BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL I METODE JALUR KRITIS (1)

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

Operations Management

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pertemuan V

BAB II KEPUSTAKAAN. untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

Operations Management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik proyek konstruksi adalah sebagai berikut ini. 1. Kegiatannya dibatasi oleh waktu.

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama

BAB III METODE PENELITIAN

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN

NETWORK (Analisa Jaringan)

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PROYEK TUJUAN

BAB II STUDI PUSTAKA

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

PERTEMUAN 9 JARINGAN KERJA (NETWORK)

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #5 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

Manajemen Waktu Proyek 10/24/2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DIAGRAM JARINGAN KERJA (Network Diagram)

Pertemuan 5 Penjadwalan

TESIS PENERAPAN METODE JARINGAN KERJA DALAM PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA PADA PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN PT.ARIYUS BERSINAR LESTARIJAYA MAKASSAR

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Optimisasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimal

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (WAKTU) PROYEK

Pertemuan 3 ANALISIS JARINGAN DENGAN PERT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

Analisis Optimasi Pelaksanaan Proyek Revitalisasi Integrasi Jaringan Universitas Kadiri Menggunakan Metode PERT Dan CPM

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

NETWORK PLANNING. Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3. Metode Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

MANAJEMEN PROYEK (CPM)

Pertemuan ke 10 Metode Jalur Kritis. Dalam Analisis CPM, dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju dan hitungan mundur.

BAB 2 LANDASAN TEORI. sehingga kerja bisa terselesaikan secara efektif dan efisien. Proyek memiliki karakteristik, yaitu :

LAPORAN RESMI MODUL VII PERT DAN CPM

BAB II DASAR TEORI Proyek Pengertian Proyek Menurut D.I. Cleland dan W.R. King definisi proyek sebagai berikut:

MINGGU KE-6 MANAJEMEN WAKTU (LANJUTAN)

REKAYASA SISTEM BAB I PENDAHULUAN

BAB2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

Manajemen Waktu Dalam Proyek

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM

Penjadwalan Proyek. Oleh Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun beberapa tinjauan pustaka yang penulis gunakan dalam penyusunan proposal ini adalah : a) Jurnal Optimasi Waktu Kerja Dengan Analisa Netwoork (PERT) pada PT MAJU GEMILANG MANDIRI. Pada jurnal ini membahas mengenai proyek pembangunan rumah tinggal di Villa Gading Indah M14, Kelapa Gading Jakarta Utara dengan menggunakan metode PERT. Dimana pada penelitian ini disimpulkan bahwa Jika menggunakan waktu yang dijadwalkan dari PT. Maju Gemilang Mandiri maka waktu penyelesaian proyek adalah 366 hari dan hasil olahan penulis dengan menggunakan metode PERT ini maka didapat waktu penyelesaian proyek yang diharapkan adalah 327 hari. Jadi dengan metode PERT ini waktu proyek yang dapat dipercepat adalah 39 hari. b) Analisis dan Simulasi Percepatan Aktivitas PERT (Program Evaluation And Review Technique) pada proyek pembangunan stadion baseball. Percepatan dengan metode PERT menggunakan model Matematika dan menggunakan konsep CPM menghasilkan penyelesaian waktu percepatan proyek dan biaya yang berbeda. Perbedaan yang terjadi sangat jauh berbeda. Dari waktu penyelesaian proyek sebesar 638 hari, dengan menggunakan optimasi dari model matematika yang telah dikonstruksikan hanya berkurang sebanyak 4 hari dengan tambahan biaya yang cukup besar yaitu 42 juta rupiah. Sedangkan dengan menggunakan konsep dari CPM, dengan dengan biaya yang sama dapat mempercepat sebanyak 73 hari dari penyelesaian awal. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep CPM pada percepatan kegiatan PERT lebih efisien daripada menggunakan dari model optimasi yang telah dikonstruksikan. 2.2 Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasi 2.2.1 Pengertian Manajemen

Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, pasti dihadapkan pada kendala-kendala yang menghambat tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan atau organisasi supaya dapat menciptakan suatu kerjasama yang baik guna mencapai tujuannya membutuhkan suatu sistem yang disebut manajemen. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2003) yang mendefinisikan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Koontz yang dikutip oleh Soeharto (1997) menyatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan maupun organisasi terhadap usaha-usaha para anggotanya serta penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 2.2.2 Pengertian Manajemen Operasional Ilmu manajemen terbagi menjadi beberapa bidang, salah satu diantaranya adalah Manajemen Operasional. Fogarty yang disadur oleh Eddy Herjanto (2003) mendefinisikan manajemen produksi dan operasi adalah sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan menurut Chase, Aquilano, Jacobs (2001) mendefinisikan bahwa Manajemen Operasional (MO) adalah definisi dari desain, operasional, dan perbaikan dari sistem yang membuat dan menyampaikan produk utama dan jasa-jasa perusahaan. Pengertian lainnya Sofjan Assauri (1999) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Berdasar pendapat diatas dapat disimpulkan manajemen operasi merupakan proses pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya secara

efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. 2.3 Pengertian Proyek 2.3.1 Definisi Proyek Aktivitas perusahaan sangatlah bermacam-macam namun ada aktivitas yang kegiatannya hanya berlangsung sekali dimana dalam aktivitas tersebut kegiatannya tidak terjadi pengulangan atau dalam artian aktivitas tersebut memiliki saat awal dan saat akhir. Kegiatan yang seperti itulah yang dinamakan proyek. Eddy Herjanto (2003) menyebutkan bahwa proyek meliputi tugas-tugas tertentu yang dirancang secara khusus dengan hasil dan waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu dan dengan keterbatasan sumber daya. Sedangkan menurut Chase, Aquilano, Jacobs (2001) mendefinisikan proyek sebagai suatu rangkaian kegiatankegiatan yang saling berhubungan, biasanya mengarahkan pada beberapa keluaran utama dan membutuhkan kejelasan untuk menjalankan periode waktu tertentu. Selain itu menurut Soeharto (1997) mengemukakan bahwa kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokas sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya yang tersedia yang bertujuan untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. 2.4 Alur Proses Pemasangan Pipa / Job Description Adapun alur dari proses proyek pemasangan pipa terbagi menjadi empat bagian penting, yaitu : a) Pekerjaan Persiapan. Pada proses persiapan hal-hal yang perlu dikerjakan ialah : Mobilisasi yaitu penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber daya Alat (SDA). Dimana pada SDM, perusahaan akan

mendatangkan tenaga ahli di bidang pekerjaan tertentu dan tenaga harian biasa. Melakukan pekerjaan pengukuran diikuti dengan pematokan batas (station 25 m). Pada saat melakukan pekerjaan pengukuran, disaat bersamaan akan diadakannya pembuatan valve cover lengkap dengan pipa penghubung. b) Pekerjaan Pengadaan Pipa dan Aksesoris Pipa. Pada pekerjaan pengadaan pipa dan aksesoris inilah sering kali menjadi penyebab maju atau terlambatnya waktu pengerjaan suatu proyek di karenakan dipengaruhi faktor ketidak pastian yang cukup tinggi. Contoh ketidakpastian ini misalnya pada saat pemesanan pengadaan pipa ke pabrik atau toko, barang yang kita pesan ready stock atau unready stock. c) Pemasangan Pipa Dan Aksesoris Setelah pipa dan aksesoris datang dan pekerjaan galian telah selesai dikerjakan, maka akan dilakukan pekerjaan pemasangan pipa dan aksesoris. Di saat yang bersamaan juga dilakukan pekerjaan pemotongan besi untuk pembuatan reservoar dan bak pelepas tekan. Setelah pemotongan besi dan material siap, maka akan dilakukan proses pembuatan reservoar dan bak pelepas tekan. d) Pengetesan Pipa Setelah pekerjaan pemasangan pipa dan pembuatan reservoar serta bak pelepas tekan selesai di kerjakan, maka akan dilakukan pengetesan terhadap sistem pipa tersebut. Apabila sistem pipa tersebut tidak berjalan semestinya dengan kata lain mengalami kegagalan maka akan dilakukan perbaikan pada kerusakan pipa tersebut. Sedangkan apabila sistem pipa berfungsi dengan baik maka pekerjaan dapat dikatakan telah benar. e) Pembersihan Setelah pemasangan pipa selesai dan tidak terjadi kebocoran, maka akan dilakukan proses pembersihan total. START Pekerjaan Persiapan - Mobilisasi SDA SDM - Pekerjaan Pengukuran, Pematokan Pengadaan Pipa dan Aksesoris Pemasangan Pipa dan Aksesoris Tidak

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pekerjaan Pemasangan Pipa

2.5 Network Planning 2.5.1 Definisi Network Planning Teknik-teknik manajemen yang digunakan terdapat salah satu teknik yang biasa digunakan dalam perencanaan dan pengawasan proyek, teknik tersebut dinamakan dengan Network planning. Menurut Eddy Herjanto (2003) mendefinisikan bahwa perencanaan jaringan kerja (Network planning) adalah satu model yang banyak digunakan dalam penyelenggaraan proyek, yang produknya berupa informasi mengenai kegiatankegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja yang bersangkutan. Sedangkan Sofwan Badri (1997) mengemukakan bahwa Network planning prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variables) yang digambarkan/divisualisasikan dalam diagram Network. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan orang dapat digeser ke tempat lain demi efisiensi. Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian Network planning adalah suatu perencanaan dan pengendalian proyek yang mengambarkan hubungan ketergantungan antara tiap pekerjaan yang digambarkan dalam diagram Network. 2.5.2 Manfaat Network Planning Handoko (2000) mengemukakan manfaat Network planning bagi suatu proyek antara lain: a. Perencanaan suatu proyek yang kompleks b. Schedulling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan-urutan yang praktis dan efisien c. Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang tersedia d. Schedulling ulang untuk mengatasi hambatan-hambatan dan keterlambatanketerlambatan e. Menentukan trade-off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan biaya f. Menentukan profitabilitas penyelesaian suatu proyek 2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Network Planning Kelebihan Network planning adalah: a. Menunjukkan susunan yang logis antar kegiatan

b. Menunjukkan hubungan timbal balik antara pembiayaan dan waktu penyelesaian proyek c. Membantu menunjukkan kegiatan-kegiatan yang paling mendesak atau kritis dan pengaruh keterlambatan dari suatu kegiatan terhadap waktu penyelesaian proyek Sedangkan kekurangan Network planning antara lain: a. Tidak menunjukkan skala waktu seperti halnya dengan gantt chart b. Kemajuan tidak dapat ditunjukkan c. Posisi perjalanan atau proses tidak dapat dilihat dalam diagram 2.5.4 Kegunaan Network Planning dalam Manajemen Proyek Dari segi penyusunan jadwal, Network planning dipandang sebagai salah satu langkah penyempurnaan metode bagan balok, karena dapat memberi jawaban atas pertanyan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode tersebut, seperti : a. Berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dan hubungannya dengan penyelesaian proyek c. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimna pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Kegunaan Network planning adalah : a. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks b. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis c. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya 2.5.5 Pengertian Kegiatan, Peristiwa dan Lintas Kritis Pada hakekatnya kegiatan adalah proses interaksi input yaitu sumber daya dengan keterampilan, untuk menghasilkan output, berupa produk tertentu. jadi, dapatlah dikatakan bahwa kegiatan merupakan suatu sistem. Hubungan proyek dengan kegiatan merupakan komponen-komponen sistem yang tersusun membentuk sebuah proyek, dan merupakan turunan dari sebuah proyek sedangkan proyek adalah hasil integrasi beberapa kegiatan. Handoko (2000) menyatakan bahwa kegiatan (activity) merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan; kegiatan mengkonsumsi waktu dan sumber daya serta mempunyai waktu mulai dan waktu berakhir.

Pendapat diatas dapat disimpulkan jika jaringan kerja memecah jaringan proyek tersebut memiliki sifat-sifat: a. Memerlukan waktu dan sumber daya b. Waktu mulai dan berakhir dapat diukur dan diberi tanda c. Dapat berdiri sendiri dan dikelompokkan menjadi paket atau SRLK (Struktur Rincian Lingkungan Kerja) Akan tetapi yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan proyek adalah lintasan kritis, hal ini dikarenakan keterlambatan kegiatan kritis dapat mengganggu (memperpanjang) waktu penyelesaian seluruh proyek. Menurut Herjanto (2003) menyebutkan bahwa lintasan kritis merupakan lintasan dengan jumlah waktu yang paling lama dibandingkan dengan semua lintasan yang lain mungkin. Jumlah waktu pada lintasan kritis sama dengan umur proyek. Pengertian-pengertian diatas dapat diketahui jika antara kegiatan, peristiwa dan lintas kritis saling berhubungan. Dimana jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. 2.5.6 Beberapa Ketentuan dalam Network Planning Subagyo, Asri dan Handoko (1999) mengemukakan ketentuan dalam Network planning sebagai berikut : a. Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahuluinya harus selesai dilakukan b. Gambar anak panah hanya sekedar menunjukkan urutan dalam mengerjakan pekerjaan saja dan panjang anak panah dan letaknya tidak menunjukkan letak pekerjaan c. Nodes (lingkaran yang menunjukkan kejadian diberi nomor sedemikian rupa, sehingga tidak terbatas nodes yang mempunyai nomor sama) d. Dua buah kejadian (events) nama bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak panah) e. Network hanya dimulai dari satu kegiatan awal (initial event) yang sebelumnya tidak ada pekerjaan yang mendahuluinya, disamping itu Network diakhiri oleh satu kejadian akhir (terminal akhir) 2.5.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Network Planning Faktor-faktor yang mempengaruhi Network Planning menurut Eddy Herjanto (2003) adalah :

a. Analisis terhadap jadwal waktu selesainya proyek b. Masalah yang mungkin timbul kalau terjadi keterlambatan c. Probabilitas selesainya proyek d. Biaya yang diperlukan dalam rangka penyelesaian proyek 2.5.8 Simbol-simbol dalam Network Planning Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatankegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan Network diagram dapat dilihat kaitan suatu kegiatan dengan kegiatankegiatan yang lainnya, juga dapat diketahui atau lintasan mana yang kritis. Menurut Eddy Herjanto (2003) untuk dapat membaca dengan baik suatu diagram jaringan kerja perlu dijelaskan pengertian dasar hubungan antar simbol yang ada. Simbol-simbol tersebut sebagai berikut: a) Anak Panah Anak panah menggambarkan kegiatan (activity). Arah anak panah menunjukkan arah kegiatan, sehingga dapat diketahui kegiatan yang mendahului ataupun kegiatan yang mengikutinya. Dibawah ini adalah beberapa cara penulisan cara kegiatan dan waktunya. Dalam suatu diagram jaringan kerja, panjang anak panah tidak berbanding secara proporsional dengan waktu kegiatan, tetapi lebih berfungsi untuk menggambarkan hubungan antar kegiatan. Dengan demikian, mungkin terjadi suatu kegiatan yang memerlukan waktu yang lebih lama dari satu kegiatan lain, tetapi digambarkan dalam panjang anak panah yang lebih pendek. Bentuk anak panah juga tidak harus garis lurus, namun dapat berupa garis lengkung atau garis patah, atau atas pertimbangan estetika penampilan yang lebih menarik. Bentuk anak panah dapat disesuaikan dengan keadaan jaringan kerjanya, selama jelas menunjukkan arah. Gambar 2.2 Anak Panah Kegiatan

b) Lingkaran Lingkaran menggambarkan peristiwa (event). Setiap kegiatan pasti dimulai dengan peristiwa juga, yaitu peristiwa mulainya kegiatan dan peristiwa selesainya kegiatan tersebut. Untuk membedakan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, maka setiap peristiwa diberi nomor. Penomoran biasanya dilakukan secara ascending order, yaitu dari nomor kecil ke nomor yang lebih besar. Penomoran yang memiliki jarak akan lebih baik, karena memberikan keleluasaan apabila perlu menyisipkan suatu kegiatan tambahan. Gambar 2.3 Lingkaran Peristiwa c) Anak Panah Terputus-putus (dummy) Anak panah terputus-putus (dummy) menunjukkan suatu kegiatan semu. Dummy diperlukan untuk menggambarkan adanya hubungan diantara dua kegiatan, karena dummy merupakan kegiatan semu maka hubungan antar peristiwa tidak perlu diperhitungkan karena tidak memiliki nama dalam perhitungan waktu, sumber daya dan ruangan, sehingga lama kegiatannya adalah sama dengan nol. Dummy terdiri dari dua macam, yaitu: a. Grammatical dummy diperlukan untuk menghindari kerancuan penyebutan suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari perstiwa yang sama (misalnya i) dan berakhir pula pada peristiwa yang sama pula (misalnya j).

Gambar 2.4 Grammatical dummy b. Logical dummy digunakan untuk memperjelas hubungan antar kegiatan. Misalnya, terdapat hubungan seperti pada gambar 2.5 Hubungan ini dapat dibaca bahwa kegiatan D dan E dapat dimulai setelah kegiatan A, B, C selesai. Maksud yang sesungguhnya, kegiatan D dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai, sedangkan kegiatan E dapat dimulai setelah kegiatan A, B, C selesai. Untuk menggambarkan logika ini maka diperlukan dummy yang dapat memperjelas maksud tersebut. Gambar 2.5 Logical dummy 2.5.9 Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan Hubungan antar simbol dan kegiatan ini menurut Sofwan Badri (1997) dinyatakan sebagai berikut : a. Aktivitas B baru dapat dimulai sesudah aktivitas A selesai dikerjaan (hubungan seri). Gambar 2.6 Diagram Network b. Aktivitas B baru dapat dimulai sesudah aktivitas A selesai. Demikian pula aktivitas C, baru dapat dimulai bila A sudah selesai.

Gambar 2.7 Hubungan Kegiatan 1 c. Aktivitas C baru dapat dimulai bila aktivitas-aktivitas A dan B (kedua-duanya) sudah selesai. Demikian aktivitas D, baru dapat dimulai bila A dan B sudah selesai pula. Gambar 2.8 Hubungan Kegiatan 2 d. Aktivitas C tergantung dari (harus didahului oleh) aktivitas A dan X (X=Aktivitas semu). Oleh karena itu aktivitas X tergantung dari aktivitas B, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas C tergantung dari aktivitas A dan B, diisi aktivitas D hanya tergantung dari aktivitas B saja (hubungan paralel). Gambar 2.9 Hubungan Kegiatan 3 2.5.10 Langkah-langkah dalam Pembentukan Network Planning Menurut Jay Heizer dan Barry Render yang diterjemahkan oleh Kresnohadi Arinoto (2001) langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan Pada langkah ini dilakukan pengkajian dan pendefinisian lingkup proyek, mengurai atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. 2. Menyusun hubungan antar kegiatan

Pada langkah ini, disusun kembali komponen-komponen pada butir pertama sesuai dengan logika ketergantungan. 3. Menyusun Network diagram yang menghubungkan semua kegiatan Pada langkah ini, hubungan antara kegiatan yang telah disusun pada butir kedua, disusun menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. 4. Menetapkan waktu untuk setiap kegiatan Memberikan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan menguraikan lingkup proyek, seperti tersebut pada langkah pertama. Terdapat perbedaan pokok dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan antara CPM dan PERT. Yang pertama menggunakan angka perkiraan tunggal atau deterministik, sedangkan yang kedua menggunakan tiga angka perkiraan atau probabilistik. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada Network diagram Pada tahap ini, dari Network diagram yang disusun pada butir ketiga, dilakukan perhitungan majudan perhitungan mundur. Dari kedua perhitungan tersebut, dihitung float dan diidentifikasi jalur kritisnya. 5. Melakukan analisis waktu, biaya dan sumber daya Setelah langkah tersebut diatasa selesai, dilanjutkan dengan melakukan analisis waktu, biaya dan sumber daya yang meliputi : a. Menentukan kuun waktu proyek yang paling optimal dilihat dari segi biaya. Ditunjukkan untuk memilih berbagai alternatif kurun waktu proyek dilihat dari segi biaya. b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya Ditujukan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan proyek, dengan jalan sejauh mungkin mencegah terjadinya naik turun yang terlalu tajam dalam waktu yang relatif terhadap keperluan sumber daya, misalnya keperluan sumber daya. 2.5.11 Metode Network Planning Berbagai macam analisis jaringan kerja, yang sangat luas pemakaiannya adalah metode jalur kritis (CPM-Critical Path Method), dan teknik evaluasi dan review proyek (PERT-Project Evaluation and Review Technique).

2.5.11.1 Metode PERT Metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang dikenal sebagai PERT ini, untuk pertama kali dikembangkan pada tahun 1957 oleh kantor proyek khusus angkatan laut yang bekerjasama dengan Booz, Allen, dan Hamilton. PERT adalah metode penjadwalan proyek berdasarkan jaringan yang memerlukan tiga dugaan waktu untuk tiap kegiatannya: optimis, paling mungkin, dan pesimis, dengan menggunakan tiga dugaan waktu mulai awal dan akhir standar untuk tiap kegiatan atau kejadian. waktu, yaitu: PERT menggunakan pendekatan statistik dengan tiga angka perkiraan 1. Dugaan waktu optimal (a), yaitu waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya berjalan tanpa hambatan sedikitpun. 2. Dugaan waktu paling mungkin (m), yaitu waktu yang paling sering terjadi dibandingkan dengan yang lainnya, bila berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. 3. Dugaan waktu pesimis (b), yaitu waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan bila segalanya ada hambatan. Menurut Budi Santosa (2003) untuk menghitung kurun waktu yang diharapkan (expected duration time), yaitu dengan menggunakan rumus : a 4m b Te... (2.1) 6 b a S... (2.2) 6 2 b a V 6... (2.3) Keterangan : Te = kurun waktu yang diharapkan S = Standar Deviasi Kegiatan V = Varians Kegiatan a = Dugaan Waktu Optimal b = Waktu Pesimis m = Waktu yang paling mungkin 2.5.11.1.1 Target Jadwal Penyelesaian (TD)

Dalam metode PERT, selain menghitung waktu standar deviasi, varians dan kurun waktu yang diharapkan perlu juga adanya target jadwal penyelesaian proyek. Pada penyelenggaraan proyek, sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan (milestone) dengan masing masing target jadwal atau tanggal penyelesaian yang telah ditentukan. Pimpinan proyek atau pemilik acapkali menginginkan suatu analisis untuk mengetahia kemungkinan/kepastian mencapai target jadwal tersebut. Menurut Budi Santosa (2003) hubungan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target (d) pada metode PERT dinyatakan dengan z dan dirumuskan sebagai berikut : T ( d) T ( E) z... (2.4) S Keterangan : z = deviasi waktu T(d) = Target Jadwal penyelesaian T(E) = Jumlah Te kegiatan-kegiatan Kritis S = Standar Deviasi Hasil dari nilai z (deviasi Waktu) dapat di hitung menggunakan tabel distribsi normal. Perlu ditekankan disini bawa dalam menganalisis kemungkinan perlu dikesampingkan adanya usaha-usaha tambahan guna mempercepan penyelesaian pekerjaan, misalnya dengan penambahan sumber daya. Dengan diketahui indikasi berapa persen kemungkinan tercapainya target jadwal suatu kegiatan, maka hal ini merupakan informasi yang penting bagi pengelola proyek untuk mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan. 2.5.11.2 Metode CPM (Critical Path Method) Metode lintasan kritis (CPM) pertama digunakan pada proyek konstruksi perusahaan Du Pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Metode ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu, dan untuk proyek-proyek riset dan pengembangan (R&D). Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya tawarmenawar atau trade-off jadwal waktu dan biaya proyek.

Critical Path Method (CPM) adalah metode jaringan kerja yang mendasar yang menggunakan keseimbangan waktu dan biaya linear. Setiap aktivitas dapat diselesaikan kurang dari waktu normal dengan cara memintas kegiatan untuk memberikan biaya. Dengan demikian jika penyelesaiannya waktu normal tidak memuaskan beberapa aktivitas tertentu dapat dipintas untuk menyelesaikan proyek dnegan waktu yang lebih sedikit dengan biaya yang terbaik. Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenalkan beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut: a. TE = E Waktu paling awal peristiwa dapat terjadi (Earliest Time Of Occurrance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai,karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai. b. TL = L Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (Latest Allowable Event,Occurrance Time), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. c. ES (Earliest Start Time) Waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. d. EF (Earliest Finish Time) Waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. e. LS (Latest Allowable Start Time) Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai. Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. f. LF (Latest Allowable Finish Time) Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek. g. D (Duration) Kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.

h. S (float) Jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan. Syarat umum dari suatu jalur kritis: a. Pada kegiatan pertama ES = LS = 0 b. Pada kegiatan terakhir EF = LF c. Total Float = 0 2.5.11.3 Persamaan dan Perbedaan PERT dan CPM Menurut Herjanto (2003), persamaan dan perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut: A. Persamaan antara PERT dan CPM 1. Sama-sama merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam menentukan perencanaan, pengendalian dan pengawasan proyek. 2. Keduanya menggambarkan kegiatan-kegiatan dari suatu proyek dalam jaringan kerja. 3. Keduanya dapat dilakukan berbagai analisis untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan waktu, biaya atau penggunaan sumber daya. B. Perbedaan antara PERT dan CPM 1. CPM menggunakan satu jenis waktu untuk taksiran waktu kegiatan, sedangkan PERT menggunakan tiga jenis waktu : a. Prakiraan waktu paling optimis b. Prakiraan waktu paling mungkin c. Prakiraan waktu paling pesimis 2. CPM menganggap proyek terdiri dari kegitan-kegiatan yang membentuk satu atau beberapa lintasan, sedangkan PERT menganggap proyek terdiri dari peristiwa yang susul menyusul. 3. CPM menggunakan pendekatan activity on arrow (AOA), yang menggunakan anak panah sebagai representasi dari kegiatan. Sedangkan PERT menggunakan pendekatan activitty on node (AON), yang menggunakan lingkaran atau (node) sebagai simbol kegiatan. Pada prinsipnya antara metode PERT maupun CPM memiliki fungsi yang sama yaitu digunakan dalam suatu perencanaan, pengendalian dan pengawasan suatu proyek. Selain itu juga antara PERT dan CPM sama-sama menggunakan model

jaringan yang mempunyai bentuk dan disusun berdasarkan prinsip yang sama. Tetapi yang membedakannya adalah PERT digunakan pada proyek yang tidak berulang, yaitu pekerjaan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan tidak akan dilaksanakan kembali dengan cara yang sama persis pada waktu yang akan datang. Sedangkan CPM dipergunakan dalam proyek yang mempunyai data biaya dari masa yang lampau dan memungkinkan untuk seorang manajer dapat menyelesaikan suatu pekerjaan alam waktu yang sesingkat mungkin dengan penambahan biaya yang seminimal mungkin. Inilah yang membuat mengapa CPM dikatakan lebih memperhatikan faktor biaya disamping waktu. 2.6. Cara Perhitungan Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES. Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). 1. Hitungan Maju Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E) 2. Hitungan Mundur Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L). Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

b a c kegiatan Waktu b a c Gambar 2.10 Bagian Event Keterangan: a = ruang untuk nomor event b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur 2.6.1 Cara Perhitungan Jalur Kritis menggunakan Program WinQSB WinQSB adalah program komputer yang digunakan oleh para manajer dan pembuat keputusan, baik di kalangan perusahaan maupun instansi pemerintah. Program WinQSB memiliki 19 modul yang sudah sangat populer di dalam dunia manajemen, sehingga saat ini merupakan program pendukung keputusan (decision support systems) paling lengkap yang tersedia di pasar. Beberapa modul tersebut di antaranya adalah linear programming dengan berbagai variasinya (mulai dari yang linear dan nonlinear, hingga yang integral dan kuadratik), analisis jaringan (ada network modeling, dynamic programming, PERT/CPM), teori antrian (queuing analysis dan queuing system simulation), teori persediaan (termasuk MRP atau material requirements planning), penjadwalan produksi, hingga ke penentuan lokasi bangunan atau departemen yang optimal, sehingga tidak timbul pemborosan. 2.6.1.1 Program WinQSB Untuk menjalankan program WinQSB, komputer terlebih dahulu kita hidupkan dan masuk ke jaringan dengan mengetikkan User name 1) Setelah muncul kotak dialog Login, ketikkan User anda sesuai dengan nomor mahasiswa anda, kemudian klik OK 2) Setelah Windows aktif, klik tombol Start pada Task Bar, klik Program, dan klik WinQSB, klik PERT_CPM, muncullah tampilan WinQSB modul PERT_CPM. 2.6.1.2 Modul CPM

CPM adalah singkatan dari Critical Path Method, atau adapula yang menyebutnya CPA atau Critical Path Analysis. Metode ini digunakan untuk menganalisa proyek yang terdiri dari banyak aktivitas yang disusun dalam bentuk jaringan kerja. Setiap aktivitas diasumsikan mempunyai waktu permulaan, waktu penyelesaian dan biaya tertentu. Setiap aktivitas dapat digambarkan sebagai aktivitas pada node (aktivity on node). Ciri-ciri dari jaringan kerja yang disusun dengan WinQSB ini adalah : 1) Setiap aktivitas diberi nama 2) Setiap aktivitas ditentukan predesesor/pendahulunya berdasarkan informasi yang tersedia 3) Setiap aktivitas diisi jumlah biaya untuk waktu normalnya (normal time), dan waktu percepatannya (crash time) 2.6.1.3 Menu CPM Pada modul ini, node digunakan untuk menunjukkan suatu aktivitas dan garis panah menunjukkan hubungan ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan sebelumnya. Menu modul CPM terdiri dari dua (2) baris yaitu: 1) Baris menu yang berisi a) Menu File, yang berisi perintah: 1.a.1. New Problem, untuk membuat/membuka file baru 1.a.2. Load Problem, untuk membuka file yang sudah ada (*.cpm) 1.a.3. Exit, untuk keluar dari program b) Menu Help, yang berisi informasi seputar program 2) Baris standart tools, yang berisi perintah-perintah: a) New Problem b) Load Problem c) Save As d) Print e) Exit/Close f) Cut g) Copy h) Paste i) Number Format j) Select Font

k) Left-Align l) Center m) Right-Align n) Row Height o) Column Width p) Run and Solve The Critical Path Crashing Analysis 2.6.1.4 Modul PERT PERT adalah singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. Dalam metode ini masih digunakan analisa suatu jaringan kerja proyek yang datanya sedikit berbeda. Data proyek untuk metode PERT ini untuk satu kegiatan dilengkapi dengan tiga jenis waktu pengerjaan, yaitu waktu optimis, waktu realistis, dan waktu pesimis. Aktivitas digambarkan dengan node atau yang disebut dengan AON (activity on node). Aktivitas dapat diberi nama, sedangkan defaultnya adalah A, B, C, dan seterusnya. Dalam metode AON, garis panah menggambarkan hubungan antar aktivitas. Setiap node harus diberi nomor, meskipun tidak urut. Dua node tidak boleh memiliki nomor yang sama. 2.6.1.5 Menu PERT Pada modul ini, node digunakan untuk menunjukkan suatu aktivitas dan garis panah menunjukkan hubungan ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan sebelumnya. Menu modul PERT sama dengan menu modul CPM, yaitu seperti yang telah dibahas di atas.