BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wanita berbeda-beda waktunya dalam mendapatkan menarche atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan suatu bangsa, karena masa depan bangsa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi penerus dan akan menjadi orang tua bagi generasi berikutnya (Jameela, 2010). Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan dimana pada fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa (BKKBN, 2004). Masa remaja merupakan fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja digambarkan dengan remaja yang ingin mencari identitas dirinya dan lepas dari ketergantungan dengan orang tuanya, menuju pribadi yang mandiri (Gunarsa, 2006). Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede, 2008). Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan terkadang remaja tidak tahu terhadap perubahan tersebut yang menyebabkan mereka cemas dan malu (Istiqomah, 2010). Cara untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubertas diperlukan peran orang tua maupun guru di sekolah untuk memberikan informasi yang benar tentang kondisi perubahan pada masa - masa remaja. Salah satu nya yaitu diperlukan 1

2 pemberian informasi tentang pengertian perubahan fisik masa puber (Dariyo, 2004). Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri terjadi karena mulai diproduksinya hormon-hormon seksual yang mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan sistem reproduksi yang terkadang ditandai dengan pembesaran payudara (Soetjiningsih, 2007). Perubahan yang paling terlihat jelas pada remaja putri di antaranya payudara, panggul dan paha, tumbuh rambut dibagian ketiak dan sekitar alat kelamin, bertambahnya berat badan dan tinggi badan, pertumbuhan tulang dan otot serta kematangan organ seksual sehingga mengalami menstruasi (Sarwono, 2005). Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) (2007) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri usia 12-19 tahun tentang tanda pubertas mengenai pertumbuhan rambut pada sekitar kemaluan dan ketiak sebanyak 17,3%, sebanyak 53,5% remaja putri mengetahui bahwa pertumbuhan dada, 5,2% remaja putri mengetahui bahwa meningkatnya gairah seksual merupakan tanda pubertas pada wanita, sebanyak 75,4% remaja putri mengetahui bahwa haid merupakan tanda pubertas pada wanita, dan sebanyak 13,5% remaja putri tidak tahu apapun tentang tanda pubertas pada wanita. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan

3 cukup, sedangkan 19,50% pengetahuannya baik. Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R) menyebutkan 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali mengenai perubahan fisiknya saat puber. Bahkan hampir separuh (47,9%) remaja putri tidak mengetahui waktu puber (BKKBN, 2012). Masa remaja awal berada pada masa puber, yaitu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Gejala pubertas ini dapat di tandai dengan menarche atau haid pertama pada anak perempuan. Variasi pada usia saat terjadi pubertas menimbulkan banyak masalah pribadi maupun sosial bagi anak. Hal ini sebagai akibat dari ketidak matangan sosial dan kognitif (daya pikir) mereka dihubungkan dengan perkembangan fisik yang lebih awal (Hurlock, 2005). Seperti hadist berikut: Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid: dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.: (Al-Baqarah : 222).

4 Pentingnya pengetahuan remaja tentang perubahan fisik karena masa remaja merupakan masa stress full karena ada perubahan fisik dan biologis serta perubahan dari lingkungan, sehingga diperlukan suatu proses penyesuaian diri dari remaja. Ketidaktahuan remaja mengenai perubahan yang terjadi pada dirinya dan mengapa hal itu terjadi dan dapat menimbulkan rasa cemas dan malu. Mereka akan bertanya-tanya apakah perubahan itu suatu hal yang normal, apakah semua orang mengalaminya dan apa yang harus mereka lakukan dengan perubahan tersebut (BKKBN, 2010). Meningkatnya minat remaja pada masalah yang pernah terjadi pada dirinya, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai perubahan yang dialami. Hal tersebut akan menimbulkan sikap dan perilaku yang beresiko apabila remaja mendapatkan informasi tentang kesehatan reprodusi yang tidak tepat (Depkes RI, 2010). Remaja yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atau informasi yang jelas tentang perubahan fisik yang mereka alami kadang-kadang akan menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa lain, dan bingung. Terlihat ketika remaja ini mengalami perubahan yang paling dasar yaitu perubahan fisik. Konsekuensi dari perkembangan fisik ini akan lebih kompleks pada remaja putri. Salah satunya perubahan berat dan bentuk tubuh yang terkadang mengganggu geraknya bila ingin terlihat menarik di depan lawan jenisnya (Gunarsa, 2006). Pengetahuan juga merupakan salah satu komponen dalam pembentukkan sikap seseorang, dengan pengetahuan yang tidak memadai akan membuat remaja cenderung mengambil sikap

5 yang salah. Dampaknya jika remaja mempunyai pengetahuan tentang pubertas yang tidak memadai maka akan membuat remaja cenderung bersikap negatif tentang seksualitas (Ali dan Asrori, 2009). Hasil penelitian Fitri, dkk (2012) menyebutkan bahwa remaja putri cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi terutama masalah fisik (tubuh). Menurut Irawan (2010) sikap yang ditunjukan oleh remaja putri yaitu mereka merasa malu dengan perubahan yang terjadi seperti perubahan payudara, haid pertama, bertambahnya berat badan, adanya jerawat yang membuat mereka kurang percaya diri. Papalia dan Old (2001) mengatakan perubahan yang terjadi saat remaja terletak pada perubahan sikap, perilaku dan pertumbuhan fisiknya dimana pada saat remaja mudah sekali dipengaruhi faktor dari luar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dimana terjadi perbedaan pertumbuhan fisik antara lakilaki dan perempuan, yaitu terletak pada organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon yang berbeda. Penampilan yang berbeda serta bentuk tubuh akan berbeda akibat berkembangnya seks sekunder (Depkes RI, 2007). Orang tua sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan perubahan pada saat masa pubertas. Cara menyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana sesuai dengan pemahaman anak-anak. Penyampain yang baik kepada anak-anak, akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung, sehingga secara

6 alami anak-anak akan mengerti setiap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Hal yang penting supaya anak tidak merasa kaget, malu, gelisah, cemas, dan tertekan. Sehingga anak memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Orang tua memegang peran, posisi dan sentral yang penting bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Baik buruknya seorang anak pada perkembanganya, terutama pada masa remaja terlebih di masa era saat ini adalah karena peran dari orang tua (Yusi, 2007). Peran orang tua sangatlah penting untuk mengatasi masalah-masalah yang akan timbul pada anaknya dan peran orang tua sangatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh anakanak mereka. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Hal ini akan membawa remaja ke hal-hal yang yang positif seperti menunjukkan bahwa dia memiliki kompetensi-kompetensi. Sebaliknya jika orang tua tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orang tua dan nilai yang dianutnya. Hal ini bisa menjadi berbahaya jika lingkungan baru anak memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orang tua. Hal ini akan menimbulkan konflik baik berakar dari egositas anak yang memang sedang tinggi-tingginya maupun ketidak sabaran dan kekurang pahaman orang tua akan perubahan-perubahan anak. Hal yang harus dipertimbangkan oleh orang tua sejak anak lahir bahwa

7 setiap anak punya tugas atau target yang perlu dicapai pada setiap tahap perkembangan. Selain nature (faktor gen atau keturunan), aspek nurture seperti pendidikan luar dan adaptasi juga berperan penting (Bisono, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP N 2 Gamping, penulis memberikan pertanyaan pada remaja kelas VII dan VIII berusia 13-14 tahun yang sudah menarche yang tinggal bersama orang tua masing-masing. Dari 15 siswa mengetahui pengertian masa pubertas, tetapi tidak mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa pubertas. Hanya 5 siswa yang mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada saat masa pubertas, kebanyakan dari mereka hanya mengetahui perubahan fisik dan emosioanal. Hasil wawancara dan angket dari sekolah tersebut didapatkan bahwa orang tua juga kurang berperan dalam perubahan-perubahan yang terjadi pada anaknya pada saat masa pubertas. Melihat pentingnya masalah yang ada tersebut sehubungan dengan tingkat pengetahuan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas di SMP N 2 Gamping. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Apakah ada Hubungan Peran Orang Tua dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-Perubahan Masa Pubertas?.

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui peran orang tua terhadap remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas. b. Mengetahui pengetahuan remaja putri tentang perubahanperubahan masa pubertas. c. Mengetahui hubungan peran orang tua dengan perubahanperubahan masa pubertas pada remaja putri. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah pengetahuan bagi remaja putri tentang perubahan pada saat masa pubertas. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kurikulum dalam pendidikan keperawatan tentang hubungan peran orang tua dengan pengetahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan masa pubertas.

9 3. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Menambah wahana bacaan dan wawasan bagi para pembaca dan penelitian tentang Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas. 4. Bagi peneliti lain Sebagai sumber referensi dan meningkatkan pengetahuan mengenai Peran Orang Tua Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Masa Pubertas. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Materi Lingkup materi pada penelitian ini adalah tentang Hubungan Peran Orang Tua Dengan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan-perubahan Masa Pubertas, karena peran orang tua sangatlah penting untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mempersiapkan remaja tentang perubahan masa pubertas dengan alasan jika orang tua tidak berperan langsung maka akan terjadi gangguan pertumbuhan fisik, psikis maupun mental. 2. Lingkup responden Responden pada penelitian ini adalah remaja putri di SMP N 2 Gamping yang memenuhi kriteria sudah mengalami menarche dan tinggal bersama orang tua masing-masing berusia 13-14 tahun.

10 3. Lingkup waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan April 2016 yaitu sesuai dengan time schedule dimulai dengan kegiatan penentuan topik, pengumpulan data responden sampai dengan laporan hasil penelitian. 4. Lingkup tempat Penelitian di lakukan di SMP N 2 Gamping dengan pertimbangan masih ada masalah orang tua yang tidak berperan tentang perubahan pada masa pubertas remaja. F. Penelitian Terkait Penelitian oleh Dewi (2009) tentang Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Masa Pubertas Di Desa Kedungjati Kecamatan Sempor Kebumen. Menggunakan metode survey analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil yang diperoleh adalah peran orang tua dalam mendampingi anak menghadapi pubertas yang diteliti dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Respondan 69 hasilnya 76,67% mengetahui perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Sebanyak 52 responden (57,78%) mengerti perubahan yang terjadi pada masa pubertas. Sebanyak 53 responden (58,89%) menganggap tidak perlu untuk menjelaskan perubahan fisik yang terjadi pada masa puber kepada anak. Anak dianggap akan tahu dengan sendirinya jika dewasa, dan sebanyak 56 responden (62,22%) tidak menyediakan buku-buku tentang perkembangan tubuh kepada anak. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan

11 metode observasional korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional, tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling, perbedaan dengan penelitian ini adalah waktu penelitian, tempat, jumlah sampel, pengambilan sampel. Penelitian oleh Riska (2008) dengan judul Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks Dengan Perilaku Pubertas menggunakan metode survey dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional, yaitu variabel-variabel yang diteliti (variabel bebas dan terikat). Populasi adalah seluruh siswa di SMA Muh 6 Yogyakarta tahun 2008 jumlah 441 terdiri dari 222 putra dan 188 putri terbagi dalam 12 kelas. Hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai orang tua yang berperan dalam pendidikan seksual dalam kategori cukup yaitu 115 responden (48,13%). Responden paling sedikit adalah yang mempunyai orang tua yang berperan dalam pendidikan seksual kategori baik yaitu 42 responden (17,6%). Selanjutnya menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai perilaku kategori cukup yaitu 156 responden (65,5%). Responden paling sedikit adalah responden yang mempunyai kategori kurang yaitu 12 responden (5,06%). Hasil pengujian dengan SPSS didapatkan nilai koefisien korelasi kendal tau disimpulkan ada hubungan antara peran orang tua dengan pendidikan seks dengan perilaku remaja di SMP Muh 6 Yogyakarta tahun 2008. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan metode observasional korelasi dengan pendekatan

12 waktu cross sectional. Perbedaan waktu penelitian, dan jumlah sampel dan pengambilan sampel. Penelitian oleh Danis Wulandari (2007), dari Stikes Aisyiah Surakarta, Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan pada Masa Pubertas di Kelas XI SMA 1 Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling (α = 0,05) menggunakan metode kuesioner tertutup. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan perubahan pada masa pubertas, dalam kategorik baik 7 responden (17,5%), dalam kategorik cukup baik 31 responden (77,5%), dan kategorik kurang baui 2 responden (5 %). Perbedaan penelitian yang terdahulu dengan yang sekarang yaitu lokasi penelitian, cara pengambilan sampel dan ahsil penelitian. Persamaannya yaitu jenis penelitian dan teknik pengumpulan data dengan jenis kuesioner tertutup.