BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Ihsanudin, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SPEKTRUM CAHAYA PADA SISWA SMA KELAS XII. Yeri Suhartin

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran di

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA KONSEP DAN AKTIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan proses penyampaian informasi atau pesan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemahaman konsep peserta didik dari sebelum. memudahkan peserta didik dalam menerima konsep-konsep baru yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peta Konsep (Concept Maps) dalam Pembelajaran Sains: Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai seorang guru, ketika mengajar kita tidak boleh mengabaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar konsep-konsep fisika masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka sendiri tidak mengenali konsep-konsep kunci ataupun hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya siswa tidak membangun pemahaman konsepkonsep fisika yang fundamental pada awal mereka belajar fisika. Menurut Sanjaya (2009) mengemukakan Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble belum menyediakan suatu alat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui konsep apa yang telah dimiliki siswa (Dahar, 1988). Dalam sisi lain, untuk menciptakan kelancaran proses belajar mengajar, guru sebagai sumber daya manusia dalam pembelajaran dituntut untuk kompeten memanfaatkan teknologi pembelajaran dan mampu mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan (Undang-Undang Nomor 14/2005 dalam Mursyid, 2010). Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tersebut adalah dimana guru dan siswa bersama-sama menggunakan teknologi sebagai sumber belajar, alat bantu dan prasarana komunikasi pembelajaran (Ariani, 2010). Selain dituntut untuk kompeten memanfaatkan teknologi, guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan mengetahui berbagai karakteristik siswa (Priyatmono, 2005).

2 Berdasarkan uraian di atas, kemampuan memahami konsep IPA khususnya Fisika merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh peserta didik, karena pemahaman konsep dalam fisika merupakan hal yang paling dasar dalam mempelajari fisika. Dengan memahami konsep, peserta didik bisa mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran fisika, peserta didik bisa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan yang kompleks, peserta didik bisa mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, peserta didik bisa menginterprestasikannya, dan meramalkan kearah mana suatu permasalahan itu akan diselesaikan. Namun fakta di lapangan ternyata tidak demikian, masih ada Sekolah Menengah Pertama yang melaksanakan pembelajaran fisika yang cenderung teacher oriented. Konsep-konsep yang seharusnya ditemukan secara langsung oleh siswa melalui pemberian pengalaman oleh guru baik dengan percobaan atau demonstrasi yang dilakukan di kelas ternyata tidak banyak dialami oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta hasil studi pendahuluan yang dilakukan berupa wawancara guru dan siswa, observasi langsung, dan analisis hasil tes pada salah satu SMP di kota Bandung penulis mendapatkan bahwa : 1. Hasil wawancara dengan guru mengemukakan bahwa ada beberapa faktor pendorong diantaranya, Kualitas guru pengajar mayoritas sesuai dengan bidang studi, Jumlah siswa setiap kelas tidak lebih dari 40 dan sesuai dengan ukuran ruang kelas, Keinginan yang kuat dari guru pengajar untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalisme, dan Lingkungan belajar yang strategis sangat kondusif untuk proses belajar mengajar. Sedangkan faktor penghambat di sekolah tersebut diantaranya, Kurangnya intensitas pertemuan antar sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman baik yang berkegiatan dengan kurikulum maupun pengembangan mata pelajaran, Terbatasnya ruang untuk melakukan kegiatan baik untuk siswa maupun untuk guru, Terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki oleh guru mata pelajaran, dan latar belakang

3 input dari siswa dari lingkungan rumah yang kurang baik dan terbawa di sekolah sehingga pemahaman konsep dalam belajar menjadi kurang. 2. Hasil wawancara dengan siswa menyatakan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit bagi mereka. Suasana pembelajaran Fisika di kelas membosankan, menerangkan terlalu cepat, karena masih berpusat pada guru yang menjadi sumber informasi sehingga siswa lebih berperan sebagai penerima informasi, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan. 3. Dari analisis terhadap hasil soal ulangan umum sain, untuk mengukur hasil belajar pada tahap C 1 (menghafal), C 2 (pemahaman), dan C 3 (penerapan atau aplikasi). Sebanyak 81 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis hafalan (C 1 ), sebanyak 38 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis pemahaman (C 2 ) dan sebanyak 23 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis penerapan (C 3 ). Selain itu, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah sebesar 65,47 sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran fisikanya adalah sebesar 70,00. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa masih tergolong rendah. Hasil penelitian lain pun menunjukkan hal yang sama, Marzuki mengatakan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap konsep fisika ternyata masih rendah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan mendeskripsikan konsep ke dalam bentuk diagram, grafik atau dalam bentuk representasi ilmiah lainnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menginterprestasikan data berdasarkan tabel atau grafik, dan juga kesulitan dalam mengaplikasikan konsep yang didapatkannya dalam permasalahan yang sederhana (Marzuki, 2010 dalam Adam, 2012). Dari data awal tersebut terungkap kekurangan dalam pembelajaran yaitu terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki oleh guru mata pelajaran. Hal ini tersebut sesuai dengan pendapat dari beberapa siswa yang di wawancarai. Selain itu permasalahan yang ditemukan diatas perlu suatu strategi belajar dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan

4 pemahaman konsep siswa dalam mempelajari fisika agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Banyak strategi belajar dan media pembelajaran yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, peta konsep merupakan solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar fisika siswa. Pengembangan peta konsep dapat dilakukan dengan bantuan multimedia agar siswa mendapat pembelajaran yang berbeda dari biasanya, pembelajaran dengan peta konsep berbantuan multimedia ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan pemahaman konsep fisika akan menigkat. Novak dan Gowin dalam Dahar (1988) mengungkapkan solusi bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Novak (1985) dalam Dahar (1988) mengatakan bahwa peta konsep adalah pengetahuan yang sistematis dan singkat. Suatu strategi yang memegang peranan penting dalam belajar bermakna salah satunya adalah peta konsep, karena peta konsep dapat menunjukkan urgensi dan posisi hubungan konsep konsep yang diajarkan sebelumnya dengan konsep-konsep yang akan diajarkan. Hudojo (Nurhayati, 2006) menyatakan bahwa peta konsep merupakan skema yang menggambarkan suatu himpunan konsep konsep dengan maksud mengaitkan/menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan proposisi-proposisi (kata penghubung) agar menjadi jelas baik bagi siswa maupun guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar. Menurut Fisher (Asan, 2007), secara tradisional peta konsep hanya dapat dibuat dengan menggunakan bantuan kertas dan pensil. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi komunikasi (Information and Commmunication Technologies/ICT), pengembangan peta konsep dapat dilakukan dengan menggunakan visualisasi komputer. Dengan menggunakan visualisasi komputer, peta konsep digunakan sebagai alat untuk mengembangkan hubungan antar konsep. Dalam membuat peta konsep, setiap orang akan

5 menghasilkan peta konsep yang berbeda meskipun konsep utamanya sama. Hal ini karena bisa saja menurut orang lain konsep itu kurang bermakna, tetapi menurut orang satu lagi konsep tersebut merupakan konsep bermakna yang harus dimasukkan ke dalam peta konsep. Untuk lebih memudahkan siswa dalam menerima informasi dan untuk menerapkan konsep diperlukan suatu alat pendukung dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah multimedia. Peta konsep menggunakan Multimedia merupakan seperangkat media yang dikembangkan berdasarkan pembuatan peta konsep yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peta konsep berbantuan multimedia ini bertujuan untuk memperoleh belajar penuh makna. Dengan adanya peta konsep, dapat menarik perhatian siswa dan mengurangi kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sehingga dengan dibangunnya peta konsep yang dilengkapi multimedia dapat membantu siswa mengorganisasikan materi pelajaran berdasarkan arti dan hubungan antar komponennya, serta dapat mengurangi kesulitan dalam memahami materi. Dalam hal ini penulis memilih menggunakan multimedia sebagai upaya membantu siswa dalam pembuatan peta konsep tanpa perlu menggambarkan di kertas saja, dengan menggunakan multimedia sebagai alat bantu siswa diharapkan lebih mudah dalam pembuatan peta konsep. Multimedia sebagai media yang dapat digunakan guru untuk memvisualisasikan fenomena-fenomena fisis dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih mudah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik melakukan penelitian pengunaan peta konsep berbantuan multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, dengan mengangkat judul Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika.

6 B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika setelah digunakan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah Memperoleh informasi tentang peningkatan pemahaman konsep fisika siswa SMP setelah digunakan peta konsep berbantuan multimedia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. Penggunaan peta konsep dapat membantu siswa untuk belajar bermakna dengan mengaitkan informasi baru yang didapatkan pada konsep konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. b. Memberikan alternatif sumber belajar lain yang diharapkan dapat menimbulkan semangat belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. c. Membantu menghilangkan sikap pasif siswa dalam pembelajaran. 2. Bagi guru a. Peta konsep menolong guru menyelidiki konsep konsep yang telah diketahui siswa. b. Multimedia sebagai alat bantu alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran. c. Memotivasi guru untuk membuat media pembelajaran yang lebih baik dan efektif.

7 3. Bagi peneliti a. Menambah pengetahuan dan wawasan yang jelas mengenai penggunaan multimedia berbasis peta konsep dalam pembelajaran Fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. b. Sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya. E. Variabel Penelitian Sebagai langkah awal adalah menetapkan variabel penelitian. Variabel sangat diperlukan sebagai Fisika acuan perhatian kita seperti dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (1998), bahwa: variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi Fisika perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yakni : 1. Variabel bebas dari penelitian yang akan dilakukan adalah pembelajaran menggunakan peta konsep berbantuan multimedia. 2. Variabel terikat dari penelitian yang akan dilakukan adalah pemahaman konsep fisika siswa. F. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Peta konsep berbantuan multimedia merupakan sebuah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa dengan cara penyusunannya dibantu oleh multimedia sehingga pembelajaran lebih bermakna. Keterlaksanaan pmbelajaran akan ditentukan melalui lembar observasi langsung pada saat pembelajaran yang dilakukan. Keterlaksanaan yang dilihat adalah aktivitas guru dan siswa. 2. Pemahaman konsep Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini meliputi tiga aspek seperti yang dikemukakan oleh Bloom (1979), dalam Armiza (2007), yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan

8 menafsirkan), dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Peningkatan Pemahaman konsep akan ditentukan melalui gain ternormalisasi dari hasil tes tertulis jenis pilihan berganda. Tes diberikan sebelum implementasi rancangan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian tes dengan soal yang sama diberikan kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran untuk melihat pengetahuan akhir siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Multimedia yang dimaksud pada penelitian ini adalah media pembelajaran berupa software yang digunakan oleh siswa dan guru pada saat pembuatan peta konsep. Multimedia dapat dilihat dengan adanya gambar, suara, dan tulisan. 4. Peningkatan pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman berupa tes pilihan berganda dari hasil pretest dan postes yang akan dilihat melalui gain ternormalisasi.