ULTRAFILTRASI ALIRAN SILANG UNTUK PEMURNIAN GULA STEVIA PURIFICATION OF STEVIA SWEETENER BY CROSSFLOW ULTRAFILTRATION ABSTRACT ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

I PENDAHULUAN. mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, banyak mengkonsumsi makanan cepat saji atau instant. Makanan berlemak dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Model Perpindahan Massa Pada Pemurnian Siklodekstrin Dengan Membran Ultrafiltrasi Aliran Silang YENI ELIZA MARYANA

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6. Kerangka penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat

Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang *)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

PENGHILANGANN WARNA COKLAT LARUTAN GULA STEVIA MENGGUNAKAN KARBON AKTIF

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Penetapan Kadar Sari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

III. METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. akuades, reagen Folin Ciocalteu, larutan Na 2 CO 3 jenuh, akuades, dan etanol.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

T. Kusumaningsih, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kadar Kurkuminoid metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography)

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Transkripsi:

Erliza Noor dan Fifi Isdianti ULTRAFILTRASI ALIRAN SILANG UNTUK PEMURNIAN GULA STEVIA PURIFICATION OF STEVIA SWEETENER BY CROSSFLOW ULTRAFILTRATION Erliza Noor *) dan Fifi Isdianti Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga PO BOX 220 Bogor Email: erlizanoor@yahoo.com ABSTRACT Crossflow ultrafiltration membrane was applied to stevia extract solution for removing non-sugar impurities and maintain the sugars content, especially stevioside, rebaudioside and steviolbiside that have molecular weight below 1 kda. The impurities such as chlorophyll, alkaloid, tannin, steroid, flavonoid gave unclear solution. The ultrafiltration used was a hollow fiber module equipped by polyethersulfone (PES) membrane with the pore size of 20 kda. The ultrafiltration could remove the impurities indicated by a low ash content in the permeate and increase solution clarity. The high clarification was obtained at crossflow velocity of 0.02 m/s and transmembrane pressure at 1.87 bars. These conditions gave highest flux of 60 L/m 2.h and lowest stevioside rejection of 36%. The solution clarity increased up to 64%, whereas the ash content decreased by 62%. Keywords: stevia, crossflow ultrafiltration membrane ABSTRAK Membran ultrafiltrasi aliran silang digunakan untuk pemurnian larutan ekstrak daun stevia. Pada pemurnian ini dilakukan penghilangan senyawa yang menyebabkan kekeruhan seperti khlorofil, alkaloid, tannin, steroid dan flavonoid. Namun tetap mempertahankan kandungan gula seperti steviosida, rebauidiosida dan steviolbisida yang rata-rata memiliki berat molekul di bawah 1 kda. Membran ultrafiltrasi berbentuk hollow fiber jenis polyethersulfone (PES) dengan ukuran pori 20 kda. Ultrafiltrasi ini dapat menghilangkan pengotor dalam larutan ekstrak daun stevia ditunjukkan dengan penurunan kadar abu dan peningkatan kejernihan larutan. Kejernihan larutan tertinggi diperoleh pada penggunaan kecepatan aliran silang 0,02 m/detik dan tekanan transmembran 1,87 bar. Kondisi ini juga menghasilkan fluksi tertinggi yaitu 60 l/m 2 jam dan tingkat rejeksi steviosida terendah 36%. Kejernihan larutan ekstrak daun stevia meningkat 64%, sedangkan kandungan kadar abu menurun sebesar 62%. Kata kunci: stevia, membran ultrafiltrasi aliran silang PENDAHULUAN Industri makanan, minuman, dan suplemen sering menggunakan pemanis sebagai penambah cita rasa pada produknya. Bahan pemanis alami yang biasa digunakan adalah gula sukrosa atau gula tebu. Namun gula tersebut memiliki beberapa kelemahan yaitu memiliki nilai kalori tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan dan diabetes. Salah satu alternatif pemanis alami yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, rendah kalori dan tidak bersifat karsinogenik adalah gula stevia dari daun tanaman stevia. Gula stevia dapat diperoleh secara ekstraksi dari daun stevia menggunakan metanol, etanol, atau spiritus. Pelarut ini dikhawatirkan masih tersisa pada produk. Untuk itu dicari pelarut polar yang lebih aman. Pemurnian gula stevia umumnya dilakukan menggunakan proses pertukaran ion, kromatografi, fixed-bed reaktor menggunakan zeolite atau adsorben (Mantovaneli et al., 2004). Sebelum pemurnian dilakukan, penghilangan ion perlu dilakukan menggunakan pertukaran ion (Giovanetto, 1990). Proses tersebut cukup kompleks dan menggunakan banyak bahan kimia dan menghasilkan residu, sehingga perlu dilakukan modifikasi proses yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan residu. Proses membran filtrasi dapat memisahkan kotoran bukan gula dari larutan stevia tanpa menggunakan bahan kimia. Penggunaan umpan aliran diharapkan akan menekan efek fouling dan polarisasi konsentrasi sehingga dapat meningkatkan fluksi. Pada penelitian ini pemurnian ekstrak daun stevia menggunakan ultrafiltrasi aliran silang. Parameter tekanan transmembran dan laju alir terbaik diamati untuk mendapatkan larutan stevia dengan fluksi dan tingkat kejernihan tertinggi serta kehilangan (loss) steviosida terendah. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan adalah oven, kipas, waterbath, gelas piala, termometer, saringan 65 mesh, timbangan analitik, cawan porselen, *Penulis J. Tek. Ind. untuk Pert. korespondensi Vol. 21 (2), 73-80 73

Ultrafiltrasi Aliran Silang.. desikator, spektrofotometer UV (Thermospectronic V4.60), gelas ukur, labu takar, pipet mohr, penangas, vortex, modul membran ultrafiltrasi yang berbentuk hollow fiber dan HPLC (Waters, USA) dengan kolom yang digunakan adalah NH 2-10, fasa gerak yang terdiri atas campuran 76% acetonitril dan 24% air dan kecepatan 1,5 ml/menit. Bahan utama yang digunakan adalah daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dari Perkebunan Ciomas, air destilata ph 7, membran polyethersulfone (PES) MWCO 20 kda. Bahan analisa antara lain fenol 5%, H 2 SO 4 P.A dan NaOH 0,1%. Persiapan Bahan Baku Pengeringan Daun Stevia Daun stevia basah dikeringkan pada suhu 60, 80 dan 100 o C hingga mencapai kadar air 10%. Bahan selanjutnya dikemas di dalam plastik, lalu disimpan pada suhu 4 o C. Ekstraksi Stevia Daun stevia diekstraksi dengan pelarut air (ph 7). Untuk pemilihan suhu ekstraksi, masingmasing daun bubuk kering ditimbang sebanyak 1 g dalam 20 ml air. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode Food Sanitation Association Food Research Laboratory (Zairisman, 1985). Pada larutan hasil ekstraksi stevia dilakukan pengukuran kadar steviosida dan kadar gula. Daun stevia yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 50 g dan 80 g, dilarutkan dalam 1000 ml dan 1600 ml air kemudian dipanaskan di dalam waterbath dengan suhu 100 o C selama 1 jam. Campuran ini disaring dengan kertas saring Whatman ukuran 42. Filtrat dipisahkan dan residu dicuci dengan air panas beberapa kali, kemudian filtrat dan air cucian dicampurkan. kejernihan steviosida pada hasil ekstraksi diukur menggunakan spektrofotometer (λ= 210 nm). Selanjutnya dilakukan pemurnian larutan. Pemurnian Larutan Stevia Pada ultrafiltrasi diamati nilai fluksi permeat dan rejeksi dengan parameter tekanan transmembran, kecepatan alir (kecepatan crossflow) dan konsentrasi umpan (konsentrasi steviosida dalam larutan stevia). Penentuan Fluksi Air Penentuan fluksi air bertujuan untuk mengetahui kondisi membran baik sebelum dan setelah digunakan. Air disirkulasikan selama 30 menit pada suhu 40 o C dengan tekanan transmembran 1,87 bar dan kecepatan alir 0,04 m/detik. Fluksi dapat dihitung dengan perhitungan: J V A* t dimana : J = Fluksi (l/m 2.jam) V = Volume permeat (l) A = Luas permukaan membran (m 2 ) t = Waktu (jam) Penentuan Kondisi Tunak Fluksi Larutan Stevia Larutan stevia disirkulasi pada ultrafiltrasi. selama 30 menit hingga dicapai keadaan tunak. Kondisi tunak diamati pada tekanan transmembran 1,23 bar, kecepatan alir 0,02 m/detik, konsentrasi larutan umpan stevia 28,7 g/l pada suhu 40 o C. Pengaruh Variabel Operasi Terhadap Fluksi Kondisi proses diamati pada tekanan transmembran 1,49; 1,61; 1,65 dan 1,87 bar dengan kecepatan alir antara 0,029-0,02 m/detik, serta konsentrasi larutan stevia sebesar 20,4 dan 28,7 g/l. Persentase tahanan membran dan kenaikan umpan dihitung dengan rumus di bawah ini: dimana : R(%) ( ) (( ) ) C p C f C r ( ) = persentase tahanan = konsentrasi zat permeat (g/ml) = konsentrasi zat umpan (g/ml) = konsentrasi retentat (g/ml) Analisis Karakteristik Larutan Steviosida Karakteristik larutan steviosida meliputi nilai ph (AOAC, 1984), konsentrasi steviosida (Nikolova et al., 1994), kadar gula total (AOAC, 1984), persen kejernihan (%T) (AOAC, 1984), kadar abu (AOAC, 1984) dan analisa larutan stevia dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Zairisman, 1985). HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Bahan Baku Pengeringan stevia bertujuan untuk menurunkan kadar air, sehingga mikroorganisme, kapang serta enzim tidak berkembang. Hubungan kadar air dengan suhu pengeringan ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa proses pengeringan daun berlangsung dengan cepat seiring meningkatnya suhu pengeringan. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya suhu maka penguapan air dalam bahan akan lebih cepat. Kadar air pada daun diharapkan maksimum 10%. Pada ketiga suhu pengeringan dapat dicapai kadar air di bawah 10% dalam waktu yang berbeda. Kadar air terendah yang dicapai pada pengeringan 60 o C sebesar 5,5% diperoleh pada jam ke- 3,5. Sedangkan untuk pengeringan pada suhu 80 dan 100 o C diperoleh kadar 3,13 dan 7,34% dalam waktu 2,5 dan 2 jam. Semakin rendah kadar air daun stevia kering 74 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80

Erliza Noor dan Fifi Isdianti menunjukkan daya simpan dan kerusakan akibat aktifitas serangga, jamur, dan enzim semakin kecil. gunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat kemanisan yang tinggi. Tabel 1. Fitokimia daun stevia Gambar 1. Penurunan kadar air daun stevia selama pengeringan Perlakuan suhu pengeringan turut mempengaruhi penampakan daun kering yang dihasilkan. Pada suhu 60 o C warna daun masih hijau sedangkan pengeringan di atas 60 o C menyebabkan daun menjadi coklat. Hal ini sesuai dengan pengamatan Atmawinata (1986) yang menghasilkan warna daun hijau kecoklatan pada suhu di atas 80 o C. Perubahan warna ini diakibatkan terjadinya reaksi maillard yaitu reaksi antara gula pereduksi dengan asam amino. Kemungkinan lain adalah terbentuknya senyawa pheophytin akibat reaksi antara klorofil dengan semua asam yang menguap pada waktu proses pengeringan. Untuk mendapatkan daun kering yang berkadar air rendah, kadar steviosida tidak berubah dan masih berwarna hijau dan maka dipilih suhu 60 o C. Ekstraksi stevia dilakukan menggunakan air yang bersifat polar seperti senyawa glikosida. Pada fase ini, gula molekul yang lebih besar serta protein akan terhidrolisis. Filtrat yang diperoleh berwarna coklat kemerahan. Warna ini diperkirakan berasal dari senyawa bukan gula yang terkandung pada daun stevia (Tabel 1) seperti klorofil, alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan makromolekul yang larut dalam air. Kandungan fitokimia daun stevia terbesar adalah glikosida, steroid dan tannin. Cramer dan Ikan (1986) menyatakan bahwa daun tanaman stevia rebaudiana mengandung campuran dari diterpen, triterpen, tanin, stigmasterol, minyak yang mudah menguap dan delapan senyawa manis diterpen glikosida. Delapan glikosida diterpen yang menyebabkan daun tersebut terasa manis, yaitu steviosida, steviolbiosida, rebaudiosida A E dan dulkosida A. Selain itu juga stevia mengandung protein, karbohidrat, fosfor, besi, kalsium, potasium, sodium, flavonoid, zinc (Seng), vitamin C dan vitamin A (Elkins, 1997). Hasil fitokimia daun stevia di atas (Tabel 1) menunjukkan kandungan glikosida yang positif kuat sekali, hal ini mengindikasikan bahwa daun stevia yang di Fitokimia Hasil pengujian (kualitatif) Alkaloid +++ Saponin + Tanin ++++ Fenolik + Flavonoid + Triterfenoid - Steroid ++++ Glikosida ++++ Keterangan: - = Negatif + = positif lemah +++ = positif kuat ++++ = positif kuat sekali Hasil pengukuran kadar steviosida untuk ketiga jenis bahan baku kering pada berbagai suhu ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan kadar gula total untuk berbagai kondisi ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 2. steviosida daun kering stevia pada berbagai suhu pengeringan dan suhu ekstraksi Gambar 3. Kadar gula total larutan stevia pada berbagai kondisi suhu pengeringan dan ekstraksi J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80 75

Ultrafiltrasi Aliran Silang.. Pada Gambar 2 dan 3 dapat diketahui bahwa konsentrasi steviosida dan kadar gula tertinggi diperoleh pada suhu ekstraksi 100 o C dan suhu pengeringan 60 o C masing-masing sebesar 8,9 g/l dan 2,48 g/l. Pemurnian Larutan Stevia Penentuan Fluksi Air Hasil pengukuran fluksi air menunjukkan nilai fluksi belum mengalami penurunan pada awal filtrasi. Setelah menit ke-10 nilai fluksi mulai konstan, yaitu pada kisaran fluksi 225 L/m 2.jam (Gambar 4). Penentuan Waktu Tunak Fluksi Larutan Stevia umpan yang digunakan untuk mengetahui kondisi tunak pada konsentrasi steviosida dalam larutan stevia adalah 28,7 g/l (Gambar 5). Kondisi tunak larutan stevia tercapai dengan cepat pada menit ke-10 dengan nilai fluksi 25,50 L/m 2.jam (Gambar 5). Waktu ketika fluksi mulai mengalami kondisi tunak dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh ketiga peubah yang akan diamati. Pengaruh Variabel Operasi Terhadap Fluksi Fluksi aliran stevia dipengaruhi oleh tekanan transmembran, konsentrasi umpan dan kecepatan alir. Semakin tinggi tekanan transmembran (Gambar 6) dan kecepatan alir (Gambar 7) maka fluksi yang dihasilkan semakin meningkat. Sedangkan semakin tinggi konsentrasi umpan maka fluksi semakin rendah (Gambar 6, 7 dan 8). Widoretno (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi dalam umpan dapat meningkatkan viskositas pada permukaan membran sehingga dapat mengurangi daya difusi larutan melewati membran. Nilai fluksi tertinggi diperoleh pada konsentrasi umpan 20,4 g/l, tekanan 1,87 bar dan kecepatan alir 0,02 m/detik sebesar 60,00 L/m 2.jam. Namun pada titik kecepatan alir 0,011 m/detik (Gambar 7) dan 0,02 m/detik (Gambar 6) pada konsentrasi umpan 0,02 m/detik dan tekanan 1,61 bar nilai fluksi cenderungan konstan. Gambar 4. Hubungan antara lama filtrasi dengan fluksi pada air destilata pada tekanan 1,87 bar, kecepatan alir 0,04 m/detik Gambar 5. Hubungan antara lama filtrasi larutan stevia dengan fluksi pada tekanan 1,23 bar, konsentrasi umpan 28,7 g/l dan kecepatan 0,02 m/detik 76 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80

Erliza Noor dan Fifi Isdianti Hal itu disebabkan semakin banyak partikel partikel besar dipermukaan membran yang dapat digeser sedangkan partikel partikel yang memiliki ukuran lebih kecil atau mendekati ukuran pori membran akan lebih cepat menimbulkan penyumbatan daripada partikel yang lebih besar. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya fouling dan penurunan fluksi. Tingkat rejeksi larutan stevia antara 36,7 69,3% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemanis stevia yang memiliki bobot molekul senyawa pemanis stevia berkisar 318,44 804,90 (lebih kecil dari ukuran membran yang digunakan untuk 20 kda) masih ada yang tertahan oleh membrane. Hasil ini menunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi masih kurang optimal untuk meloloskan pemanis stevia. Pada larutan umpan diduga masih terdapat partikel partikel terlarut yang memiliki bobot molekul yang lebih besar sehingga telah terakumulasi di atas permukaan membran. Molekul gula yang tertahan oleh membran dapat disebabkan karena telah terjadi polarisasi konsentrasi sehingga molekul pemanis stevia sulit untuk lolos melewati membran. Polarisasi konsentrasi adalah terbentuknya lapisan kedua (second layer) pada permukaan membran yang meningkatkan resistensi membran (Cheryan, 1986). Gambar 6. Grafik antara tekanan transmembran terhadap fluksi pada beberapa konsentrasi dan kecepatan Gambar 7. Grafik hubungan antara kecepatan alir dengan nilai fluksi pada berbagai konsentrasi dan tekanan Gambar 8. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan umpan stevia dengan nilai fluksi pada tekanan transmembran 1,61 bar berbagai kecepatan alir Tabel 2. Tingkat rejeksi membran pada berbagai tekanan transmembran dengan kecepatan alir 0,02 m/detik Tekanan (bar) Umpan Permeat Rejeksi (%) 1,49 20,4 7,9 61,4 1,61 20,4 10,0 51,1 1,87 20,4 12,9 36,7 1,49 28,7 8,8 69,3 1,65 28,7 9,5 66,9 Kenaikan konsentrasi steviosida pada larutan retentat adalah sekitar 4,3 6,6%. Semakin tinggi konsentrasi umpan, semakin banyak pula partikel terlarut yang dapat menghalangi laju difusi larutan ke membran sehingga produk yang diinginkan sulit lolos melewati membran. Hubungan antara konsentrasi larutan dan tekanan transmembran disajikan pada Tabel 3. Analisis Karakteristik Larutan Stevia Karakteristik larutan steviosida dipengaruhi oleh konsentrasi steviosida pada larutan, tekanan dan kecepatan alir umpan. Pengaruh konsentrasi steviosida pada larutan, tekanan dan kecepatan alir umpan disajikan pada Tabel 4 dan 5. Semakin tinggi konsentrasi, tekanan dan kecepatan alir maka nilai ph akan semakin meningkat. ph larutan stevia setelah filtrasi tidak berubah secara signifikan yaitu berkisar antara 5,35 5,79 Anonim (2004) menyatakan bahwa pemanis stevia tidak akan berubah jika dipanaskan pada suhu 100 o C selama 1 jam dan stabil pada ph 3 ph 9. Hasil ph ini dikarenakan tidak adanya perlakuan kimiawi selama proses filtrasi. steviosida setelah difiltrasi dengan membran mengalami penurunan pada konsentrasi 20,4 g/l sebesar 37%-62%, sedangkan konsentrasi 28,7 penurunannya sebesar 65% 73%. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80 77

Ultrafiltrasi Aliran Silang.. Steviosida juga dapat tertahan oleh membran bersama partikel besar lainnya, walaupun memiliki ukuran lebih kecil dari pori membran. Penggunaan tekanan dan laju alir yang besar dapat meningkatkan steviosida yang lolos melewati membran. Kadar gula total pada tiap tekanan menunjukkan kecenderungan naik namun jumlah yang dihasilkan sedikit dibandingkan dengan steviosida. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemanisan larutan stevia tidak ditentukan oleh kandungan gulanya, tetapi lebih ditentukan oleh senyawa senyawa pemanis yang ada di dalamnya (delapan glikosida diterpen). Nilai kadar gula total tertinggi diperoleh pada konsentrasi 20,4 g/l sebesar 0,80 g/l. Pada kondisi kecepatan alir yang bervariasi menghasilkan kadar gula total yang fluktuatif sehingga tidak diketahui kecenderungannya. Namun kadar gula total yang menurun menunjukkan bahwa gula selain gula stevia ada yang tertahan dipermukaan membran. Tabel 3. Kenaikan konsentrasi larutan stevia setelah penjernihan pada berbagai tekanan transmembran (kecepatan alir 0,02 m/s) P (bar) C f (g/ml) C p (g/ml) Cr (g/ml) Q f (ml/s) Q p (ml/s) Q r (ml/s) Keterangan : C : ; Q : laju alir (subskrip f : umpan; p : permeat; r: retentate) Tabel 4. Hasil penjernihan pada berbagai tekanan untuk laju alir 0,02 m/s steviosida pada larutan stevia Tekanan (bar) ph Analisa larutan stevia Kadar steviosida gula total Kejernihan (%)* Kadar abu (%) Umpan 5,60 20,4 2,04 56,6 0,07 1,49 5,35 7,9 0,62 80,1 0,06 20,4 1,61 5,55 10 0,69 83,3 0,07 1,65 5,45 8,9 0,66 90,1 0,05 1,87 5,35 12,9 0,8 92,8 0,03 Umpan 5,58 28,7 2,33 52,4 0,08 1,49 5,63 8,8 0,42 85,4 0,05 28,7 1,61 5,52 7,7 0,66 82,3 0,05 1,65 5,72 9,5 0,34 86,4 0,04 1,87 5,64 9,9 0,66 86,5 0,03 Keterangan : * Pengenceran 10 kali Tabel 5. Hasil penjernihan pada berbagai kecepatan alir untuk tekanan 1,61 bar steviosida pada larutan stevia 20,4 Kecepatan Alir (m/s) ph steviosida Analisa larutan stevia Kadar gula total Kejernihan (%)* Kenaikan konsentrasi (%) 1,49 0,0204 0,0079 0,0214 100 7,14 92,86 4,7 1,61 0,0204 0,0099 0,0213 100 7,69 92,31 4,3 1,87 0,0204 0,0129 0,0217 100 10 90 6,3 1,49 0,0287 0,0088 0,0301 100 6,67 93,33 5,0 1,65 0,0287 0,0095 0,0302 100 7,14 92,86 5,1 Kadar abu (%) Umpan 5,60 20,4 2,04 56,6 0,07 0,0029 5,79 6,9 0,65 90,8 0,03 0,011 5,70 9,9 0,79 87 0,05 0,02 5,55 10,0 0,69 83,3 0,07 Umpan 5,58 28,7 2,33 52,4 0,08 28,7 0,0029 5,59 9,3 0,96 86,2 0,05 0,011 5,55 9,9 1,17 84,2 0,03 0,02 5,52 7,7 0,66 82,3 0,05 Keterangan : * Pengenceran 10 kali 78 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80

Erliza Noor dan Fifi Isdianti Persen kejernihan (%T) pada larutan ekstrak daun stevia menunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi mampu memisahkan pengotor-pengotor yang menyebabkan warna dari hasil ekstrak daun stevia. Semakin tinggi persen kejernihan (%T), maka semakin banyak kotoran-kotoran yang tersaring oleh membran. Hal ini tampak pada semakin besar % kejernihan maka % kadar abu semakin rendah. Sedang semakin tinggi tekanan maka persen kejernihan pada permeat semakin tinggi. Persen kejernihan meningkat sebesar 64% pada tekanan 1,87 bar. Sedangkan semakin tinggi kecepatan alir, maka persen kejernihan semakin rendah. Peningkatan persen kejernihan tampak pada kecepatan alir rendah (0,0029 m/detik) sebesar 60%. Larutan ekstrak daun stevia sebelum difiltrasi memiliki kadar abu yang tinggi yaitu sebesar (0,073%). Semakin besar tekanan dan kecepatan alir umpan yang diberikan kadar abu yang dihasilkan semakin menurun. Pada Tabel 4 kadar abu pada tekanan 1,87 bar mengalami penurunan sebesar 62% dan pada Tabel 5 terlihat bahwa pada kecepatan alir yang rendah (0,0029 m/detik) terjadi penurunan kadar abu sebesar 59%. Hal itu menunjukkan bahwa pada kecepatan alir yang rendah, proses terakumulasinya abu pada permukaan membran semakin cepat sehingga dapat menyumbat pori-pori membran. Namun secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pengotor pada larutan ekstrak daun stevia dapat difiltrasi dengan ultrafiltrasi aliran silang sehingga larutan stevia menjadi lebih jernih. Analisa larutan stevia dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Larutan stevia yang diekstraksi dengan air destilata sebelum dijernihkan dengan menggunakan membran dianalisa dengan HPLC untuk membuktikan ada tidaknya kandungan steviosida di dalam ekstrak daun stevia menggunakan pelarut air. Larutan ekstrak daun stevia terbukti mengandung senyawa glikosida yang utama yaitu steviosida dan rebaudiosida A. Pada standar steviosida waktu retensinya 3,14 dan standar rebaudiosida A waktu retensinya 5,26. Larutan stevia sebelum jernihkan diketahui adanya steviosida dimana menghasilkan waktu retensi 3,10 (pada puncak kromatogram no. 4) dan 5,20 pada rebaudiosida A (puncak kromatogram no. 8). Larutan stevia setelah dijernihkan diketahui waktu retensi 3,07 yang menunjukkan steviosida (puncak kromatogram no. 5) dan waktu retensi 5,26 menunjukkan rebaudiosida A (puncak kromatogram no. 12). Selain steviosida dan rebaudiosida A masih ada senyawa senyawa lain yang terkandung di dalam larutan stevia karena ada puncak kromatografi selain senyawa tersebut. Hasil analisa HPLC menunjukkan bahwa steviosida yang banyak terkandung di dalam daun stevia. Keberhasilan dalam penjernihan ekstrak daun stevia belum dapat dikatakan berhasil karena standar yang digunakan hanya pemanis stevia yaitu steviosida dan rebaudiosida A, sehingga pengotor yang terkandung di dalam hasil ekstrak daun tidak dapat diketahui. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ultrafiltrasi dapat digunakan untuk pemurnian ekstrak Stevia. Penggunaan membran PES (Ukuran pori 20 kda) serta laju alir silang 0,02 m/detik dan tekanan transmembran 1,87 bar menghasilkan fluksi tertinggi yaitu 60 L/m 2.jam, dan tingkat rejeksi (loss) gula steviosida terendah yaitu 36%. Pada kondisi ini diperoleh peningkatan kejernihan larutan tertinggi yaitu sebesar 64% dan pengurangan kadar abu 62%. Saran Untuk memperbaiki proses dalam mengurangi kehilangan gula steviosida maka perlu dilakukan penjernihan gula stevia menggunakan ukuran membran lebih besar dari 20 kda, mengingat berat molekul steviosida sebesar 804.90 Da. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Ultrafiltration Filtration Overview.www.kochmembran.com. [7 Februari 2006]. AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist, 14 th ed. Washington DC: AOAC Int. Atmawinata O dan Pudjosunarjo RS. 1986. Perubahan Kadar Steviosida dalam Daun Stevia Selama Pengolahan. Menara Perkebunan 54 (3): 64 67. Cramer B dan Ikan R. 1986. Sweet Glycosides From the Stevia Plant. Chem in Britain 22: 915-916. Cheryan M. 1998. Ultrafiltration and Mirofiltration. Lancaster, Pennsylvania: Technomic Publ. Co. Inc. Elkins R. 1997. Stevia Nature s Sweetener. UT: Woodland Publishing, Inc. Pleasant Grove. Giovanetto RH. 1990. Method For Recovery of Stevioside from Plant Raw Material. US Patent No. 4,892,938. Kumar Ai dan Zhang SQ. 2000. Membrane-Based Separation Scheme for Processing Sweeteners from Stevia Leaves. Food Res Int. 33: 617-620. Mantovaneli ICC, Ferretti EC, Simoes MR, Ferreira da Silva C. 2004. The Effect of Temperature and Flow Rate on the Clarification of the Aqueous Stevia- Extract In a Fixed-Bed Column With Zeolites. Brazil J Chem Eng. 21 (03):449 458. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80 79

Ultrafiltrasi Aliran Silang.. Nikolova D, Bankova BV dan Popov S. 1994. Separation and Quantification of Stevioside and Rebaudioside a in Plant Extracts By Normal-Phase High Performance Liquid Chromatography and Thin-Layer Chromatography: A Comparison. Phytochem Anal 5:81-85. Widoretno. 2005. Kajian Proses Pemurnian dan Pemekatan Larutan Raw Sugar Dengan Menggunakan Teknologi Membran. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Zairisman, Alfa AA dan Atmawinata O. 1985. Penentuan Kadar Steviosida dan Rebaudiosida-A dalam Daun Stevia dengan High Performance Liquid Chromatography. Menara Perkebunan 53 (4): 121 123. 80 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 21 (2), 73-80