respon angket siswa terhadap pembelajaran IPA di kelas V SDN Kiara I Kecamatan Cilamaya Kulon dengan menggunakan metode eksperimen pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1. Bagi guru, bertambahnya wawasan guru dalam mengelola pembelajaran ke arah yang lebih baik. 2. Bagi siswa, pembelajaran dengan metode eksperimen dapat memberikan pengalaman langsung. Siswa mendapat berbagai pengalaman belajar dalam melakukan eksperimen untuk memahami konsep cahaya. 3. Bagi peneliti lain, hasil PTK ini bisa dijadikan sebagai gambaran tindakan untuk mengatasi kendala-kendala dalam proses pembelajaran IPA di sekolah dasar. G. Sistematika Laporan Penelitian Hasil penelitian ditulis secara rinci dengan sistematika pelaporan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang berisi a) latar belakang masalah, b) Identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumuasan masalah, d) tujuan penelitian, e) manfaat penelitian; f) definisi operasional; g) sistematika laporan penelitian. Bab II berisikan kajian teoritik tentang teori-teori: metode esperimen, pembelajaran IPA di SD, dan hakikat belajar siswa. 7

8 Bab III membahas metode penelitian terdiri dari a) lokasi dan subjek penelitian, b) desain penelitian, c) Metode penelitian, d) definisi operasional, e) instrumen penelitian, dan f) teknik pengumpulan dan pengolahan data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan Bab V kesimpulan dan saran-saran. 8