B A B I P E N D A H U L U A N. berlangganan memberikan irama dalam menikmati siaran televisi sejak tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelanggan dan jasa-jasa yang lain seperti pembuatan produksi dan jasa akses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua operator televisi berlangganan. Kedua operator tersebut memberikan

BAB I PENDAHULUAN. an dan di pelopori PT. MNC Sky Vision yang meluncurkan produknya yaitu indovision. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini hiburan banyak dicari oleh manusia dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Magang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menonton televisi merupakan sebuah kegiatan yang sulit dilepaskan dari rutinitas

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap

Bab I. Pendahuluan. terhadap barang atau jasa yang digunakan. Baik itu perusahaan jasa maupun barang pasti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pesat teknologi telekomunikasi dan informasi di penghujung

BAB III. Profil perusahaan. bidang lain yang ada. Layanan multimedia merupakan layanan yang mampu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN SEJARAH SINGKAT PT INDONUSA TELEMEDIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan besar dalam lima tahun mendatang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau. saluran pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

DIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi dalam banyak bidang baik dari dunia bisnis, fashion, dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, siaran televisi tidak hanya berfungsi sebagai media untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 STUDI KASUS MASYARAKAT PERS DAN PENYIARAN INDONESIA (MPPI) VS PT MEDIA NUSANTARA CITRA TBK (MNC)

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III ENDANG SUPARMAN SKOM,MM. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jawaban produsen satu satunya dalam hal memenuhi tantangan. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa salah satu pondasi yang dimiliki Indonesia sehingga membuat krisis global

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

Copyright Rani Rumita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas dan globalisasi ditandai dengan semakin meluasnya produk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

LAPORAN TAHUNAN 2013 FIRST MEDIA Tbk 61

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi melalui internet. Namun Koran

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan bisnisnya dari layanan dengan portofolio POTS (Plain Ordinary

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin tinggi tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirimkan, serta menyampaikan

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menerangkan mengenai landasan teori yang bersangkutan dengan

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan

Promosi. Disusun oleh Tim Pengampu: Sulistiyono Ahmad Nasrulloh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 2

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keunggulan pemanfaatan teknologi adalah suatu nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas karya ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung pembangunan ekonomi masyarakat. PT. Pos Indonesia. merupakan suatu BUMN yang bergerak dalam kegiatan pelayanan lalu

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

Transkripsi:

1 B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Penyelenggaraan penyiaran televisi berlangganan merupakan layanan jasa yang sudah menjadi warna gaya kehidupan di Indonesia. Kehadiran televisi berlangganan memberikan irama dalam menikmati siaran televisi sejak tahun 1988. Awal kiprah layanan ini disambut baik oleh beberapa kalangan masyarakat yang ingin mengoptimalkan hiburan melalui siaran televisi, mengingat saat itu produksi siaran-siaran lokal Indonesia masih sangat sedikit. Pemerintah menyikapi perkembangan dalam industri penyelenggaraan penyiaran dengan mengeluarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, khusus mengenai Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana diatur dalam Pasal 25, berbunyi : Ayat (1) Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf d merupakan lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Ayat (2) Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia, atau media informasi lainnya. Kemudian mengenai Lembaga Penyiaran Berlangganan dalam Undangundang Nomor 32 Tahun 2002 menurut Pasal 26, berbunyi :

2 Ayat (1) Lembaga Penyiaran Berlangganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 terdiri atas : a. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit; b. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui kabel; dan c. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui terestrial. Ayat (2) Dalam menyelenggarakan siarannya, Lembaga Penyiaran Berlangganan harus : a. Melakukan sensor internal terhadap semua isi siaran yang akan disiarkan dan/atau disalurkan; b. Menyediakan paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari kapasitas kanal saluran untuk menyalurkan program dari Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Swasta; dan c. Menyediakan 1 (satu) kanal saluran siaran produksi dalam negeri berbanding 10 (sepuluh) siaran produksi luar negeri paling sedikit 1 (satu) kanal saluran siaran produksi dalam negeri. Ayat (3) Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari: a. Iuran berlangganan; dan b. Usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Selanjutnya Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 dalam Pasal 27, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. memiliki jangkauan siaran yang dapat diterima di wilayah Negara Republik Indonesia; b. memiliki stasiun pengendali siaran yang berlokasi di Indonesia; c. memiliki stasiun pemancar ke satelit yang berlokasi di Indonesia; d. menggunakan satelit yang mempunyai landing right di Indonesia; dan e. menjamin agar siarannya hanya diterima oleh pelanggan. Selanjutnya mengenai Pelanggan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (8), berbunyi : Ayat (8) Pelanggan adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa Lembaga Penyiaran Berlangganan dengan cara membayar iuran

3 Mengenai isi siaran diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 Pasal 18 ayat (1), yang berbunyi : Ayat (1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan memberikan keragaman pada materi isi siaran yang ditawarkan kepada pelanggan, dikelompokkan ke dalam saluran-saluran siaran free-to-air baik lokal dan internasional, saluran siaran yang diproduksi sendiri (in-house production), saluran berbayar (pay channel), dan bahkan menawarkan saluran-saluran ekslusif (exclusive channels) yang mempunyai nilai jual dan diferensiasi terhadap produk pesaing dengan membayar mahal suatu hak siar, contoh : Hak Siar Liga Inggris 2013/2016 dan Hak Siar Piala Dunia 2014. Selain isi siaran, kualitas gambar juga jauh lebih baik dari siaran televisi biasa (terrestrial) dengan resolusi gambar Standard Definition dan saat ini telah masuk di era High Definition dan 3 Dimensi. Demikian juga dengan dekoder yang berguna untuk mengatur saluran televisi yang diterima, memeriksa hak akses pengguna, kemudian menghasilkan gambar, suara dan layanan lainnya telah menggunakan teknologi sistem kompresi MPEG-4 dari sebelumnya MPEG-2. Sistem kompresi berguna untuk efisiensi penggunaan bandwith transponder satelit supaya dapat memuat saluran-saluran siaran lebih banyak. Penghematan beban biaya transponder satelit ini dapat membuat harga jual lebih kompetitif dan terjangkau bagi pelanggan. Biaya sewa transponder satelit antara US$ 1,000,000 sampai US$ 1,500,000 per tahun.

4 Perubahan akan teknologi, gaya hidup, ekonomi, dan sosial di Indonesia memberikan implikasi akan bisnis penyiaran televisi berlangganan. Tahun 1988 hingga 2014 penyiaran televisi berlangganan sudah menjadi tidak asing di mata masyarakat di Indonesia. Tidak heran lembaga penyiaran penyedia jasa ini semakin banyak hadir dalam industri televisi berlangganan. Kemunculan Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan baru didasari oleh potensi pasar yang cukup besar dimana menurut CASBAA 5 penetrasi pasar pelanggan televisi berlangganan terhadap jumlah rumah tangga yang mempunyai televisi (TV Homes) di Indonesia masih sangat rendah, yaitu 3,3% dibanding dengan negaranegara tetangga yang telah mencapai 30% - 65%. Pertumbuhan penetrasi televisi berlangganan di Indonesia 4 tahun kedepan sebesar 5,744,000 pelanggan atau bertumbuh hingga 13% (sumber: Media Partner Asia & Intelligence). Grafik Pertumbuhan Pelanggan TV Berlangganan DTH Satelit & Cable (dalam 000) 13% 3,3% 1,175 2,318 3,477 4,346 4,980 5,185 5,300 160 342 405 418 430 437 444 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Cable DTH Satelit Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan baru yang muncul dan sangat agresif di awal tahun 2014 ini adalah PT. Indonesia Media Televisi (selanjutnya 5 CASBAA, 2011, hlm. 47

5 disebut BIGTV). Saham BIGTV dimiliki antara lain oleh PT. Link Net dengan merek dagang First Media dari Lippo Group, launched di tanggal 9 September 2013 yang menetapkan sasaran strategis dengan memilih lawan yang dihadapi adalah market leader untuk merebut pangsa pasar televisi berlangganan di Indonesia yang dikuasai oleh perusahaan besar dimana awal 2014 posisi market leader masih dikuasai oleh MNC Skyvision (Indovision, Top TV dan Oke Vision), kemudian di challenger market ada Telkomvision (Telkomvision, Yes TV, Groovia) yang sekarang telah berubah nama menjadi Trans Vision, di follower market ada Aora TV, Topas TV dan Nex Media dan terakhir di nicher market ada Skynindo yang fokus ke pasar masyarakat berbahasa mandarin dan Hokian. Lembaga penyiaran baru yang juga meramaikan pasar televisi berlangganan di pertengahan tahun 2014 ini ada tiga lembaga penyiaran televisi berlangganan yaitu : Kompas Vision dan Viva Sky. Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan rata-rata menggunakan platform teknologi berbasis satelit agar dapat memancarkan siaran ke seluruh pelosok Indonesia, mencakup wilayah lintas batas yang cukup luas dengan masyarakat yang terlalu heterogen sehingga perlu mengelompokkan pasar menjadi segmen-segmen pasar, lalu memilih dan menetapkan segmen pasar tertentu sebagai pasar sasaran (target market) dengan tujuan dapat mengembangkan produk yang tepat, menentukan saluran distribusi yang efektif dan cepat untuk penetrasi pasar, pengeluaran biaya promosi yang efisien serta mampu menyesuaikan harga bagi jasa yang ditawarkan ke pasar sasaran dengan

6 tujuan menghasilkan keuntungan optimal dengan mengurangi resiko tetapi dapat memberikan manfaat yang tinggi ke pelanggan. Penggunaan Distributor sangat efektif sebagai saluran distribusi karena spesialisasi, pengalaman, mempunyai tenaga teknisi pemasangan (installer) dan jaringan pengecer (retailer) di area wilayah pemasaran dan penjualannya. Menurut Kotler 6 : Sebagian besar produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar. Para perantara pemasaran membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga saluran perdagangan atau saluran distribusi). Definisi saluran distribusi menurut Stern dan El-Ansary, dalam Kotler, Manajemen Pemasaran 9e, 1997, PT. Prenhallindo, Jakarta adalah Serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau di konsumsi". Susilo 7 menulis bahwa : Sebagai penyalur barang dan jasa dalam sistem perdagangan, Distributor memiliki berbagai macam hubungan kerja dengan berbagai pihak, terutama dengan mitra kerja utamanya yaitu pengecer (retailer), kedudukan Distributor berada di tengah-tengah antara produsen dan konsumen. Secara umum, cenderung senantiasa dikaitkan dengan konsep wholesaler (pedagang besar), karena itu, tidak berhubungan dengan konsumen secara langsung. Menurut Royan 8 ada tiga kategori distributor yang biasanya lebih disukai oleh prinsipal, yaitu : 1. Distributor yang sudah beroperasi 5 tahun lebih, keuangannya cukup baik, memiliki lebih dari 3,000 data outlet untuk ukuran wilayah tiga kabupaten (tidak sama di setiap lokasi), sanggup menyediakan wiraniaga ekslusif, gudang yang dimiliki minimal luasnya 1,000 meter persegi, 6 Philip Kotler, 1997, hlm. 140 7 P. Susilo, 2002, hlm. 5 8 Frans M. Royan, 2014, hlm. 33

7 armada pengiriman memadai, memiliki piranti lunak (software) penunjang kegiatan operasional, menyediakan ruangan untuk para karyawan prinsipal seperti supervisor dan manajer penjualan, dan tidak memiliki produk yang sama dengan prinsipal. 2. Distributor dengan usia di atas lima tahun, memiliki sejumlah kantor cabang, keuangannya cukup baik, memiliki lebih dari 3,000 data outlet untuk setiap kantor cabang, luas gudang 500 900 meter persegi, armada pengiriman cukup memadai, memiliki piranti lunak penunjang kegiatan operasional, menyediakan ruangan untuk para karyawan prinsipal seperti supervisor dan manajer penjualan, dan memiliki kerja sama dengan tidak lebih dari 10 prinsipal. 3. Distributor yang usianya kurang dari 5 tahun, modal cukup, armada pengiriman cukup, mau menyediakan sales ekslusif, sudah bermitra dengan prinsipal besar, kegiatan operasional ditunjang dengan teknologi informasi (TI), dan pengelolaan dilakukan secara langsung oleh pemilik. Faktor yang mendorong Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan menggunakan Distributor sebagai saluran distribusi adalah : 1. Menggunakan jaringan distribusi dari Distributor untuk mempercepat penetrasi pasar ke seluruh Indonesia pada saat memulai operasional usaha; 2. Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan dengan sumber keuangan terbatas yang tidak mampu untuk mengembangkan organisasi penjualan langsung (direct selling); 3. Lembaga Penyiaran Televisi Berlangganan yang cukup modal lebih memilih menggunakan dana mereka untuk ekspansi daripada untuk melakukan kegiatan promosi; 4. Distributor berani memakan target penjualan yang besar karena sudah mempunyai pengalaman untuk pemasaran di suatu wilayah dengan skala jangkauan propinsi bahkan ada yang menguasai beberapa propinsi, mempunyai modal besar, kantor yang permanen baik pusat atau cabang,

8 karyawan tetap, tenaga penjual (salesman), pergudangan (warehouse), alat transportasi untuk distribusi, teknisi pemasangan (installer) dan jaringan pengecer (retailer) dengan hubungan bisnis yang dibina sudah sangat lama dan tersebar di kota propinsi, kabupaten, kecamatan bahkan sampai ke pelosok pedesaan yang sangat susah di jangkau; 5. Pengecer (retailer) lebih senang membeli langsung dari Distributor daripada membeli langsung ke lembaga penyiaran karena kepercayaan dari hubungan bisnis yang telah dibangun bertahun-tahun dengan Distributor, kemudahan cara pembayaran, dukungan promosi penjualan dan terkadang tidak perlu mengeluarkan ongkos distribusi. 6. Penyebaran produk secara merata memudahkan pelanggan untuk mendapatkannya terutama apabila sedang di iklankan; 7. Produk tidak mudah digantikan oleh produk pesaing. Saluran distribusi yang efektif dan cepat untuk penetrasi pasar yang dimaksud diatas dilakukan melalui kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan satelit untuk suatu wilayah yang telah ditentukan dengan sistem retail berjaringan, memproses pendaftaran calon Pelanggan, menyediakan perangkat sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, menyediakan layanan purna jual kepada Pelanggan sesuai dengan Service Level Agreement dalam jangka waktu tertentu dengan mendapatkan imbalan komisi. Perjanjian ini merupakan salah satu perjanjian yang mempunyai latar belakang

9 ekonomi dan bisnis dimana ada dua pihak yang terkait di dalamnya yaitu pihak Prinsipal (pihak yang mengangkat) sebagai pemilik dan penyediaan jasa pelayanan televisi berlangganan satelit direct-to-home dengan nama dagang BIGTV dan pihak Distributor (pihak yang ditunjuk / diangkat). Dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor banyak ditemui penyimpangan-penyimpangan khususnya yang dilakukan oleh Distributor. Bentuk penyimpangan tersebut tampak pada kasus-kasus yang terjadi hampir di seluruh Distributor misalnya, dalam hal pembayaran bulanan iuran berlangganan pertama yang sudah dibayarkan pelanggan melalui Distributor atau Dealer dibawahnya tetapi tidak disetorkan ke rekening BIGTV, pembayaran komisi oleh Distributor, memasarkan produk pesaing, tidak mendistribusikan perangkat dan layanan purna jual tidak sesuai service level agreement kepada Pelanggan yang akhirnya berdampak pada kerugian di BIGTV. Bentuk penyimpangan-penyimpangan diatas dapat menjadi gambaran bagi pengembangan Lembaga Penyiaran Berlangganan, khususnya Televisi Berlangganan di Indonesia, bila ada penyimpangan harus di cari tahu faktor apa yang menyebabkan penyimpangan tersebut hingga upaya dapat mencarikan solusinya dan pencegahan sebelum penyimpangan-penyimpangan tesebut terulang lagi di kemudian hari, maka dibutuhkan pemahaman dan pengetahuan tentang aturan hukumnya baik dalam menyusun perjanjian kerjasama Distributor dan faktor pendorong terjadinya penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama.

10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa bentuk penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan satelit? 2. Apa faktor pendorong terjadinya penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan satelit? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan diatas, antara lain: 1. Untuk mengetahui dan memahami apa bentuk penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan. 2. Untuk mengetahui dan memahami faktor pendorong terjadinya penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan satelit.

11 D. Manfaat Penelitian Dari pengkajian dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berfaedah terhadap ilmu pengetahuan hukum khususnya dan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum bisnis pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya di Indonesia. 2. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan sumbangan pemikiran bagi para praktisi, yang meliput para pembuat peraturan perundang-undangan untuk menyempurnakan pengaturan mengenai hukum perjanjian di Indonesia, serta memberi manfaat bagi pengembangan pembangunan, khususnya di bidang hukum. E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran pustaka di perpustakaan program pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, maupun yang telah penulis lakukan di universitas yang lain dapat dikatakan bahwa saat ini belum menemukan karya penelitian ilmiah baik dalam berupa skripsi, tesis, maupun desertasi yang membahas perihal bentuk penyimpangan pelaksanaan perjanjian kerjasama Distributor untuk memasarkan dan mengelola jasa pelayanan televisi berlangganan satelit.