BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. telah lama dilakukan masyarakat Indonesia (Rahayu, dkk., 2002). Khasiat

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

Repositori FMIPA UNISMA

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

SKRIPSI KECEPATAN INDUKSI KALUS DAN KANDUNGAN EUGENOL SIRIH MERAH

BAB I PENDAHULUAN. biji. Setiap bagian tumbuhan akar, batang, daun dan biji memiliki senyawa

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

BAB I PENDAHULUAN. kedelai di Indonesia semakin meningkat seiring kesadaran masyarakat akan peran

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

I. PENDAHULUAN. memberikan sensasi seperti terbakar (burning sensation) jika kontak dengan

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (HST). Data hari muncul kalus yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tanaman, salah satunya adalah tanaman stevia (Stevia

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1.Hari Munculnya Kalus Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. kepopulerannya di masyarakat semakin meningkat. Salah satu penyebabnya adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (swelling). Kalus yang dihasilkan melalui kultur secara in vitro terbentuk karena

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

PENGARUH NAA DAN BAP TERHADAP INISIASI TUNAS MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA IN VITRO ABSTRAK

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alfalfa (Mediago sativa L.) merupakan tanaman asli daerah subtropis yang tumbuh liar di pegunungan Mediterania di sebelah barat daya Asia (Sajimin, 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat menyembuhkan penyakit kanker, diabetes, lupus, dan hepatitis (Hayati, 2010). Alfalfa dikenal sebagai penghasil klorofil yang digunakan sebagai bahan suplemen makanan yang dapat membantu meningkatkan fungsi metabolik dalam tubuh. Menurut Mardianingsih (2012), klorofil adalah molekul organik pada tumbuhan, memiliki struktur mirip dengan hemoglobin, di mana pada klorofil atom sentral Fe 2+ pada hemoglobin diganti dengan Mg 2+. Alfalfa juga mengandung karotenoid, asam amino, flavonoid, fito-estrogen, dan saponin. Peretty dan Horney (2007) menyatakan bahwa manfaat lain alfalfa adalah sebagai pakan ternak dan penghasil minyak. Alfalfa tergolong sumber hijauan pakan yang potensial dimanfaatkan untuk ternak ruminansia karena produktifitasnya tinggi serta didukung nutrisi yang baik dengan kandungan protein kasar berkisar 17,7 24,1% (Sirait, 2011). Selain mengandung protein, alfalfa juga mengandung vitamin dan mineral yang tinggi (Sajimin, 2011). 1

2 Allah berfirman dalam QS. An-Naba ayat 14-15 : Artinya: dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Dan kebun-kebun yang lebat? Al-Qur an surat An-Naba ayat 14-16 menerangkan bahwa Allah telah menurunkan air hujan yang banyak dibumi ini untuk menumbuhkan biji-bijian agar tumbuh tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang berada di muka bumi ini. Ayat di atas juga memberikan pelajaran kepada manusia agar manusia mau berusaha untuk memelihara dan menjaga ciptaan Allah, salah satunya dengan cara berkebun. Menurut Basyir (2011) dalam Tafsir Muyassar, dan Kami turunkan dari awan yang membawa hujan air yang tercurah dengan banyak, agar dengannya Kami tumbuhkan biji-bijian sebagai bahan pangan manusia, rumput-rumputan sebagai makanan ternak, dan kebun-kebun yang bertaut satu sama lain karena bercabang-cabang dahannnya?. Yang dimaksud kebun-kebun yang bertaut satu sama lain karena bercabang-cabang dahannnya adalah tanaman Alfalfa. Potensi yang besar dari alfalfa mendorong petani Indonesia untuk membudidayakannya. Namun, budidaya alfalfa di Indonesia masih terhambat dalam penyediaan benih. Rahmati dan Sitanggang (2006) dalam Hayati (2010) menyatakan bahwa biji Alfalfa yang dihasilkan dari tanaman yang ditumbuhkan di Indonesia tidak memiliki embrio sehingga tidak dapat dikecambahkan. Hal ini menyebabkan benih alfalfa masih harus diimpor dari Arab, Cina, dan Amerika.

3 Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam upaya perbanyakan alfalfa. Menurut Gunawan (1988), kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman dan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, dengan demikian bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Ibrahim (2010) menyatakan bahwa regenerasi tanaman melalui teknik kultur jaringan memiliki keuntungan karena menghasilkan tanaman baru dengan jumlah yang lebih banyak serta bebas dari penyakit. Kultur jaringan dapat digunakan juga untuk sarana penghasil senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder melalui kultur jaringan dapat diisolasi dari kalus atau sel (Wardani, 2004). Menurut Harahap (2005), ada 4 keuntungan dalam pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk produksi senyawa metabolit sekunder, yaitu menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang lebih konsisten dan dalam waktu lebih singkat, faktor lingkungan dapat diatur dan dikendalikan, mutu dari senyawa metabolit sekunder yang diproduksi lebih baik, dan dapat manipulasi pemakaian zat pengatur tumbuh. Hal ini juga diperkuat oleh Sitorus (2011) yang menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari kultur kalus, memiliki kadar lebih tinggi daripada metabolit yang diambil langsung dari tanamannya. Hal ini dikarenakan, dengan perlakuan cekaman yang diberikan dalam media kultur, dapat meningkatkan kandungan senyawa metobit sekunder sebagai respon dari tanaman untuk mempertahankan diri.

4 Selain kultur organ dalam kultur jaringan juga dikenal dengan kultur kalus atau callus culture yang merupakan kultur sekumpulan sel yang tidak terorganisir, hanya sel-sel parenkim yang berasal dari berbagai bahan awal (Dwi, 2012). Penelitian ini menggunakan kultur kalus dengan eksplan kotiledon Alfalfa,. Kalus yang dihasilkan dari proses kultur kalus dapat digunakan untuk memproduksi senyawa kimia khusus maupun untuk perbanyakan. Pembentukan dan pertumbuhan kalus dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komposisi media tumbuh. Rahayu (2003) menyatakan bahwa media yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah media Murashige dan Skoog (MS). Media MS mempunyai konsentrasi garam organik yang lebih tinggi dibanding media lain. Hal ini diperkuat oleh George dan Sherington (1993) dalam (Karjadi dan Bukhory, 2008), yang menyatakan bahwa media MS mengandung 40 mm N dalam bentuk NO3 dan 29 mm dalam bentuk NH4 +. Konsentrasi ini lebih besar dibandingkan dengan media-media lainnya. Asam 2,4-D diklorofenoksiasetat (2,4-D) merupakan zat pengatur tumbuh auksin yang sering ditambahkan dalam media kultur. Hendaryono dan Wijayanti (1994) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh ini bersifat stabil karena tidak mudah mengalami kerusakan oleh cahaya maupun pemanasan pada waktu sterilisasi. Menurut Rahayu (2003), penambahan 2,4-D dalam media akan merangsang pembelahan dan pembesaran sel pada eksplan sehingga dapat memacu pembentukan dan pertumbuhan kalus. Setyaningrum (2010) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh 2,4-D mutlak diperlukan untuk menginduksi kalus.

5 Selain zat pengatur tumbuh sintesis (2,4-D) yang ditambahkan dalam media MS, terdapat bahan organik yang biasanya ditambahkan dalam media kultur jaringan, yaitu air kelapa. Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan cair yang mengandung zat pengatur tumbuh (Surachman, 2011). Air kelapa mengandung ZPT alami (hormon) yang termasuk dalam golongan sitokinin, yakni 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin glukosida, dan zeatin ribosida. Selain itu, air kelapa juga mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa serta mengandung kadar K dan Cl yang tinggi (Kristina dan Syahid, 2012). Menurut Avia (2003), air kelapa selain mengandung sitokinin juga mengandung IAA (Indole Acetid Acid) yang merupakan kelompok auksin. Hidayat (2007) menyatakan bahwa auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan dalam media budidaya jaringan dalam konsentrasi yang sesuai dengan pertumbuhan yang diinginkan yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan kalus. Haryadi dan Pamenang (1983) dalam Surachman (2011) menyatakan bahwa air kelapa yang baik digunakan dalam kultur jaringan adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras tetapi masih dapat diambil dengan sendok. Beberapa penelitian mengenai air kelapa untuk menginduksi kalus telah dilakukan. Penelitian Ariati (2012) menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil dalam pembentukan kalus dari setiap medium perlakuan juga dipengaruhi adanya air kelapa dalam medium. Medium yang ditambah dengan air kelapa (Medium MS + 2 ppm 2,4-D + 15% Air kelapa, medium MS + 2 ppm 2,4-D + 0,2 ppm BAP + 15% air kelapa) akan menghasilkan kalus kakao yang sangat cepat yakni 6

6 hari sedangkan medium tanpa air kelapa (medium MS + 2 ppm 2,4-D dan Medium MS + 2 ppm 2,4-D + 0,2 ppm BAP) akan menghasilkan kalus sangat lama yakni 23 hari. Penelitian Naing (2011) menunjukkan bahwa presentase pertumbuhan kalus Coelogyne cristata terbaik dihasilkan pada media MS yang diberi 2 mg/l BA yang ditambah 5% air kelapa, yaitu sebesar 40%. Penelitian Guntoro (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil dalam pembentukan kalus dari setiap medium perlakuan dipengaruhi zat pengatur tumbuh sintetik dalam medium. Media yang ditambah dengan air kelapa (media MS + 1 mg/l 2,4-D + 15% air kelapa) menghasilkan berat kalus sebesar 0,08533 gram sedangkan media perlakuan hanya air kelapa konsentrasi (10%, 15%, dan 20%) tidak mampu menghasilkan kalus sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Beberapa penelitian untuk induksi kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) telah dilakukan yakni penelitian Rahayu (2010), kombinasi 2,4-D 1 mg/l dengan 2 mg/l kinetin mampu menunjukkan waktu inisiasi kalus Alfalfa tercepat, yaitu 5,4 hari dan berat kalus tertinggi, yaitu 1,398 gram. Dan perlakuan 2,4-D 1 mg/l dengan 2,5 mg/l kinentin mampu menunjukkan kandungan klorofil tertinggi (4,148 mg/l) dan karotenoid tertinggi (108,329 μmol/l). Hayati (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwasanya kombinasi BAP 0 ppm dan NAA 2 ppm mampu menunjukkan waktu inisiasi kalus tercepat, yaitu 4,4 hari dan berat kalus sebesar 0,1368 gram. Dari kombinasi perlakuan tersebut juga dihasilkan kalus berwarna kuning dan bertekstur kompak serta pertumbuhan kalus sebesar 100%.

7 Kombinasi antara asam 2,4 D diklorofenoksiasetat (2,4-D) dengan air kelapa digunakan agar diperoleh kalus yang baik yakni kalus yang bertekstur kompak dengan warna hijau bening hingga hijau kekuningan, di mana asam 2,4-D diklorofenoksiasetat (2,4-D) merupakan auksin sintesis dan air kelapa mengandung hormon sitokinin. Menurut Kristina dan Syahid (2007), penggunaan kombinasi antara auksin dengan sitokinin akan meningkatkan proses induksi kalus. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan penelitian mengenai pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa terhadap pertumbuhan dan kadungan klorofil total kalus Alfalfa (Mediago sativa L.) pada media MS. Pada penelitian ini, penggunaan kombinasi 2,4-D dan air kelapa dengan beragam konsentrasi untuk mendapatkan kombinasi zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil total kalus Alfalfa 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasi dengan air kelapa terhadap pertumbuhan kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS?

8 2. Bagaimana pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasi dengan air kelapa terhadap kandungan klorofil total kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasi dengan air kelapa terhadap pertumbuhan kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS. 2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasi dengan air kelapa terhadap kandungan klorofil total kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa terhadap pertumbuhan kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS. 2. Terdapat pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa terhadap kandungan klorofil total kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada media MS.

9 1.5 Manfaat Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Dapat digunakan sebagai dasar informasi mengenai pertumbuhan dan kandungan klorofil total kalus Alfalfa pada media MS yang diberi perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa. 2. Kalus yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder. 3. Kalus yang dihasilkan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif. 1.6 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benih Alfafa (Medicago sativa L.) diperoleh dari pemesanan melalui www.sambadafarm.com 2. Eksplan yang digunakan adalah kotiledon aseptik hasil dari perkecambahan biji Alfalfa (umur 7 hari). 3. Media Murashige dan Skoog (MS) sebagai media tanam. 4. Zat pengatur tumbuh yang digunakam adalah 2,4-D dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 mg/l 5. Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa muda (umur buah kurang dari 6 bulan, berwarna hijau), dengan ciri daging buah yang berwarna putih, lunak, dan mudah diambil dengan sendok dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20%. 6. Pengamatan dilakukan selama 30 hari.

10 7. Analisis kandungan klorofil kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) menggunakan Spektrofotometer. 8. Parameter yang diamati adalah waktu inisiasi kalus, berat basah kalus, persentase pertumbuhan kalus, warna kalus, dan tekstur kalus, serta kandungan klorofil total kalus.