ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB III METODE PENELITIAN

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical

IMPERIALISME BUDAYA DALAM KOMIK JEPANG (Analisis Wacana tentang Bentuk Imperialisme Budaya dalam Komik Jepang)

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pidato sebagai Media Penyampaian Makna Komunikasi. kebersamaan atau kesamaan makna.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/ CDA) a. Pengertian Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analyisis)

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. Tinjauan Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

10Ilmu ANALISIS WACANA. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS WACANA KRITIS BERITA SOSIAL DAN POLITIK SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

Gambar 3.3 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. empiris (bisa diamati indra manusia) dan siste matis (menggunakan tahapan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian dengan judul Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB III ANALISIS WACANA. analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna

SKRIPSI. Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diajukan oleh: Agatha Rebecca Rajagukguk

WACANA PENCITRAAN KINERJA ANGGOTA DPR PADA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT (Analisis Wacana Kritis)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Putri Budi Winarti 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014

WACANA INTERAKSI KELAS: ANALISIS KRITIS DARI ASPEK DIMENSI SOSIAL

Transkripsi:

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis wacana baik lisan maupun tulis. Objek dari analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis) adalah bahasa, sama halnya dengan analisis wacana (Discourse Analysis). Namun dalam analisis wacana kritis, tidak hanya aspek bahasa saja yang diteliti namun termasuk pula konteks yang menyertainya. Mengutip apa yang dikemukakan oleh Fairclough dan Wadok, analisis wacana kritis dapat digunakan untuk menyelidiki bagaimana bahasa digunakan oleh kelompok sosial yang saling bertarung memperebutkan kekuasaan. Melalui analisis wacana kritis dapat dibongkar maksud-maksud tertentu dari sebuah wacana. Kata Kunci : analisis, wacana, kritis PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun belakangan ini kata wacana kerap kali muncul baik dalam pernyataan secara lisan maupun tulisan. Biasanya kata ini muncul saat seseorang memberikan pernyataan lisan atau tertulis sebagai tanggapan atas satu topik tertentu. Topik yang dimaksud tidak hanya berkaitan pada satu bidang tertentu tetapi juga dalam hampir banyak bidang, seperti politik, sosial, budaya, seni, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa pengertian kata wacana yang dikutip dari buku Analisis Wacana (Eriyanto: 2006,hal 2). Dalam Collins Concise English Dictionary (1988) disebutkan bahwa wacana adalah 1) komunikasi verbal,ucapan, percakapan; 2) sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan; 3) sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. Sedangkan J.S.Badudu menyatakan wacana adalah 1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan,sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu; 2) kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis. Pengertian wacana diungkapkan pula pada tulisan Untung Yuwono dalam buku Pesona Bahasa (2005:92) yaitu kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Pengertian yang lebih sederhana mengenai wacana diungkapkan oleh Lull seperti dikutip dalam buku Analisis Teks Media (Alex Sobur, 2006:11) yang berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Sementara itu Foucault menyatakan bahwa wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.

Beberapa pengertian mengenai wacana seperti dipaparkan di atas dimaksudkan agar dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai arti wacana dari sudut pandang bidang bahasa. APA ITU ANALISIS WACANA Dalam analisis wacana dikenal adanya tiga sudut pandang mengenai bahasa. Pandangan pertama, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Jadi analisis wacana digunakan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (Eriyanto,2006:4). Pandangan kedua, subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubunganhubungan sosialnya. Jadi analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu (Eriyanto,2006:5). Pandangan ketiga, bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membetuk subjek tertentu,tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Jadi analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Analisis wacana ini dikenal dengan nama analisis wacana kritis karena menggunakan perspektif kritis (Eriyanto,2006:6). ANALISIS WACANA KRITIS Pada bagian kedua telah diperkenalkan sepintas mengenai analisis wacana kritis. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai analisis wacana kritis berikut fungsi dan beberapa pelopor analisis wacana kritis. Mengutip apa yang dipaparkan dalam buku analisis wacana (Eriyanto:2006), berikut ini merupakan hal-hal yang mencirikan sebuah analisis wacana kritis; 1. Tindakan. Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Atau wacana juga dipahami sebagai bentuk interaksi. Jadi wacana merupakan sesuatu yang bertujuan, misalnya apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, dan sebagainya. Wacana juga merupakan sesuatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol. 2. Konteks. Mengacu pada pendapat Guy Cook, dalam analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi seperti siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk masing-masing pihak. Sehubungan dengan konteks dalam wacana, Fillmore mengungkapkan betapa pentingnya peran konteks untuk menentukan makna suatu ujaran, bila konteks berubah maka berubah pula maknanya. Sementara itu Syafi ie (1990 dalam Lubis,1993:58) membedakan konteks dalam pemakaian bahasa menjadi empat macam: (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam komunikasi itu; (2) konteks epistemisatau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri dari kalimatkalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; dan (4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar. 3. Historis. Untuk dapat memahami suatu wacana teks maka dapat dilakukan dengan memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Oleh karena itu pada saat

menganalisis perlu dimengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan sebagainya. 4. Kekuasaan. Semua wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun dipandang sebagai bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. Hubungan antara kekuasaan dan wacana dapat dilihat dari apa yang dinamakan kontrol. Kontrol dalam suatu wacana dapat berupa kontrol atas konteks, dan kontrol terhadap struktur wacana. Kontrol atas konteks misalnya dapat dilihat dari siapa yang boleh atau harus bicara sedangkan posisi yang lain sebagai pendengar atau yang mengiyakan. Sedangkan kontrol terhadap struktur wacana dapat dilihat dari seseorang yang memiliki kekuasaan lebih besar dapat menentukan bagian mana yang perlu ditampilkan dan bagian mana yang tidak serta bagaimana ia harus ditampilkan. 5. Ideologi. Wacana digunakan sebagai alat oleh kelompok dominan untuk mempersuasi dan mengkomunikasikan kekuasaan yang mereka miliki agar terlihat absah dan benar dimata khalayak. Suatu teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi tertentu. Menurut teori-teori ideologi dikatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Strategi utamanya adalah dengan membangun kesadaran khalayak bahwa dominasi itu dapat diterima secara taken for granted. MODEL-MODEL ANALISIS WACANA KRITIS Dalam analisis wacana kritis dikenal adanya beberapa pendekatan diantaranya adalah: 1) Analisis Bahasa Kritis, 2) Analisis Wacana Pendekatan Prancis, 3) Pendekatan Kognisi Sosial, 4) Pendekatan Perubahan Sosial, 5) Pendekatan Wacana Sejarah. Analisis Bahasa Kritis dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Universitas East Anglia pada tahun 1970an. Pendekatan ini memusatkan analisis wacana pada bahasa dan hubungannya dengan ideologi. Jadi ideologi diamati berdasarkan pilihan bahasa maupun struktur gramatika yang dipakai. Bahasa digunakan seseorang untuk membawa ideologi tertentu melalui kata atau struktur gramatika yang dipilihnya. Model analisis yang dikembangkan oleh Fowler, dkk dikenal dengan nama pendekatan Critical Linguistics. Pokok pemikiran model analisis ini dikembangkan berdasarkan penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Berangkat dari pemikiran itulah Fowler, dkk mempelajari tata bahasa dan praktik pemakaiannya untuk mengetahui praktik ideologi. Elemen bahasa yang dipelajari Fowler, dkk adalah: 1) Kosakata, dan 2) Tata Bahasa. Analisis Wacana Pendekatan Prancis disebut juga Pendekatan Pecheux. Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori ideologi Althusser dan teori wacana Foucault. Pecheux memandang bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa, dan materialisasi bahasa pada ideologi. Pecheux memberikan perhatian pada efek ideologi dari diskursus yang memposisikan seseorang sebagain subjek dalam situasi sosial tertentu. Oleh sebab itu bahasa dipandang sebagai medan pertarungan melaluinya berbagai kelompok dan kelas sosial berusaha menanamkan keyakinan dan pemahamannya. Pendekatan Kognisi Sosial merupakan pendekatan yang dikembangkan di Universitas Amsterdam, Belanda dengan tokoh utamanya adalah Teun A. van Dijk. Van Dijk dan teman-teman mengangkat persoalan etnis, rasialisme, dan pengungsi dalam menganalisis berita-berita di surat kabar Eropa pada tahun 1980an. Hasilnya

van Dijk menemukan bahwa faktor kognisi menjadi unsur penting dalam produksi wacana. Produksi wacana akan mengikutsertakan pula suatu proses kognisi sosial. Model analisis van Dijk disebut juga sebagai kognisi sosial. Menurut van Dijk dalam menganalisis wacana tidak hanya menganalisis teks semata namun perlu diamati pula bagaimana teks tersebut diproduksi, kenapa teks semacam itu diproduksi. Van Dijk banyak melakukan penelitian terutama terkait dengan pemberitaan yang memuat rasialisme dan diungkapkan melalui teks. Percakapan sehari-hari, wawancara kerja, rapat pengurus, debat di parlemen, propaganda politik, periklanan, artikel ilmiah, editorial, berita, photo, film merupakan hal-hal yang diamati van Dijk. Model analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: Teks Kognisi Sosial Konteks Gambar di atas menunjukkan bagaimana van Dijk menggambarkan wacana yang mempunyai tiga dimensi, yaitu: teks, kognisi sosial, dan konteks. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana digunakan untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada dimensi kognisi sosial, yang diamati adalah proses produksi suatu teks yang melibatkan kognisi individu penulis. Sedangkan pada dimensi konteks yang dipelajari adalah wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Van Dijk mengungkapkan bahwa wacana terdiri dari atas beberapa elemen, yaitu: 1)Tematik, 2) Skematik, 3) Sematik, 4) Sintaksis, 5) Stilistik, 6) Retoris. Pendekatan Perubahan Sosial digunakan untuk menganalisis wacana yang memperhatikan hubungan antara wacana dan perubahan sosial. Tokoh pendekatan ini adalah Fairclough yang dipengaruhi oleh pemikiran Foucault dan intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakthin. Dalam pendekatan ini wacana dipandang sebagai praktik sosial, yaitu ada hubungan antara praktik diskursif dengan identitas dan relasi sosial. Oleh sebab itu model analisis Norman Fairclough disebut juga sebagai model perubahan sosial. Fairclough menggunakan wacana untuk menunjukkan bahasa sebagai praktik sosial. Dengan demikian wacana merupakan suatu bentuk tindakan dimana seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia, khususnya sebagai bentuk representasi ketika menghadapi realitas. Pendekatan Wacana Sejarah dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna yang dipimpin oleh Ruth Wadok. Pendekatan ini dipengaruhi oleh pemikiran Jurgen Habermas. Menurut Wadok dan kawan-kawan, dalam menganalisis wacana harus disertakan pula konteks sejarah bagaimana wacana mengenai suatu kelompok digambarkan.

DAFTAR PUSTAKA Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Lkis, Yogyakarta,2006 Fairclough, Norman, Analysing Discourse Textual:analysis for social research,routledge,london and`new York,2005 Fairclough, Norman, Critical Discourse Analysis, The Critical of Language,Longman, London and New York,1995 Jorgensen, Marianne, Phillips Louise J, terjemahan Imam Suyitno,dkk, Analisis Wacana Teori dan Metode, Pustaka Pelajar,Yogyakarta,2007 Jorgensen, Marianne, Phillips Louise J, Discourse Analysis as Theory and Method, SAGE Publications, London, 2002

Kushartanti,dkk., Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik, P.T. Gramedia Pustaka Utama,2005 Sobur Alex, Analisis Teks Media, P.T. Remaja Rosdakarya,Bandung, 2006 Sekilas tentang penulis : Subur Ismail adalah dosen pada Jurusan bahasa Prancis Fakultas Bahasa dan Seni UNJ.