RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI HENKY WIBOWO

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA. Tenaga matahari atau yang biasa disebut tenaga surya (solar energy)

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Instrumentasi jurusan Fisika Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANG BANGUN PEREKAM DATA KELEMBABAN RELATIF DAN SUHU UDARA BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III METODOLOGI PENULISAN

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 Sensor Cahaya dan Transistor NPN Serta Aplikasinya dalam Teknologi Otomatisasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

BAB II LANDASAN TEORI

Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat menghasilkan bahan bakar fosil yang dikenal dengan sekarang sebagai minyak bumi dan sangat bermanfaat bagi

Induksi Elektromagnetik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MEMPELAJARI KOMPONEN DALAM RANGKAIAN LISTRIK SERTA MEMBANDINGKAN NILAI ARUS SECARA TEORITIS DAN INSTRUMENTAL

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan. Teknik Elektro Universitas Lampung

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

BAB I PENDAHULUAN. Minyak, gas serta batu bara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS DALAM RUMAH TANGGA. Suharto. Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENGARUH PENAMBAHAN ALAT PENCARI ARAH SINAR MATAHARI DAN LENSA CEMBUNG TERHADAP DAYA OUTPUT SOLAR CELL

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

BAB II LANDASAN TEORI

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

Pengaturan Pencahayaan Ruangan Menggunakan Sinar Matahari

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

BAB III METODE PENELITIAN

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

Input ADC Output ADC IN

Transkripsi:

RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI HENKY WIBOWO SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi. Bogor, Maret 2012 Henky Wibowo C54063131 ii

RINGKASAN Henky Wibowo. Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan Pelacak Gerak Sinar Matahari. Dibimbing oleh INDRA JAYA Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari. Hasil uji coba kinerja alat mencakup pengukuran sudut dan suhu. Hasil perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15 sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135 pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari berkisar antara 23,5 62,5 C. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata karena kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi. Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,5 0 C. Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan perubahan sudut konstan 15 setiap 1 jam dengan range perubahan sudut maksimal 80 0. iii

Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian/seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB iv

RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : HENKY WIBOWO C54063131 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 v

Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok Departeman : RANCANG BANGUN PROTOTIP KONSENTRATOR SURYA DENGAN PELACAK GERAK SINAR MATAHARI : Henky Wibowo : C54063131 : Ilmu dan Teknologi Kelautan Menyetujui, Dosen Pembimbing Utama Prof. Dr. Indra Jaya NIP. 19610410 198601 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M. Sc NIP. 19580909 198303 1 003 Tanggal Lulus : vi

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan Pelacak Gerak Sinar Matahari dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa dan nasihat yang tiada hentinya kepada penulis 2. Bapak Prof. Dr. Indra Jaya selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyesaikan tugas akhir. 3. Bapak Dr. Henry M. Manik, S. Pi, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan. 4. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas ilmu dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di IPB. 5. Teman-teman dan seluruh anggota Marine Instrumentation and Telemetry (MIT) di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan semangat yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian. 6. Teman-teman seperjuangan ITK 43 dan seluruh warga ITK. 7. Teman-teman Pondok Wina atas kebersamaannya selama di Bogor. 8. Teman-teman SMA yang selalu memberikan semangat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. vii

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Bogor, Maret 2012 Henky Wibowo viii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1. PENDAHULUAN... 1 1.1.Latar Belakang... 1 1.2.Tujuan... 2 1.3. Manfaat Penelitian... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1. Tenaga Matahari... 3 2.2. Sistem Konsentrasi Solar... 4 2.3. Sensor... 8 2.4. Light Dependent Resistor (LDR)... 10 2.5. Motor Direct Current (DC)... 11 3. METODOLOGI PENELITIAN... 13 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian... 13 3.2. Alat dan Bahan... 13 3.3. Diagram Sistem... 14 3.4. Diagram Alir Pengerjaan Alat... 15 3.5. Rancangan Alat... 17 3.6. Proses Uji Coba Alat... 20 3.7. Variabel Penelitian... 21 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23 4.1. Hasil Rancang Bangun... 23 4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu... 28 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 31 5.1. Kesimpulan... 31 5.2. Saran... 31 ix

DAFTAR PUSTAKA... 32 LAMPIRAN... 34 RIWAYAT HIDUP... 40 x

DAFTAR TABEL Halaman 1. Alat-Alat yang Digunakan... 13 2. Bahan-Bahan yang Digunakan... 14 xi

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kw dengan sistem dish engine milik SunCatcher TM... 5 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX di California, Amerika Serikat... 6 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik Abengoa di Seville, Spanyol... 7 4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator... 8 5. Diagram alir sistem alat... 15 6. Diagram alir pengerjaan alat... 16 7. Desain alat... 17 8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor... 18 9. Unit mekanik alat konsentrator surya... 18 10. Rangkaian Catu daya... 19 11. Rangkaian pembangkit sinyal... 20 12. Rangkaian penguat tegangan... 20 13. Sudut-sudut pada sinar matahari terhadap bumi... 21 14. Alat konsentrator surya... 24 15. Reflektor konsentrator surya... 25 16. LDR pada reflektor... 26 17. Unit mekanik pada konsentrator surya... 27 18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya... 28 19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu... 30 xii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Grafik sudut selama enam hari... 35 2. Grafik suhu selama enam hari... 36 3. Data hasil uji coba alat... 37 4. Skema rangkaian elektronik... 39 xiii

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.466 pulau. Namun, tidak semua pulau didukung dengan adanya ketersediaan fasilitas dasar, seperti listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau-pulau kecil hanya menggunakan jenset dan dinyalakan pada malam hari saja. Hal ini menuntut masyarakat Indonesia untuk mengembangkan berbagai macam alternatif listrik dengan teknologi yang lebih efektif dan efisien. Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah tidak merusak lingkungan. Sistem ini memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan cermin berbentuk parabola. Cermin tersebut diatur mengarah sinar matahari dan memusatkan sinar matahari ke sebuah wadah yang berada di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Cermin parabolik ini berfungsi untuk menerima sinar matahari dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam wadah. Panas yang terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan piston atau turbin dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik tersebut kemudian digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik. Pada saat ini pembangkit listrik dengan sistem konsentrator surya belum berkembang di Indonesia, padahal di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa sudah menggunakan teknologi ini untuk menghasilkan listrik, bahkan 1

2 Departemen Energi Amerika meramalkan bahwa pada tahun 2020 teknologi ini sangat berkembang di seluruh dunia dengan menghasilkan lebih dari 20 gigawatt daya listrik (Nrel, 2001). Harapannya dengan mengembangkan pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat prototip konsentrator surya yang mengikuti gerak matahari. 1.3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini merupakan penelitian awal dalam mendesain konsentrator surya. Bila dikembangkan dalam penelitian yang lebih besar nantinya dapat diaplikasikan pada ketersediaan listrik alternatif.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tenaga Matahari Tenaga matahari atau yang biasa disebut tenaga surya (solar energy) merupakan energi yang bersumber dari sinar matahari. Pemanfaatan energi surya dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori (Hardjasoemantri, 2002), yakni pemanfaatan energi surya secara langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan energi surya secara tidak langsung adalah berupa pemanfaatan biomassa untuk sumber energi. Energi surya yang sampai ke bumi, sebagian kecil akan dikonversi menjadi energi kimia oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis yang komplek. Produk akhir dari fotosintesis adalah biomassa, dengan demikian biomassa merupakan energi surya tak langsung. Pemanfaatan energi surya secara langsung adalah dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi utama secara langsung. Pemanfaatan energi surya harus mempertimbangkan sifat-sifat fisika dari sinar matahari. Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: porsi serapan cahaya (absorptivity), porsi pantulan (reflectivity), porsi terusan (transmissivity), daya pancar (emissivity), aliran energi cahaya (radian flux), kerapatan aliran energi cahaya (radiant flux density), intensitas terpaan (irradiance) dan intensitas pancaran cahaya (emittance). Tenaga surya pada dasarnya adalah sinar matahari yang merupakan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang yang tampak dan yang tidak tampak, yakni mencakup spektrum cahaya inframerah sampai dengan cahaya ultraviolet. Masing-masing spektrum cahaya matahari memiliki panjang 3

4 gelombang, frekuensi dan energi yang berbeda. Sinar matahari memiliki panjang gelombang (λ) antara 0,15 4 µm, dan hanya panjang gelombang (λ) antara 0,32 2 µm yang mampu menembus kaca transparan (Wisnubroto, 2004). 2.2. Sistem Konsentrasi Solar Sistem konsentrasi solar menggunakan lensa atau kaca untuk mengkonsentrasi atau mengumpulkan energi dari matahari, menghasilkan temperatur yang cukup tinggi untuk menggerakkan turbin atau mesin uap untuk menghasilkan energi listrik. Menurut Seia (2009) sekarang ini, lebih dari 400 MW dihasilkan dari sistem ini yang beroperasi di Amerika Serikat, dan proyekproyek dengan total lebih dari 8000 MW yang saat ini sedang dikembangkan. Ada tiga teknologi sistem konsentrasi solar (Nrel, 2001), yaitu: (1) Dish engine, (2) Parabolic trough dan (3) Central receiver. (1) Dish Engine Sistem dish engine mentransfer energi matahari yang terkonsentrasi dengan efisiensi tinggi menjadi energi listrik. Bagian yang penting dari sistem dish engine terdiri dari (Cleanenergy, 2009): konsentrator berbentuk parabolik, sistem tracking, receiver, dan mesin (stirling dan generator). Konsentrator berbentuk parabolik memantulkan dan mengkonsentrasi sinar matahari ke receiver yang terletak di titik fokus konsentrator. Sinar matahari diserap oleh receiver dan meneruskannya ke mesin. Mesin akan mengubah energi matahari menjadi energi mekanik dan generator akan mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Menjaga agar pantulan sinar matahari ke titik fokus tetap terjaga, dish engine menggunakan dual-axis collector untuk men-tracking matahari. Setiap dish akan menghasilkan 5 sampai 30

5 kilowatt listrik tergantung pada sistem (Seia, 2009). Gambar 1 adalah Stirling Energy System 25 kw milik SunCatcher TM memiliki tinggi 38 kaki dan lebar 40 kaki. Sistem dish engine memiliki karakteristik efisiensi tinggi, modularitas, operasi autonomous, dan hibrida yang melekat. Menurut (Solarpaces, 2001) dibandingkan dengan teknologi surya yang lainya, solar dish engine menunjukkan konversi energi matahari ke energi listrik dengan efisiensi tertinggi (29,4%). Oleh karena itu, dish engine memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber paling murah untuk energi terbarukan. Gambar 1. Pembangkit listrik tenaga surya 25 kw dengan sistem dish engine milik SunCatcher TM (Seia, 2009) (2) Parabolic Trough Sistem parabolic trough menggunakan cermin yang berbentuk U atau melengkung yang memanjang untuk memusatkan energi matahari. Cermin tersebut memfokuskan energi matahari ke receiver yang berbentuk pipa berisi cairan (misalnya, minyak sintetis) yang memanjang di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Cairan panas tersebut digunakan untuk mendidihkan air di

6 generator uap konvensional dan menghasilkan listrik. Seia (2009) mengatakan cairan panas tersebut dapat mencapai temperatur 700 F. Gambar 2 adalah pengumpul Luz LS-3 digunakan pada pembangkit 80 MW SEGS IX di California yang memiliki panjang 325 kaki dan lebar 11 kaki dengan efisiensi konversi energi sekitar 24%. Gambar 2. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem parabolic trough SEGS IX di California, Amerika Serikat (Seia, 2009) (3) Central Receiver Sistem central receiver ini menggunakan menara pembangkit yang dikelilingi oleh cermin-cermin yang ditempatkan di suatu area yang luas untuk mengumpulkan energi matahari dan memusatkannya ke bagian atas menara pembangkit dimana terdapat receiver yang ditempatkan di sana. Panas yang dihasilkan mencairkan garam yang kemudian dialirkan untuk memanaskan air. Uap yang dihasilkan dari air panas digunakan untuk memutar generator konvensional dan menghasilkan energi listrik. Menurut (Seia, 2009) energi matahari yang terfokus digunakan untuk perpindahan cairan (800 F sampai

7 1000 F) untuk menghasilkan uap dan menjalankan generator pusat. Gambar 3 adalah PS20 milik Abengoa, pembangkit listrik 20 MW di Seville, Spanyol 1255 heliostat mengelilingi menara dengan tinggi 531 kaki. Gambar 3. Pembangkit listrik tenaga surya dengan sistem central receiver milik Abengoa di Seville, Spanyol (Seia, 2009) Semakin banyak output sebuah sistem dapat menyediakan input solar yang diberikan. Sistem dish engine menunjukkan karakteristik yang paling baik, karena konsentrator dan kinerja mesinnya yang tinggi serta inersia panasnya rendah yang memungkinkan untuk lebih cepat melakukan start-up dibandingkan dengan sistem konsentrasi solar skala besar seperti central receiver atau parabolic trough (Pitz-Paal, 2007). Pada Gambar 4 menunjukkan energi listrik harian yang dihasilkan berdasarkan masukan matahari harian untuk setiap sistem konsentrator yang berbeda.

8 Gambar 4. Kinerja dari setiap sistem konsentrator (Pitz-Paal, 2007) 2.3. Sensor Sensor adalah perangkat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal elektronik (Kenny, 2005). Sensor menerima rangsangan dan meresponnya dengan perubahan sinyal listrik dan merupakan jembatan antara dunia sebenarnya dengan perangkat elektronik. Sensor tidak dapat berdiri sendiri. Biasanya sensor merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar yang memiliki rangkaian pengkondisi sinyal dan bermacam-macam pemrosesan sinyal analog atau digital. Berdasarkan rangkaian pengkondisi sinyal, sensor dapat dibagi menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Sensor aktif memerlukan pemicu eksternal yang berupa rangkaian penyangga sensor, sehingga selalu ada arus yang melewati sensor. Contoh sensor aktif adalah termistor, Resistance Temperature Detector (RTD), dan strain gauges. Sensor pasif menghasilkan sinyal keluaran sendiri tanpa memerlukan rangkaian dan arus tambahan. Contohnya adalah thermocouple yang menghasilkan thermoelectric dan fotodioda yang menghasilkan photocurrent.

9 Setiap sensor memiliki karakteristik tertentu. Karakter ini menentukan baik buruknya sebuah sensor pada aplikasi tertentu. Karakter ini pula menentukan rangkaian yang digunakan sebagai penyangga sensor. Beberapa karakter penting diantaranya (Carr,1993): (1) Transfer Function Transfer Function merupakan hubungan fungsi antara sinyal masukan fisik dan sinyal keluaran elektris. Biasanya, hubungan ini digambarkan sebagai grafik antara sinyal masukan dan keluaran. (2) Sensitivitas Sensitivitas merupakan rasio antara perubahan kecil dalam sinyal elektris terhadap perubahan kecil pada sinyal fisik dan dapat diekspresikan sebagai fungsi turunan Transfer Function terhadap sinyal fisik. Satuan yang biasa digunakan adalah volt/kelvin, milivolt/kilopascal, dsb. Contoh, sebuah termometer akan memiliki sensitivitas tinggi apabila perubahan suhu kecil di lingkungan akan mengakibatkan perubahan tegangan yang tinggi; perubahan tegangan yang signifikan memudahkan pengamatan terhadap sinyal elektris. (3) Span atau Dynamic Range Rentang masukan sinyal fisik yang bisa dikonversi ke dalam bentuk sinyal elektris. Sinyal fisik diluar rentang ini diperkirakan memiliki akurasi yang sangat rendah. Satuan yang digunakan antara lain kelvin, pascal, newton. (4) Accuracy atau Uncertainty Merupakan perkiraan kesalahan terbesar antara sinyal keluaran sebenarnya dan sinyal keluaran ideal. Accuracy merupakan istilah kualitatif, berbeda

10 dengan uncertainty yang bersifat kuantitatif. Contoh, sebuah sensor memiliki akurasi yang lebih tinggi ketika uncertainty sebesar 1% dibandingkan dengan uncertainty 3%. (5) Hysteresis Beberapa sensor tidak kembali ke nilai semula ketika terjadi rangsangan naik atau turun. Besarnya kesalahan yang diperkirakan dalam kuantitas yang diukur merupakan Hysteresis (6) Nonlinearity Terkadang juga disebut linearity, merupakan penyimpangan maksimum dari Transfer Function linear terhadap Dynamic Range. (7) Noise Beberapa sensor menghasilkan noise bersamaan dengan sinyal keluaran. Beberapa kasus menunjukkan noise pada sensor lebih kecil dibandingkan dengan noise pada rangkaian elektronik selanjutnya. 2.4. Light Dependent Resistor (LDR) Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. LDR merupakan sebuah sensor jenis semikonduktor yang dibuat dari Kadmium sulfida (CdS) dan Kadmium selenida (CdSe). Sebuah LDR terdiri dari sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaanya. LDR tergantung pada cahaya, artinya nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima (Sitorus, 2008). Karakteristik LDR terdiri dari dua macam, yaitu laju recovery dan respon spectral:

11 (1) Laju Recovery Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa diamati bahwa nila resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut, namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga pada kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. (2) Respon Spektral LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya. Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik, yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak. 2.5. Motor Direct Current (DC) Motor DC merupakan motor arus searah yang menggunakan arus langsung satu arah (direct-unidirectional). Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Motor DC memiliki tiga komponen utama (energyefficiencyasia, 2006): (1) Kutub Medan Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan:

12 kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan. (2) Dinamo Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo. (3) Komutator Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Komutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang seperti peralatan mesin, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses yang bertujuan untuk melihat kinerja dari alat yang dibuat dan juga pengambilan data parameter yang mempengaruhi kinerja suatu alat dilakukan pada tanggal 19-30 Desember 2011 yang termasuk pada Musim penghujan. 3.2. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat-alat yang digunakan. No Nama Alat Fungsi 1 Seperangkat Komputer dengan sistem operasi Windows 7 2 Solder listrik 45 watt Menyolder antar komponen 3 Multimeter Digital Sanwa CD Merancang perangkat keras dan lunak serta pengolahan data Mengukur voltase, hambatan dan koneksi komponen 4 Gerinda Listrik Memotong PCB dan besi 5 Obeng Membuka dan memasang baut 6 Bor Listik Melubangi parabola 7 Matlab 2010 Mengolah data hasil uji coba 8 Lem Aibon Merekatkan alumunium foil 9 Google SketchUp 7 Membuat desain rancangan 13

14 Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan No Nama Bahan Jumlah 1 Parabola bekas 1 buah 2 Motor wiper 1 buah 3 Alumunium foil 1 buah 4 Rantai sepeda bekas 1 buah 5 Gear sepeda bekas 1 buah 6 LDR 2 buah 7 IC NE 555 1 buah 8 IC LM 741 2 buah 9 Trafo CT 1 buah 10 Trimpot 10K 5 buah 11 Trimpot 100K 1 buah 12 PCB 1 buah 13 Sakelar 2 buah 14 Relay 4 buah 15 Regulator 12V 1 buah 16 Led 1 buah 17 Resistor 150 ohm 1 buah 18 Resistor 1K 3 buah 19 Resistor 66K 2 buah 20 Resistor 10K 3 buah 21 Resistor 4K 4 buah 22 Kapasitor 1uF 3 buah 23 Kapasitor 100uF 1 buah 24 Kapasitor 1nF 1 buah 25 Dioda 11 buah 26 Transistor 7 buah 3.3. Diagram Sistem Diagram sistem alat terdiri dari catu daya yang berfungsi memberikan tegangan kepada unit elektronik, selanjutnya unit elektronik akan mengendalikan

15 sensor suhu dan motor DC (Gambar 5). Sensor cahaya berfungsi untuk mencari intensitas cahaya matahari yang terbesar. Motor DC berfungsi untuk menggerakkan konsentrator ke arah intensitas matahari yang terbesar. Motor DC Catu Daya Unit Elektronik Sensor Cahaya Reflektor Gambar 5. Diagram alir sistem alat 3.4. Diagram Alir Pengerjaan Alat Pengerjaan alat disusun ke dalam beberapa tahap yang mencakup persiapan, perumusan masalah, perancangan model, pengujian model, perancangan perangkat, integrasi perangkat, dan pengujian sistem hingga memenuhi syarat (Gambar 6). Perancangan model meliputi pembuatan desain dan pemilihan bahan yang akan digunakan. Pemilihan bahan yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dan daya tahan alat. Apabila kinerja dari model belum dapat bekerja secara optimal maka perlu dilakukan perubahan pada desain yang telah dibuat, sedangkan apabila model sudah berjalan secara optimal maka lanjut ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan alat. Pembuatan alat mencangkup pembuatan reflektor, pembuatan unit mekanik, dan pembuatan unit elektronik. Bagian-bagian yang telah dibuat pada tahap sebelumnya diintegrasikan menjadi alat konsentrator surya. Selanjutnya dilakukan uji coba yang mencakup pengambilan parameter yang mempengaruhi kinerja alat konsentrator surya.

16 Mulai Persiapan Perumusan Masalah Perancangan Model Tidak Ya Model Sesuai Perancangan Perangkat Integrasi Perangkat Tidak Ya Uji Coba Berhasil Selesai Gambar 6. Diagram alir pengerjaan alat

17 3.5. Rancangan Alat Rancang bangun konsentrator surya terbagi dalam tiga bagian, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik (Gambar 7). Gambar 7. Desain alat Reflektor Reflektor pada rancang bangun alat ini berbentuk parabola berdiameter 50 cm dengan kedalaman 5 cm dengan dilapisi alumunium foil. Alumunium foil dipilih sebagai bahan reflektor karena murah dan ringan. Reflektor berfungsi untuk memantulkan cahaya matahari menuju titik fokus (Gambar 8).

18 Gambar 8. Pantulan radiasi matahari pada reflektor Unit Mekanik Unit mekanik terdiri dari motor DC, gear, dan rantai (Gambar 9). Unit mekanik ini berfungsi untuk menggerakkan reflektor pada saat reflektor bergerak mengikuti pergerakan matahari. Motor DC yang digunakan memiliki spesifikasi 12 V, 1 A dengan torsi 12 Nm. Gear dan rantai yang dipakai didapat dari sepeda bekas. Gambar 9. Unit mekanik alat konsentrator surya

19 Unit Elektronik Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC. Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya (Gambar 10). Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan PLN, kemudian tegangan PLN diubah oleh trafo CT menjadi 12 V. Tegangan 12 V ini akan diubah menjadi 5 V oleh regulator 7805. Gambar 10. Rangkaian Catu daya Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal (Gambar 11) dan penguat tegangan (Gambar 12). Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk menghasilkan sinyal yang digunakan untuk mengendalikan motor DC. Rangkaian penguat tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat berfungsi dengan baik.

20 Gambar 11. Rangkaian pembangkit sinyal Gambar 12. Rangkaian penguat tegangan 3.6. Proses Uji Coba Alat Proses uji coba alat dilakukan dengan cara meletakkan alat di bawah sinar matahari tanpa terhalang oleh pohon atau gedung. Selama proses tersebut dilakukan pengukuran sudut putar alat dan suhu pada titik fokus. Pengambilan data-data

21 tersebut dilakukan pada saat matahari terbit (pukul 06.00 WIB) sampai dengan matahari terbenam (pukul 18.00 WIB). Suhu diukur menggunakan thermocouple dengan pencatatan setiap 1 jam. Sudut diukur dengan menggunakan busur derajat dengan pencatatan setiap 1 jam. 3.7. Variabel Penelitian Sinar matahari datang membentuk sudut terhadap permukaan bumi. Sudut tersebut berubah setiap saat karena perputaran bumi pada porosnya dan gerak bumi yang mengelilingi matahari dengan sudut kemiringan 23,5. Berikut beberapa sudut yang dibentuk (Gambar 13). Gambar 13. Sudut-sudut pada sinar matahari terhadap bumi (Dufie & William, 1991)

22 dimana: δ: Sudut deklinasi matahari terhadap garis equator (lintang selatan bernilai negatif) ω: Sudut jam, perpindahan sudut matahari setiap jam sebesar 15 (pagi positif, siang negatif θ z : Sudut zenith matahari, sudut antara garis vertikal dengan matahari α s : Sudut ketinggian matahari terhadap bidang horizontal γ s : Sudut azimuth matahari terhadap bidang horizontal (diukur dari arah utara) Sudut deklinasi (δ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):. (1) dimana n adalah jumlah hari ke-n dalam tahun tersebut. Sudut zenith (θ z ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):..(2) Dimana Φ: Sudut lintang tempat tersebut (lintang selatan bernilai negatif) Sudut ketinggian matahari (α s ) dan sudut zenith (θ z ) membentuk sudut sikusiku: θ z.(3)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Rancang Bangun Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan panas yang tinggi. Agar pantulan yang dihasilkan maksimal, alat ini dilengkapi dengan sistem yang dapat mengikuti gerak matahari. Alat konsentrator surya ini memiliki tiga bagian utama, yaitu reflektor, unit mekanik, dan unit elektronik. 31,25 cm 5 cm 50 cm Gambar 14. Prototip alat konsentrator surya Reflektor Reflektor berfungsi untuk memantulkan sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi menuju titik fokus (Gambar 15). Reflektor memiliki dimensi diameter (D) 50 cm dan kedalaman parabola (d) 5 cm dengan titik fokus (f) 31,25 23

24 cm. Titik fokus (f) reflektor tersebut dicari dengan menggunakan rumus (Dufie & William, 1991):.(8) Titik Fokus Gambar 15. Reflektor konsentrator surya Kerangka reflektor dibuat dengan menggunakan alumunium foil karena ringan dan murah. Kerangka lengkung reflektor dibuat dari parabola bekas. Berikut beberapa bahan untuk reflektor beserta keunggulan dan kekurangannya (Rahardjo, 2008): Cermin Keunggulan: reflektifitas sangat baik Kekurangan: berat, susah dibentuk Stainless steel Keunggulan: ringan, mudah dibentuk, reflektifitas baik Kekurangan: mahal, perlu proses lanjutan untuk mendapatkan reflektifitas yang baik (dipoles) Alumunium foil

25 Keunggulan: sangat ringan, mudah dibentuk, refleksifitas baik, tidak perlu proses lanjutan, murah Kekurangan: mudah berubah bentuk, mudah sobek Melihat dari beberapa keunggulan dan kekurangan tiap material, maka dipilih alumunium foil sebagai material reflektor. Kekurangan dapat diatasi saat pemasangan dengan ketelitian agar alumunium foil tidak sobek. Pada reflektor terdapat dua buah sensor cahaya yang berfungsi mendeteksi cahaya matahari (Gambar 16). Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistors (LDR). LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya, dimana nilai hambatannya akan berubah-ubah bila terkena cahaya yang diterima. LDR-1 berfungsi untuk kontrol dari alat. Apabila cahaya terang, maka alat akan berfungsi dan sebaliknya. LDR-2 berfungsi untuk mencari cahaya matahari. Di belakang LDR-2 diletakkan sebuah papan dengan tinggi 15 cm untuk menghasilkan bayangan. Papan ini diletakkan menghadap arah terbitnya matahari, yaitu timur. Bayangan yang dihasilkan papan berfungsi untuk menutup LDR-2 sehingga resistansinya berubah. Bayangan tersebut akan berubah seiring dengan pergerakan matahari.

26 Penghasil Bayangan LDR-2 LDR-1 Gambar 16. LDR pada reflektor Unit Mekanik Unit mekanik berfungsi untuk menggerakkan reflektor mengikuti gerak matahari. Unit mekanik ini terdiri dari motor DC, gear, per dan rantai (Gambar 17). Motor DC dikaitkan langsung pada gear yang telah terkait juga oleh rantai. Rantai yang terkait pada gear kemudian dikaitkan pada parabola yang berfungsi sebagai reflektor. Per Motor Gear Rantai Gambar 17. Unit mekanik pada konsentrator surya

27 Motor DC memiliki 2 buah supply, yaitu supply dari tegangan positif (Vcc) dan supply ground (0). Pada dasarnya putaran motor DC akan berbalik seandainya supply yang menempel pada motor tersebut dibalik kutub positif (+) dan kutub negatifnya (-). Apabila LDR-2 mendapatkan cahaya, maka ia akan memberikan pulsa output positif sampai LDR-2 tidak menerima cahaya lagi. Output pulsa tersebut akan bekerja pada koil relay sehingga terbentuk medan magnet pada koil yang menarik contact relay dari posisi Normally Close (NC) ke Normally Open (NO). Hal ini menyebabkan motor DC bergerak ke suatu arah. Unit Elektronik Unit elektronik berfungsi mengontrol sensor cahaya dan motor DC (Gambar 18). Unit elektronik mendapat tegangan 5 V dari catu daya. Tegangan yang diperoleh oleh catu daya berasal dari tegangan AC dari PLN 220 V, kemudian tegangan PLN diubah oleh trafo CT menjadi tegangan AC 12 V. Tegangan AC 12 V akan diubah menjadi tegangan positif (+) DC 12 V oleh diode bridge. Tegangan DC 12 V ini akan diubah menjadi tegangan 5 V oleh regulator 7805. Tegangan 5 V inilah yang digunakan untuk memfungsikan rangkaian elektronik pada alat konsentrator surya.

28 Rangkaian Penguat Tegangan Relay Rangkaian Pembangkit Sinyal Rangkaian Catu Daya Gambar 18. Unit elektronik pada alat konsentrator surya Di dalam unit elektronik terdapat rangkaian pembangkit sinyal dan penguat tegangan. Rangkaian pembangkit sinyal berfungsi untuk menghasilkan sinyal yang digunakan untuk menggerakkan motor DC. Rangkaian penguat tegangan berfungsi untuk meningkatkan tegangan agar sensor cahaya dapat berfungsi dengan baik. 4.2. Hubungan antara Sudut dan Suhu Perubahan sudut yang mengikuti matahari diperlukan agar reflektor senantiasa selalu menghadap matahari. Hal ini diperlukan supaya pantulan cahaya matahari oleh reflektor selalu jatuh pada titik fokusnya. Sudut yang dibentuk oleh reflektor terhadap sumbu vertikal adalah sudut reflektor. Sudut reflektor bernilai 55 saat menghadap ke arah timur dan bernilai 135 saat menghadap ke arah barat. Perubahan maksimal sudut yang dapat dibentuk dari alat ini adalah sebesar 80. Kemiringan sudut reflektor tersebut dirancang karena motor DC tidak kuat memutar reflektor untuk mengikuti pergerakan matahari. Sebaiknya

29 menggunakan motor servo dengan torsi yang lebih tinggi agar mampu memutar reflektor dan memiliki putaran yang halus. Sudut awal yang dibentuk oleh reflektor adalah sebesar 55, yaitu sekitar pukul 09.30 WIB. Pukul 06.00-09.00 WIB tidak terjadi perubahan sudut. Pada pukul 10.00 WIB sudut mengalami perubahan sebesar 5 menjadi 60. Perubahan sudut tersebut konstan sebesar 15 sampai reflektor mencapai kemiringan sebesar 135 pada pukul 15.00 WIB dan sudut akan tetap sama sampai pukul 18.00 WIB (Lampiran 1). Besarnya intensitas matahari sangat mempengaruhi kinerja dari alat konsentrator surya ini. Semakin besar intensitas matahari yang diterima reflektor, maka pantulan yang akan difokuskan menuju titik fokus juga akan semakin besar, sehingga suhu yang diterima oleh receiver juga lebih besar. Selain besarnya intensitas matahari, bahan dari reflektor yang digunakan juga sangat mempengaruhi suhu yang diperoleh. Nilai suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan berubah-ubah tiap harinya tergantung dari besarnya intensitas cahaya matahari yang diterima. Suhu yang diperoleh dari hasil pengujian selama enam hari berkisar antara 23,5 62,5 C (Lampiran 2). Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata (Gambar 19). Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi. Pengambilan data pada hari 1 sampai 5 cuaca mendung dan berawan, hal ini menyebabkan intensitas matahari berkurang karena matahari tertutup oleh awan. Cuaca yang cerah hanya terjadi pada pengambilan data hari ke-6, sehingga didapat suhu yang paling tinggi selama pengambilan data.

30 Gambar 19. Grafik hubungan antara sudut dan suhu Secara kesuluruhan hasil pengukuran sudut yang mengikuti pergerakan matahari setiap 1 jam selama enam hari adalah konstan sebesar 15. Hal ini sesuai dengan teori mengenai sudut jam matahari (ω), yaitu matahari bergerak sebesar 15 setiap 1 jam (Dufie & William, 1991). Nilai suhu keseluruhan yang didapat dari alat ini kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca pada saat pengambilan data adalah musim hujan. Selain itu juga disebabkan oleh bahan dari reflektor yang seharusnya dari cermin diganti dengan alumunium foil. Nilai suhu yang seharusnya adalah lebih dari 100 C karena pada suhu tersebut merupakan nilai titik didih air. Sebaiknya bahan dari reflektor menggunakan cermin yang dibentuk mengikuti bentuk dari reflektor. Aplikasi selanjutnya untuk alat ini adalah digunakan untuk mendidihkan air yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Prototip pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya telah dikembangkan, namun alat ini masih kurang mampu menghasilkan suhu yang maksimal, suhu yang mampu dicapai oleh alat ini sebesar 62,5 0 C. Walaupun demikian, hasil rancang bangun prototip konsentrator surya yang dikembangkan telah mampu mengikuti pergerakan dari matahari dengan perubahan sudut konstan 15 setiap 1 jam dengan range perubahan sudut maksimal 80 0. Hubungan antara sudut terhadap suhu tidak terlalu berpengaruh nyata. Kondisi alam lebih mempengaruhi perubahan suhu yang terjadi. 5.2. Saran Hal yang perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah membuat mesin uap atau stirling yang mampu mengubah energi panas menjadi gerak dan juga generator untuk mengubah energi gerak menjadi listrik. 31

DAFTAR PUSTAKA Carr, J.J. 1993. Sensor and Circuits. TR Percentice Hail, Englewood Cliffs, New Jersey Cleanenergy. 2009. Sun Powered Stirling-Dish System. www.cleanergyindustries.com/.../sun%20powered%20stirling- Dish%20system-161_GB.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010]. Dufie, A. J., dan William, A. 1991. Solar Engineering of Thermal Processes. 2 nd. ed. Hal. 1-212. John Willey & Sons, Inc. New York Energyefficiencyasia. 2006. Peralatan Energi Listrik: Motor Listrik. http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/chapter%20- %20Electric%20motors%20(Bahasa%20Indonesia).pdf [Diakses tanggal 26 November 2011]. Hardjasoemantri, K. 2002. Hukum Tata Lingkungan. Edisi VII. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kenny, T. 2005. Sensor Fundamentals. Hal.1-20. In. J.Wilson (ed.). Sensor Technology Handbook. Elsevier. Oxford. Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nrel. 2001. Concentrating Solar Power: Energy From Mirrors. http://www.nrel.gov/docs/fy01osti/28751.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010] Pitz-Paal, R. 2007. High Temperature Solar Concentrators. http://www.eolss.net/ebooks/sample%20chapters/c08/e6-106-06-00.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010] Rahardjo, J. 2008. Perencanaan Boiler Tenaga Surya. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Kristen Petra. Surabaya Seia, 2009. Concentrating Solar Power: Utility-Scale Solutions for Pollution-Free Electricity. http://seia.org/galleries/pdf/factsheet_csp.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2010] Sitorus, S. A. 2008. Sistem Keamanan Ruangan dengan Sensor LDR dan Handphone. Tugas Akhir. Program Studi D-3 Fisika Instrumentasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara. Medan. 32

33 Solarpaces. 2001. Solar Dish-Engine. www.solarpaces.org/csp_technology/docs/solar_dish.pdf [Diakses tanggal 20 September 2010] Wisnubroto, S. (2004). Meteorologi Pertanian Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

LAMPIRAN 34

Lampiran 1. Grafik sudut selama enam hari 35

Lampiran 2. Grafik suhu selama enam hari 36

37 Lampiran 3. Data hasil uji coba Hari/ Tanggal: Senin, 19 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 28.4 55 07.00 32 55 08.00 34.1 55 09.00 31.3 55 10.00 34.2 65 11.00 33.7 80 12.00 35 95 Hari/ Tanggal: Selasa, 20 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 29.3 55 07.00 30.7 55 08.00 32.1 55 09.00 32.3 55 10.00 30.1 60 11.00 29.6 75 12.00 29.2 90 Hari/ Tanggal: Senin, 26 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 23.5 55 07.00 23.7 55 08.00 31.5 55 09.00 32.9 55 10.00 30.3 60 11.00 30.5 75 12.00 27.4 90

38 Hari/ Tanggal: Selasa, 27 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 24.7 55 07.00 24.9 55 08.00 32.5 55 09.00 34.1 55 10.00 31.6 65 11.00 31.9 80 12.00 28.8 95 13.00 29.6 110 14.00 38 125 15.00 34 135 16.00 28.5 135 17.00 28 135 18.00 27.8 135 Hari/ Tanggal: Rabu, 28 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 24.1 55 07.00 29.7 55 08.00 32.3 55 09.00 42 55 10.00 44.7 60 11.00 47.9 75 12.00 48.9 90 13.00 33 105 14.00 34.5 120 15.00 32.4 135 16.00 28.1 135 17.00 27.5 135 18.00 27 135

39 Hari/ Tanggal: Jumat, 30 Desember 2011 Jam Suhu ( C) Sudut ( ) 06.00 29.7 55 07.00 35.8 55 08.00 41.7 55 09.00 53.6 55 10.00 62.5 60 11.00 53.2 75 12.00 60.4 90 13.00 52.1 105 14.00 34.4 120 15.00 31.2 135 16.00 27.4 135 17.00 27.1 135 18.00 26.6 135 Lampiran 4. Skema rangkaian elektronik

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 18 Februari 1988 dari Ayah Sugiyono dan Ibu Siti Asiyah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2006 Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tangerang. Pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi Asisten mata kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2008-2009 dan tahun ajaran 2009-2010 dan Asisten mata kuliah Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2009-2010. Selain itu Penulis juga aktif dalam organisasi HIMITEKA IPB sebagai wakil ketua II periode 2008-2009, HIMITEKA IPB sebagai anggota divisi hubungan luar dan komunikasi periode 2009-2010, dan MIT (Marine Instrument and Telemetry) sebagai anggota divisi hardware periode 2009-2010. Untuk menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis membuat skripsi yang berjudul Rancang Bangun Prototip Konsentrator Surya dengan Pelacak Gerak Sinar Matahari. 40