ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

Sekapur Sirih. Purwokerto, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Ir. Suherijatno

SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

DISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ABSTRACT

The Potency of Secondary Crops in Regional Development of Banyumas Regency. Altri Mulyani; Alpha Nadeira Mandamdari *

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. kayu dan kedelai selama 4 tahun Alasan memilih Provinsi Jawa Timur

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN BANYUMAS

HASIL-HASIL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan merupakan proses perubahan secara terus menerus dan

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi

Purwokerto, Juli 2013 Juni Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas. Ir. H. SUGIYATNO, MM NIP

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

KANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM TAHUN 2003 DAN 2012 DI KABUPATEN BANYUMAS THE IODINE CONTENT IN SALT IN BANYUMAS DISTRICT ON 2003 AND 2012.

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN BANYUMAS PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

PEMETAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di hutan atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana mana

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari perencanaan pembangunan menurut Basuki (2008) adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFICATION OF POTENTIAL INVESTMENT COMMODITY FOOD CROPS POTENTIAL IN NORTH SUMATRA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN

POTENSI KABUPATEN BANYUMAS SEBAGAI DAERAH BINAAN BPT-HMT BATURRADEN DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN BIBIT SAN PERAH DI TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Jones (Daldjoeni, 1986 : 9), geografi menelaah aspek-aspek dari

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Transkripsi:

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS Oleh *) Rian Destiningsih Email : riandestiningsih@untidar.ac.id Abstrak Stabilitas ketahanan pangan dapat terwujud salah satunya ketika ketersediaan pangan terjamin dengan berlandaskan kemampuan sumber daya lokal (wilayah). Kemampuan sumber daya lokal dapat terlihat ketika suatu wilayah mampu menghasilkan komoditas pangan untuk memenuhi konsumsi wilayah sendiri dan menjualnya ke wilayah lain disekitarnya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten Banyumas yang meliputi 27 wilayah kecamatan. Penelitian ini guna mengidentifikasi komoditas pangan unggulan dan berpotensi pada masa yang akan datang di tiap kecamatan dengan menggunakan perbandingan Static Location Quotient (SLQ) serta Dynamic Location Quotient (DLQ). Komoditas pangan yang akan diuraikan yaitu komoditas pangan untuk sumber karbohidrat dan sumber protein. Berdasarkan hasil perbandingan nilai SLQ dan DLQ kurun waktu 2008-2014 untuk sumber karbohidrat diketahui terdapat 17 kecamatan yang berpotensi unggul pada masa yang akan datang pada komoditas padi sawah, 7 kecamatan kecamatan yang berpotensi unggul pada masa yang akan datang pada komoditas padi ladang. Untuk komoditas jagung berpotensi unggul pada masa yang akan datang terdapat 5 kecamatan, ketela pohon ada 8 kecamatan, komoditas ubi jalar ada 3 kecamatan. Untuk sumber protein nabati komoditas kedelai berpotensi unggul pada masa yang akan datang terdapat 8 kecamatan, komoditas kacang hijau ada 2 kecamatan, komoditas kacang tanah ada 8 kecamatan. Kata Kunci : Komoditas unggulan, SLQ, DLQ, sumber karbohidrat, sumber protein Pendahuluan Kondisi ketahanan pangan Kabupaten Banyumas masih rendah pada level rumah tangga baik di perdesaan maupun perkotaan (Barokatuminalloh dan Neni Widayaningsih, 2011). Upaya menjaga stabilitas ketahanan pangan yaitu dengan menjamin ketersediaan pangan yang dapat diwujudkan melalui pengembangan sistem produksi komoditas pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal dengan peningkatan produksi komoditas pangan. Sejalan dengan Pasal 2 PP No. 68 tahun 2002, sistem ketahanan pangan harus berlandaskan kemampuan sumber daya lokal (wilayah) dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan wilayah dan nasional. Untuk memantapkan ketahanan pangan nasional, diharapkan setiap wilayah dapat mengembangkan potensi produksi komoditas pangannya sehingga dapat menopang kebutuhan regional maupun nasional. Pengembangan komoditas tersebut diharapkan mampu mengimbangi jumlah penduduk yang terus bertambah. Pada tataran tingkat wilayah, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah pengembangan komoditas andalan pangan. Kabupaten Banyumas berupaya

untuk memberdayakan sumber daya lokal agar dapat memenuhi kebutuhan pangan lokal dan diharapkan mampu mensuplai kebutuhan pangan nasional, serta dapat dijadikan sebagai sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan perekonomian Kabupaten Banyumas. 1 Mengingat Kabupaten Banyumas memiliki beragam komoditas pangan yang memungkinkan untuk dapat mendukung ketahanan pangan nasional. Mengingat bahwa pada dasarnya Kabupaten Banyumas mempunyai keunggulan komparatif sebagai wilayah agraris yang di dukung dengan sumberdaya yang melimpah, maka demi terwujudnya ketahanan pangan yang kuat, Kabupaten Banyumas hendaknya memberdayakan potensi komoditas pangan yang ada pada setiap wilayahnya dengan terencana, terkoordinasi dan terspesialisasi. Penelitian berfokus pada peningkatan ketahanan pangan melalui identifikasi komoditas pangan unggulan dan berpotensi pada masa mendatang tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu Barokatuminalloh dan Neni Widayaningsih dalam Prosiding SemNas 23-24 Nopember 2011 melakukan kajian tentang pengembangan sumberdaya pedesaan dan kearifan lokal berkelanjutan dengan tujuan untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah tangga, pola makan yang berlaku, dan tingkat pendapatan rumah tangga yang memiliki kriteria tahan pangan di Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas. Kajian ini menggunakan metode Current Population Survey (CPS) Food Security Suplement, dan metode tabulasi dalam analisisnya. Dari kajian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada status rawan pangan. Status tersebut 72,72 % berada dalam rumah tangga hampir miskin. Pola makan yang berlaku adalah memasak sendiri (98%), membeli makanan jadi (2%), baik pada kelompok rumah tangga yang memiliki anak di bawah usia 18 tahun (96%), maupun yang tidak (91%). Batas pendapatan rumah tangga untuk mencapai kondisi tahan pangan di kota Purwokerto adalah pada pendapatan >Rp1.100.000/bulan. Kajian selanjutnya, Neni Widayaningsih dan Barokatuminalloh pada Prosiding SemNas Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II, 27-28 Nop 2012 yang bertujuan mengidentifikasi kondisi ketersediaan pangan untuk menunjang ketahanan pangan dengan memfokuskan sumber karbohidrat dan mengidentifikasi yang merupakan komoditas basis dan dominan pertumbuhan yang potensial untuk dikembangkan. Dari kajian tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan sumber karbohidrat masih sangat rendah, terlihat dari rata-rata angka ketahanan pangan dari tahun 2005-2010 yang masih jauh dari 1. Komoditas yang memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu adalah padi sawah. Komoditas ini diharapkan akan potensial dalam memberikan kontribusi pertumbuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2008

kecamatan Sumbang mempunyai keunggulan dalam pengembangan komoditas pangan padi sawah. Metode Penelitian Lokasi dan Objek Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Banyumas. Obyek atau sasaran dalam penelitian ini adalah kegiatan ketahanan pangan berdasarkan komoditas unggulan pangan di Kabupaten Banyumas. Dimana komoditas pangan tersebut merupakan komoditas pangan strategis yang dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan kandungan gizinya, yaitu kelompok komoditas sumber karbohidrat, sumber prtotein nabati. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Data yang digunakan yaitu komoditas tiap kecamatan di Kabupaten Banyumas selama 7 tahun terakhir yaitu: a. sumber karbohidrat: padi, jagung, dan ketela pohon b. sumber protein nabati: kedele, kacang hijau dan kacang tanah Metode Analisis Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengidentifikasi komoditas pangan unggulan dan berpotensi, dimana LQ dibagi menjadi analisis Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). 1. Static location quotient (SLQ) (Tarigan, 2003) : Keterangan : SLQ = Besarnya koefisien lokasi komoditas pangan. Xr = Jumlah (produksi ) komoditas i pada tiap kecamatan RVr = Jumlah total (produksi) pangan tingkat kecamatan Xn = Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten. RVn = Jumlah total( produksi) komoditas pangan tingkat kabupaten. Terdapat tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan SLQ : 1) SLQ > 1, komoditas unggulan, selain memenuhi kebutuhannya sendiri potensi ekspor ke wilayah lain. Wilayah tersebut terspesialisasi pada komoditas tersebut (basis). 2) SLQ = 1, komoditas hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri 3) SLQ < 1, bukan unggulan, wilayah tersebut tidak terspesialisasi komoditas tersebut. 2. Dynamic location quotient (DLQ):

Indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu sektor atau komoditas pangan unggulan di suatu wilayah. Teori DLQ Dinc (2002). Formulasinya sebagai berikut: Keterangan: SLQt : static location quotient tahun sekarang SLQt-₁ : static location quotient tahun sebelumnya Berdasarkan hasil perhitungan DLQ dapat diketahui konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah selama kurun waktu tertentu dengan kriteria: 1), pertumbuhan komoditas i terhadap laju pertumbuhan jumlah produksi komoditas kecamatan lebih rendah daripada laju pertumbuhan kabupaten, masa depan komoditas akan kalah bersaing dengan komoditas yang sama dengan kabupaten. 2), artinya pertumbuhan komoditas i terhadap laju pertumbuhan produksi pada kecamatan lebih tinggi daripada laju pertumbuhan terhadap jumlah produksi kabupaten, dan pada masa mendatang komoditas pangan ini diharapkan akan unggul. Kriteria komparatif SLQ dan DLQ, komoditas pangan diklasifikasikan menjadi : a. Maju dan tumbuh pesat, DLQ>0 dengan SLQ>1. Komoditas ini unggulan di kecamatan dan tingkat pertumbuhan sebanding atau lebih cepat dibanding kabupaten b. Maju tapi tertekan, DLQ<0 dengan SLQ>1. Komoditas ini unggulan di kecamatan, namun pertumbuhan cenderung tertekan atau lebih lambat dibandingkan di kabupaten. c. Potensial atau masih dapat berkembang, DLQ>0 dengan SLQ<1. bukan unggulan di kecamatan, tetapi cenderung berkembang ditandai tingkat pertumbuhan sebanding atau relatif lebih cepat dibandingkan dengan komoditas yang sama di kabupaten. d. Relatif tertinggal, DLQ<0 dengan SLQ<1 bukan unggulan di kecamatan dan pertumbuhannya relatif lebih lambat dibandingkan dengan di kabupaten. Tabel 1. Klasifikasi Komoditas Pangan Berdasarkan Static Location Quotient (Widodo, 2006) dan Dynamic Location Quotient (Dinc, 2002) Komoditas pangan Komoditas pangan yang potensial atau masih dapat maju dan tumbuh pesat berkembang Komoditas pangan relatif tertinggal Komoditas pangan maju tapi tertekan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis location quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi jenis komoditas pangan yang menjadi komoditas basis pangan pada 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas tahun 2008-2014. Untuk mengidentifikasi komoditas pangan unggulan digunakan perbandingan hasil analisis SLQ dan DLQ. Analisis pada satu titik waktu yaitu analisis static location quotient (SLQ) dan dynamic location quotient (DLQ) untuk identifikasi dengan lebih dari satu waktu. SLQ dihitung dengan menggunakan data produksi komoditas pangan tiap kecamatan dan di Kabupaten Banyumas. Sedangkan DLQ dihitung dengan menggunakan data hasil perhitungan SLQ. Kelompok Komoditas Sumber Karbohidrat 1. Komoditas Padi Komoditas padi dibagi menjadi dua yaitu komoditas padi sawah dan komoditas padi ladang. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah, yang termasuk padi sawah adalah padi rendengan, padi gadu, padi gogo rancah, padi pasang surut, padi lebak, padi rembesan dan lain-lain. Sedangkan padi ladang adalah padi yang ditanam di tegal atau kebun atau ladang atau huma. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 19 kecamatan yang menjadi wilayah unggulan komoditas padi sawah selama tahun 2008-2014, kecamatan tersebut dikatakan unggul karena besarnya nilai SLQ lebih dari satu. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas padi sawah tahun 2008-2012, komoditas padi sawah berpotensi unggul di masa yang akan datang terdapat 17 kecamatan di Kabupaten Banyumas, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, komoditas padi sawah masih dapat berkembang di 7 kecamatan, 2 kecamatan termasuk kriteria maju tapi tertekan, dan satu kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas padi sawah yaitu Kecamatan Cilongok, karena nilai SLQ<1 dan DLQ<0. Tabel 1. Potensi Komoditas Padi Sawah Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Lumbir, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Gumelar, dan Kecamatan Somagede, Kecamatan Kalibagor Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Wangon, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur, dan Kecamatan Utara Kecamatan Cilongok -

Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas padi ladang tahun 2008-2012, komoditas padi ladang maju dan tumbuh pesat di 7 kecamatan di Kabupaten Banyumas, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, ada satu kecamatan yang maju tapi tertekan (pertumbuhannya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan komoditas padi ladang di Kabupaten Banyumas) dalam komoditas padi ladang yaitu Kecamatan Jatilawang karena nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Komoditas padi ladang masih dapat berkembang di 5 kecamatan di Kabupaten Banyumas, karena nilai SLQ<1 dan DLQ>0. Namun ada 14 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas padi ladang, karena nilai SLQ<1 dan DLQ<0. Tabel 2. Potensi Komoditas Padi Ladang Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Somagede, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Sokaraja Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokero Timur, dan Kecamatan Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Banyumas, dan Kecamatan Purwojati Kecamatan Jatilawang Purwokerto Utara 2. Komoditas Jagung Komoditas jagung merupakan komoditas dengan produksi tertinggi ketiga bila dibandingkan dengan komoditas sumber karbohidrat lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil SLQ komoditas jagung tahun 2008-2014, komoditas jagung unggul di 6 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas jagung tahun 2008-2014, komoditas jagung maju dan tumbuh pesat di 5 kecamatan, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, komoditas jagung masih dapat berkembang di 15

kecamatan, dan ada 6 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas jagung, karena nilai SLQ<1 dan DLQ<0. Tabel 3. Potensi Komoditas Jagung Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Selatan Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Purwokerto Kecamatan Somagede, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Purwokerto Timur, dan Kecamatan Purwokerto Utara Kecamatan Baturraden Barat 3. Komoditas Ketela Pohon Komoditas ketela pohon merupakan komoditas dengan produksi tertinggi kedua bila dibandingkan dengan komoditas sumber karbohidrat lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 9 kecamatan yang menjadi daerah unggulan komoditas ketela pohon selama tahun 2008-2014. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas ketela pohon tahun 2008-2014, komoditas ketela pohon maju dan tumbuh pesat di 8 kecamatan di Kabupaten Banyumas, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, ada satu kecamatan yang maju tapi tertekan (pertumbuhannya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan komoditas ketela pohon di Kabupaten Banyumas) dalam komoditas ketela pohon yaitu Kecamatan Banyumas, komoditas ketela pohon masih dapat berkembang di 9 kecamatan, namun ada 9 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas ketela pohon.

Tabel 4. Potensi Komoditas Ketela Pohon Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Tambak, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Utara Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur Kecamatan Lumbir, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Somagede, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Purwokerto Selatan Kecamatan Banyumas 4. Komoditas Ubi Jalar Komoditas ubi jalar merupakan komoditas dengan produksi terendah bila dibandingkan dengan komoditas sumber karbohidrat lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 8 kecamatan yang menjadi daerah unggulan komoditas ubi jalar selama tahun 2008-2012. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas ubi jalar tahun 2008-2014, komoditas ubi jalar maju dan tumbuh pesat di 2 kecamatan, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, ada 6 kecamatan yang maju tapi tertekan (pertumbuhannya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan komoditas ubi jalar di Kabupaten Banyumas). Komoditas ubi jalar masih dapat berkembang di 5 kecamatan, namun ada 14 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas ubi jalar.

Tabel 5. Potensi Komoditas Ubi Jalar Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2012 Kecamatan Lumbir, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kembaran Kecamatan Wangon, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somagede, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Barat, dan Kecamatan Purwokerto Timur, Purwokerto Utara Kecamatan Rawalo, Kecamatan Sumpiuh Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kemranjen. Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Purwokerto Selatan A. Kelompok Komoditas Sumber Protein Nabati 1. Komoditas Kedelai Komoditas kedelai merupakan komoditas dengan produksi tertinggi kedua bila dibandingkan dengan komoditas sumber protein nabati lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 13 kecamatan yang menjadi daerah unggulan komoditas kedelai selama tahun 2008-2014, kecamatan tersebut dikatakan unggul karena besarnya nilai SLQ lebih dari satu. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas kedelai tahun 2008-2014, komoditas kedelai maju dan tumbuh pesat di 8 kecamatan, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, ada 5 kecamatan yang maju tapi tertekan komoditas kedelai masih dapat berkembang di 3 kecamatan di Kabupaten Banyumas, namun ada 11 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas kedelai.

Tabel 6. Potensi Komoditas Kedelai Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Kembaran Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somagede, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Purwojati Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Utara 2. Komoditas Kacang Hijau Komoditas kacang hijau merupakan komoditas dengan produksi terendah bila dibandingkan dengan komoditas sumber protein nabati lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 5 kecamatan yang menjadi daerah unggulan komoditas kacang hijau selama tahun 2008-2014, kecamatan tersebut dikatakan unggul karena besarnya nilai SLQ lebih dari satu. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas kacang hijau tahun 2008-2014, komoditas kacang hijau maju dan tumbuh pesat di 2 kecamatan di Kabupaten Banyumas, ada 3 kecamatan yang maju tapi tertekan, komoditas kacang hijau masih dapat berkembang di 3 kecamatan, namun ada 18 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas kacang hijau.

Tabel 7. Potensi Komoditas Kacang Hijau Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Lumbir, Kecamatan Kecamatan Jatilawang, Tambak, Kecamatan Banyumas Kecamatan Somagede Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kecamatan Rawalo, Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Kecamatan Purwojati Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Utara 3. Komoditas Kacang Tanah Komoditas kacang tanah merupakan komoditas dengan produksi tertinggi bila dibandingkan dengan komoditas sumber protein nabati lainnya di Kabupaten Banyumas tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis SLQ diketahui terdapat 10 kecamatan yang menjadi daerah unggulan komoditas kacang tanah selama tahun 2008-2014, kecamatan tersebut dikatakan unggul karena besarnya nilai SLQ lebih dari satu. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan produksi komoditas kacang tanah tahun 2008-2014, komoditas kacang tanah maju dan tumbuh pesat di 8 kecamatan di Kabupaten Banyumas, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 yang berisi komparasi antara nilai SLQ>1 dan DLQ>0. Selanjutnya, ada 2 kecamatan yang maju tapi tertekan (pertumbuhannya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan komoditas kacang tanah di Kabupaten Banyumas) dalam komoditas kacang tanah, komoditas kacang tanah masih dapat berkembang di 8 kecamatan di Kabupaten Banyumas, namun ada 9 kecamatan yang relatif tertinggal dalam komoditas kacang tanah, karena nilai SLQ<1 dan DLQ<0.

Tabel 8. Potensi Komoditas Kacang Tanah Kecamatan di Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2014 Kecamatan Lumbir, Kecamatan Tambak, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Purwokerto Utara Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturraden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur Kecamatan Wangon, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Somagede, Kecamatan Karanglewas, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Purwokerto Selatan Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Patikraja Kesimpulan dan Implikasi Kesimpulan Dari hasil dari analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil dari analisis SLQ dapat disimpulkan bahwa jenis komoditas pangan yang menjadi komoditas unggulan pangan pada 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas sebagai berikut: a. Kelompok komoditas sumber karbohidrat, komoditas padi sawah yang menjadi komoditas unggulan berada pada 17 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas padi ladang yang menjadi komoditas unggulan berada pada 8 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas jagung yang menjadi komoditas unggulan berada pada 6 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas ketela pohon yang menjadi komoditas unggulan berada pada 9 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas ubi jalar yang menjadi komoditas unggulan berada pada 8 kecamatan di Kabupaten Banyumas. b. Kelompok komoditas sumber protein nabati, komoditas kedelai yang menjadi komoditas unggulan berada pada 13 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas kacang hijau yang menjadi komoditas unggulan berada pada 5 kecamatan di Kabupaten Banyumas. Komoditas kacang tanah yang menjadi komoditas unggulan berada pada 10 kecamatan di Kabupaten Banyumas. 1. Hasil dari analisis DLQ dapat disimpulkan bahwa jenis komoditas pangan yang menjadi komoditas unggulan pangan pada masa yang akan datang 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas sebagai berikut:

1. Kelompok komoditas sumber karbohidrat diketahui terdapat 17 kecamatan yang berpotensi unggul pada masa yang akan datang pada komoditas padi sawah, komoditas padai ladang ada 7 kecamatan, komoditas jagung ada 5 kecamatan, ketela pohon ada 8 kecamatan, komoditas ubi jalar ada 3 kecamatan. 2. Kelompok komoditas sumber protein nabati komoditas kedelai berpotensi unggul pada masa yang akan datang terdapat 8 kecamatan, komoditas kacang hijau ada 2 kecamatan, komoditas kacang tanah ada 8 kecamatan. Implikasi Kabupaten Banyumas perlu meminimalkan terjadinya kegiatan konversi lahan pertanian, dan memanfaatkan luas lahan pertanian yang ada secara optimal supaya pemenuhan kebutuhan pangan warga Kabupaten Banyumas khususnya dapat terpenuhi. Peminimalan lahan pertanian dapat dilakukan melalui pembuatan kebijakan tentang penjagaan lahan pertanian. Selain hal tersebut, teknologi peningkatan produksi komoditas pangan dikembangkan dengan metode yang ramah lingkungan serta tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat. Dalam mendukung usaha peningkatan produktivitas usaha pertanian, salah satunya melalui peningkatan penggunaan bibit unggul, pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan infrastruktur irigasi dan jalan desa. Komoditas unggulan sektor pangan kecamatan di Kabupaten Banyumas cukup beragam, dengan memprioritaskan komoditas unggulan pangan dalam berbagai hal misalnya dalam pengembangan teknologi, strategi pemasaran dan peningkatan ketrampilan pekerja komoditas tersebut. Ketika salah satu komoditas semakin berkembang, maka komoditas terkait dengan komoditas tersebut akan semakin berkembang juga. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyumas 2008-2014 Menurut Lapangan Usaha. Purwokerto Barokatuminalloh dan Neni Widayaningsih. Prosiding SemNas 23-24 Nopember 2011. Pengembangan Sumberdaya Pedesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan. Dinc, Mustafa. 2002. Regional and Local Economic Analysis Tools. The World Bank. Washington DC (Prepared for The Public Finance Decentralization and Poverty Reduction Program World Bank Institute. Mudrajat Kuncoro 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta. Neni Widayaningsih dan Barokatuminalloh. Prosiding SemNas 27-28 Nop 2012 Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II. Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Sinar Grafika.