BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA ATAS KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. KPR BTN Sejahtera FLPP adalah kredit pemilikan rumah program

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

PELAKSANAAN PEMBERIAN KPR BTN SEJAHTERA FLPP PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV PENUTUP. ditujukan bagi MBR yang memenuhi kriteria, yaitu Untuk pembelian rumah

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

KERANGKA PEMIKIRAN III.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

Prosedur Persetujuan, Pencairan Dana, Dan Pengelolaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank BTN Cabang Bekasi Kranji

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

STRATEGI PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK JATIM CABANG BOJONEGORO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS FAKTOR 5C + 1S DALAM PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK BRI SYARIAH CABANG SURABAYA GUBENG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penulis pada pembiayaan qardhul hasan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. A. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pada akad Murabahah di KSPS BMT BUS Cabang Kanjengan

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat menyimpulkan beberapa hal. Selain itu juga memberikan

BAB IV EVALUASI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN TAHUN 2008/2010

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Berdasarkan kebutuhan, setiap masyarakat memiliki kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH PADA TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG PEMBANTU UNAIR SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun

BAB IV ANALISIS HASIL PRNELITIAN

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

Puji Lestari Penanganan Kredit Macet Pada PT.Bank Pengkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit 19 Depok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai lembaga keuangan. Kegiatan-kegiatan dunia usaha, baik di sektor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan. menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme aplikasi pembiayaan produk KPR Sejahtera BRI Syariah ib

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEBT COLLECTOR DIKAITKAN DENGAN SEBI NO.7/60/DASP TAHUN 2005

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum OLEH: HUSAINI

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO PADA PT BPR CHARIS UTAMA JATIROGO TUBAN TUGAS AKHIR. Program pendidikan diploma III.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB III GAMBARAN UMUM DAN DATA PEMBIAYAAN RUMAH BERMASALAH BANK BTN SYARIAH KCP BUKIT DARMO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian terkait dengan prosedur pemberian kredit mikro di PT BPR Charis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang menyebabkan Pembiayaan KPR bermasalah pada Bank BTN Syariah Cabang Semarang Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan staff bagian Collection Bank BTN Syariah semarang telah dijelaskan bahwa berikut penyebab pembiayaan KPR menjadi bermasalah. Pembiayaan KPR bermasalah disebabkan oleh 2 faktor, yaitu : 1. Faktor internal Faktor yang muncul disebabkan oleh bank, biasanya disebabkan oleh ketidaktelitian pihak bank dalam menganalisis nasabah. Prediksi yang dilakukan bank tidak sesuai dengan yang terjadi. Pada Bank BTN Syariah Cabang Semarang, faktor internal yang biasanya terjadi disebabkan oleh : a. Kurang telitinya analis dalam menganalisa nasabah Pihak bank tidak terlalu teliti dalam menyeleksi calon debitur. Bagaimana latar belakang calon debitur, usaha atau bisnis apa yang dijalankan oleh calon debitur. Pihak bank seharusnya dalam menyetujui pembiayaan hendaknya diproses melalui tahaptahap. b. Cakupan wilayah yang terlalu luas, sedangkan SDM tidak memadahi Luasnya wilayah yang dimiliki BTN dalam memasarkan KPR membuat pihak bank menghadapi kesulitan dalam meninjau debitur yang mengalami pembiayaan bermasalah, hal ini juga disebabkan SDM atau jumlah staff bagian collecting tidak sepadan dengan luasnya wilayah pemasaran KPR. Adapun cakupan wilayah KPR BTN Syariah : Selatan : Magelang, Temanggung, Wonosobo bahkan Sampai Gunung Kidul 50

51 Utara & Barat : Pekalongan, Batang dan Kendal Timur : Cepu, Pati, Kudus, demak 2. Faktor eksternal Timbulnya faktor ini bermulai dari nasabah itu sendiri. Pihak bank sebelum menyetujui pembiayaan sudah terlebih dahulu menganalisa nasabah (peminjam),tetapi terkadang muncul hal-hal yang tidak terduga yang sebelumnya tidak dicurigakan terjadi tetapi setelah berjalannya proses pembiayaan hal itu muncul. seperti berikut : a. Karakter nasabah Debitur melakukan perjanjian dengan bank yang mana perjanjian tersebut tergolong kedalam perjanjian yang obyeknya tergolong besar. Debitur yang menganggap sepele terhadap perjanjian berupa membayar angsuran KPR akan menyebabkan pembiayaan KPR menjadi bermasalah. Hal ini terlihat bahwa karakter debitur kurang baik, karena telah menganggap sepele pada angsuran KPR. b. Kebutuhan nasabah Nasabah pada BTN Syariah Semarang lebih dominan menggunakan Perumahan FLPP yang dikenal dengan produk KPR BTN Sejahtera ib, Pembelian rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Biasanya penghasilan tidak mencukupi, biasanya ada keperluan yang tidak diduga seperti salah satu anggota keluarganya sakit sehingga harus dirawat dan membutuhkan biaya pengobatan sedangkan bulan itu harus mengangsur cicilan KPR.Akhirnya nasabah tidak dapat mengangsur cicilan KPR. c. Banyak tunggakan di bank lain Pihak Bank tidak mengetahui debitur mempunyai hutang pada Bank lain. Awalnya pihak bank sudah mengecek BI Checking dan tidak ditemukan permasalahan mengenai debitur yang bersangkutan.

52 d. Pengetahuan dari nasabah Jadwal angsuran yang tidak diketahui oleh nasabah.pihak bank sudah memberitahu sebelumnya untuk jadwal pembayaran angsuran, tetapi kembali lagi ke karakter nasabah. Nasabah menggampangkan untuk membayar angsuran bulan ini digabung dengan bulan kemarin, jadi sering terjadi penumpukan angsuran. Faktor eksternal menjadi hal yang dominan dalam pembiayaan KPR bermasalah. Hal ini dikatakan karena BTN Syariah sudah berpengalaman berkecimpung dalam bidang pembiayaan KPR. Faktor eksternal terjadi diluar kendali bank BTN Syariah. Dalam prinsip 5C Bank BTN Syariah menurut penulis belum sepenuhnya menerapkannya seperti: Character, dalam hal penyaluran pembiayaan sering terjadi kesalah karena karakter nasabah yang pada akhirnya menganggap sepele membayar angsuran KPR. Dilihat dari kasus tersebut terlihat bank BTN Syariah Kantor Cabang Semarang belum sepenuhnya menganalisa karakter nasabah. Dalam karakter juga terdapat latar belakang debiturnya, seperti gaya hidup debitur yang konsumtif sehingga debitur seringkali mempunyai pinjama juga di bank lain untuk memenuhi keinginannya, misalkan untuk cicilan motor debitur mengajukan pada Bank A, untuk KPR mengajukan pada Bank BTN Syariah Semarang sedangkan penghasilan yang diperoleh oleh debitur tidak mencukupi untuk membayar angsuran, akhirnya timbul lah pembiayaan bermasalah. B. Upaya yang dilakukan Bank BTN Syariah Semarang dalam Menghadapi Pembiayaan KPR bermasalah Munculnya pembiayaan bermasalah disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang sudah di sebutkan di atas tadi. Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko pembiayaan dalam dunia perbankan, begitu juga yang di alami oleh BTN Syariah.

53 Yang dilakukan pihak bank (internal) dalam menghadapi pembiayaan bermasalah ada tiga tahap, seperti : 1. Rescheduling Adalah suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali atau jangka waktu kredit termasuk tenggang, perubahan jumlah angsuran. 2. Reconditioning Melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran dan atau jangka waktu kredit saja. 3. Restructuring Upaya yang dilakukan bank berupa melakukan perubahan syartsyarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit yang masih menjadi bagian dari perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling maupun reconditioning. Yang dilakukan pihak bank yaitu menyesuaikan angsuran. Ada dua penggolongan untuk penyesuaian angsuran itu sendiri. 1. PUST ( Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan) Sisa tunggakan dijadikan satu dengan angsuran otomatis angsuran naik tunggakan hilang dan jangka waktu tetap. Debitur digolongkan kedalam PUSP apabila : Kebutuhan mendesak Debitur telah jatuh tempo membayar angsuran pembiayaan tetapi ada kebutuhan yang tiba tiba muncul yang mau tidak mau debitur harus mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga debitur terpaksa menunda pembayaran angsuran pembiayaan. Kebutuhan mendesak yang sering terjadi seperti anggota keluarga yang sakit dan terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit yang biayanya tidak mungkin sedikit.

54 2. PUSP (Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman) Pihak Bank memperpanjang jangka waktu jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiban debitur yang harus dibayarkan kepada pihak Bank. Maka jumlah pembayaran angsuran nasabah penerima fasilitas menjadi lebih ringan karena jumlahnya lebih kecil daripada jumlah angsuran semula, namun jangka wkatu angsurannya lebih panjang daripada angsuran semula Debitur yang digolongkan dalam PUSP diantaranya : a. Mengalami penurunan penghasilan Istri yang biasanya ikut membantu dengan bekerja sekarang istri tidak ikut bekerja sehingga penghasilan hanya bersumber pada debitur. Sehingga pihak menawarkan kepada debitur untuk melakukan PUSP, supaya debitur tidak terlalu keberatan dan pembiayaan tidak mengalami masalah (macet). b. Kebutuhan hidup debitur yang tinggi Kebutuhan hidup debitur semakin meningkat seperti semua anaknya sekolah ada yang sekolah di swasta. Ada yang masuk perguruan tinggi dan masih banyak lagi kebutuhan. Sehingga debitur mengalami kesulitan untuk membayar angsuran pembiayaan. Ada pula tindak lanjut dari pihak bank BTN Syariah dalam menghadapi pembiayaan bermasalah seperti dalam halnya pemberkasan. Pihak bank BTN Syariah terlebih dahulu mengirim Surat Konfirmasi atau yang disebut Surat Peringatan. Ada beberapa Surat Peringatan, yaitu : a. Surat Peringatan I Isi dalam Surat Peringatan I, debitur yang melakukan wanprestasi setidaknya memberi penjelasan mengenai keterlambatan membayar angsuran sehingga pihak bank akan mencari jalan keluar bagi permasalahan debitur. Apabila dengan

55 diberikannya Surat Konfirmasi (SP I) tetapi debitur masih belum membayar angsuran, pihak bank mengeluarkan Surat Peringatan II. b. Surat Peringatan II Dalam SP II pihak bank mengingatkan kepada debitur supaya memenuhi seluruh kewajibannya membayar angsuran, apabila peringatan itu tidak dilakukan debitur pihak bank akan mengambil tindak lanjut berupa penagihan seketika seluruh sisa pembiayaan. Apabila debitur telah memenuhi kewajiban membayar angsuran maka SP II ini akan gugur dan selanjutnya digunakan sebagai dasar tindakan pihak bank apabila suatu hari debitur melakukan kembali kelalaian pembayaran angsuran pembiayaan. c. Surat Peringatan III Debitur yang sudah diperingatkan melalui SP II tetapi samasekali tidak ada tindakan maka pihak bank akan mengeluarkan Surat Peringatan III. Debitur akan digolongkan kedalam Debitur Wanprestasi apabila tidak ada tindakan untuk memenuhi kewajiban membayar angsuran pembiayaan. Pihak bank tidak segan untuk menempuh jalur hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti : 1) Dilakukan penyemprotan Rumah ini dalam pembiayaan bermasalah di Bank BTN Syariah 2) Dikenakan biaya administrasi dan biaya litigasi sesuai kebutuhan 3) Pelaksanaan lelang 4) Pengosongan agunan Kolektibilitas digolongkan menjadi 5, yaitu : 1) Kolektibiltas 1, debitur digolongkan Lancar apabila tunggakan 0 bulan. 2) Kolektibilitas 2 dibedakan menjadi 3 yaitu :

56 a) Kolektibilitas 2 billing 1 apabila debitur menunggak angsuran pembiayaan selama 1 sampai 30 hari. b) Kolektibilitas 2 billing 2 apabila debitur menunggak angsuran pembiayaan selama 31 sampai 60 hari. c) Kolektibiltas 3 billing 3 apabila debitur menunggak angsuran pembiayaan selama 61 sampai 90 hari. Debitur digolongkan ke dalam golongan Dalam Perhatian Khusus. 3) Kolektibilitas 3, debitur digolongkan Kurang Lancar apabila tunggakan 91 sampai 120 hari. 4) Kolektibilitas 4, dibedakan menjadi 2 yaitu : a) Kolektibilitas 4 billing 1 apabila debitur menunggak angsuran pembiayaan selama 121 sampai 150 hari. b) Kolektibilitas 4 billing 2 apabila debitur menunggak angsuran pembiayaan selama 151 sampai 180 hari. Debitur digolongkan ke dalam golongan Diragukan. 5) Kolektibilitas 5, debitur digolongkan Macet apabila tunggakan diatas 180 hari. Apabila debitur yang diperingatkan melalui SP I dan seterusnya tetapi masih tetap tidak mau mengangsur pembiayaan, maka pihak bank melakukan tindakan sebagai berikut : Pihak memberikan Surat Peringatan I kepada debitur yang menunggak angsuran pembiayaan KPR, berupa Surat Peringatan I, II dan III. Apabila debitur masih tetap tidak mengindahkan atau melakukan angsuran untuk memenuhi kewajibannya, pihak bank akan memberikan surat somasi cabang dan apabila masih tidak ada respon dari pihak debitur maka pihak bank akan memberikan surat somasi pusat.