DIVERSITAS POHON SEKITAR ALIRAN MATA AIR DI KAWASAN PULAU MOYO NUSA TENGGARA BARAT. Trimanto Kebun Raya Purwodadi - LIPI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
JENIS-JENIS POHON DI SEKITAR MATA AIR DATARAN TINGGI DAN RENDAH (Studi Kasus Kabupaten Malang)

IV. KONDISI UMUM KAWASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) I. KULIAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

STRUKTUR TUMBUHAN SPERMATOPHYTA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. gunung dan ketinggiannya mencapai lebih dari 600 mdpl. Sedangkan pegunungan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dan mempunyai luas daratan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KINERJA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PEDESAAN DI DUSUN DURENAN DESA PETUNGSEWU KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, mandi dan lain-lain. Sekitar tiga per empat tubuh manusia terdiri dari air

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Transkripsi:

18-176 DIVERSITAS POHON SEKITAR ALIRAN MATA AIR DI KAWASAN PULAU MOYO NUSA TENGGARA BARAT Trimanto Kebun Raya Purwodadi - LIPI E-mail: triman.bios08@gmail.com ABSTRAK Jenis tumbuhan di sekitar aliran mata air di kawasan hutan Pulau Moyo berperan dalam menjaga kestabilan aliran mata air. Keberadaan tumbuhan tersebut turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di kawasan tersebut. Aliran mata air dikawasan hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk dalam kawasan masyarakat. Warga memanfaatkan ketersediaaan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui jenis-jenis tumbuhan di sekitar aliran mata air di kawasan hutan Pulau Moyo. Penelitian dilakukan dengan cara metode jelajah dengan mendata setiap jenis tumbuhan yang terdapat di tepi aliran mata air tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa tercatat setidaknya ada 32 jenis pohon yang berada di kawasan aliran mata air dan rata rata berhabitus pohon besar. Jenis yang sering ditemukan adalah marga Ficus dan keluarga Moraceae. Secara keseluruhan kondisi aliran mata air di kawasan hutan tersebut adalah jernih. Kata Kunci: Mata Air, Pulau Moyo, Diversitas PENDAHULUAN Air merupakan benda alam yang sangat esensial bagi kehidupan manusia. Karakteristik mata air ditentukan oleh aspek hidrologis yaitu vegetasi yang terdapat didalamnya. Degradasi hutan dan lahan semakin meluas sebagai akibat penambahan jumlah penduduk yang memerlukan lahan untuk sandang, pangan, papan dan energi. Pengurangan areal hutan untuk pertanian dan konversi lahan pertanian untuk bangunan akan menurunkan resapan air hujan. Hubungan timbal balik antara alam yang meliputi, vegetasi, tanah, air dan manusia turut berperan dalam kelestarian dari daerah aliran sungai (Dephut, 2008). Kawasan hutan di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat memiliki aliran mata air yang membentuk sungai besar. Keberadaan pohon-pohon di sekitar kawasan mata air ini menarik untuk dipelajari. Nusa Tenggara merupakan biogeografi yang terletak di dalam wilayah Wallacea. Kondisi tersebut menyebabkan flora dan faunanya sangat beragam (Monk, et al. 1997). Berbagai penelitian mengungkap bahwa pohon pohon besar berperan dalam konservasi mata air. Keberadaan pohon besar ini dapat menyerap dan menyimpan air hujan dalam waktu yang lama. Tumbuhan diduga memiliki kemampuan hydraulic conductance, kemampuan tanaman dalam menyerap air dalam jumlah yang besar di malam hari untuk disebarkan ke permukaan dan selanjutnya saat pagi hari akan diserap kembali untuk proses metabolismenya (Larcher, 1995). Keadaan lapangan di Pulau Moyo merupakan lipatan yang beregelombang sampai berbukit dengan lereng yang tidak begitu curam. Hanya dibeberapa tempat terdapat lereng lereng yang cukup terjal. Di kawasan ini terdapat sungai yang terbentuk dari aliran mata air yang oleh masyarakat disebut dengan Brang yang berarti sungai. Beberapa sungai tersebut antara lain Brang Rea, Brang Koa, Brang Stema, Brang Surengale, Brang Sitomang, Brang Sibotok, dan Brang Sangelo. Pada daerah ini terdapat tanah-tanah datar dengan ketinggian yang berbeda beda, sehingga seolah terlihat tanah dengan ketinggian yang berbeda. Puncak tertinggi kawasan ini adalah 600 m dpl. Beberapa sungai yang bermuara menuju sampai ke laut. (Simbolon, 1973). Kajian keragaman jenis pohon disekitar aliran sungai yang terbentuk dari mata air di Pulau Moyo menarik untuk dilakukan. Peran masyarakat terhadap pelestraian jenis pohon ikut memberikan andil dalam konservasi mata air yang oleh masyarakat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Salah satu cara yang dapat diterapkan agar aliran mata air dapat terus terjaga adalah dengan konservasi vegetatif yaitu mengkonservasi jenis pohon-pohon yang berada pada kawasan mata air (Kustamar dkk, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis pohon-pohon besar yang 1 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS

terdapat pada sepanjang aliran mata air di kawasan Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat. Pendataan jenis pohon diharapkan dapat membantu untuk pelestarian jenis-jenis pohon tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat pada bulan April 2013. Penelitian dilakukan dengan metode jelajah yaitu dengan mendata jenis tumbuhan yang berhabitus pohon pada kawasan aliran mata air di Pulau Moyo. Data pohon yang diambil adalah pohon- pohon besar (diameter lebih dari 10 cm) dan berada pada tepi aliran mata air. Pembuatan herbarium diperlukan untuk identifikasi. Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kondisi aliran mata air dan jenis-jenis pohon yang terdapat pada kawasan tersebut. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui pemanfaatan air oleh masyarakat dan mengetahui perananan masyarakat terhadap konservasi aliran mata air tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis tumbuhan di sekitar aliran mata air di kawasan hutan Pulau Moyo berperan dalam menjaga kelestarian aliran mata air. Keberadaan tumbuhan tersebut turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di kawasan tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa tercatat setidaknya ada 32 jenis pohon yang berada di kawasan aliran mata air dan rata rata berhabitus pohon-pohon besar dengan diameter lebih dari 30 cm. Jenis pohon besar sering ditemukan adalah marga Ficus dan keluarga Moraceae. Ficus varegata merupakan spesies yang sering di ketemukan di sepanjang tepi aliran mata air. Pada sekitar aliran juga sering ditemukan jenis jenis herba seperti Homalomena rubescens, Xanthosoma spp, dan beberapa jenis paku pakuan (Adiantum dan Pteris). Jenis herba yang diketemukan di sekitar mata air memang tidak banyak. Jenis Pohon pohon besar lebih mendominasi pada kawasan ini. Jenis-jenis pohon sepanjang aliran mata air dikawasan ini memang sangat beragam. Pulau Moyo memang pulau dengan dataran yang rendah. Jenis-jenis tumbuhan di kawasan ini merupakan jenis yang rata-rata ditemukan pada kawasan rendah kering. Jenis spesies pada kawasan mata air di dataran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan keragaman spesies pada dataran tinggi (Sofiah dkk, 2010). Akar Pohon Ficus racemosa Gigantochloa atter Ficus variegata Gambar 1. Beberapa jenis pohon yang terdapat disekitar kawasan aliran mata air di kawasan hutan Pulau Moyo antara lain terdaftar pada tabel berikut 2 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS Buah Nauclea diderrichii

Jenis Jenis pohon-pohon yang terdapat pada kawasan sepanjang tepi aliran mata air tersebut tumbuh dengan subur. Ketersediaan air pada kawasan tersebut menyebabkan tumbuhan dapat tumbuh dengan optimal. Beberapa jenis pohon di sepanjang aliran sungai yang terbentuk dari aliran mata air berbuah lebat. Ficus variegata, Nauclea diderrichii, Ficus racemosa, Phyllanthus emblica, Calophyllum inophyllum dapat menghasilkan buah banyak disepanjang aliran mata air. Beberapa jenis buah-buahan tersebut dimanfaatkan masyarakat. Tabel 1. Jenis Pohon di sekitar aliran mata air kawasan hutan Pulau Moyo No Nama spesies Famili 1 Ficus racemosa Moraceae 2 Ficus variegata Moraceae 3 Anthocephalus chinensis Rubiaceae 4 Schleichera oleosa Sapindaceae 5 Protium javanicum Burseraceae 6 Streblus asper Moraceae 7 Inocarpus fagiferus Fabaceae 8 Calophyllum inophyllum Clusiaceae 9 Peltophorum inerme Fabaceae 10 Psidium guajava Myrtaceae 11 Alstonia spectabilis Apocynaceae 12 Artocarpus altilis Moraceae 13 Artocarpus anisophyllus Moraceae 14 Pandanus tectorius Pandanaceae 15 Kleinhovia hospita Sterculiaceae 16 Sterculia foetida Sterculiaceae 17 Mangifera indica Anacardiaceae 18 Moringa oleifera Moringaceae 19 Tectona grandis Verbenaceae 20 Nauclea diderrichii Rubiaceae 21 Ficus septica Moraceae 22 Mallotus moritzianus Euphorbiaceae 23 Barringtonia racemosa Lecythidaceae 24 Ficus superba Moraceae 25 Ceiba petandra Bombacaceae 26 Gigantochloa atter Poaceae 27 Pterospermum diversifolium Sterculiaceae 28 Antiaris toxicarya Moraceae 29 Syzygium sp Myrtaceae 30 Phyllanthus emblica Euphorbiaceae 31 Dysoxylum sp Meliaceae 32 Acmena acuminatissima Myrtaceae 3 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS

Pada marga Ficus rata rata berdiameter batang cukup besar (diatas 50 cm). Jenis Ficus merupakan tumbuhan yang memiliki perakaran yang dalam dan tipe kanopi rapat sehingga dapat mengkonservasi tanah dan air di sekitar kawasan mata air (Fiqa dkk, 2005). Alstonia spectabilis yang dikenal kayu batu dengan batang berdiameter besar juga banyak ditemukan pada kawasan ini. Kayu batu merupakan jenis pohon yang dimanfaatkan masyarakat untuk bangunan. Jenis pohon ini pada kawasan aliran air tetap dilestarikan masyarakat. Jenis bambu yang banyak terdapat pada kawasan aliran mata air adalah Gigantochloa atter yang mampu bertunas dan tumbuh dengan subur pada kawasan aliran mata air. Jenis bambu merupakan jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi dan penting bagi pelestarian tanah dan air (Solikin, 2000). Beberapa jenis tumbuhan sengaja ditanam oleh msyarakat untuk mengurangi adanya pengikisan oleh derasnya aliran air seperti jenis tanaman budidaya yaitu Tectona grandis (jati) dan Mangifera indica (mangga). Jenis Pandanus tectorius dan Calophyllum inophyllum banyak terdapat di kawasan aliran mata air yang mendekati kawasan pantai. Aliran mata air dikawasan hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk dalam kawasan masyarakat. Aliran mata air di kawasan hutan membentuk aliran sungai yang besar. Kawasan topografi hutan yang paling tinggi adalah 600 m dpl. Aliran mata air tersebut mengalir ke daratan yang lebih rendah. Di sepanjang aliran mata air terdapat pohon pohon besar dengan akar yang dan besar menjaga pengikisan tanah dari aliran air tersebut. Pada beberapa kawasan, air mengalir dengan sangat deras. Secara keseluruhan kondisi aliran mata air di kawasan hutan tersebut adalah jernih. Beberapa aliran mata air yang mengalir sepanjang tahun antara lain Brang Rea, Brang Sibaru, Brang Koa dan Brang Stema. Sungai sungai trsebut terbentuk oleh aliran mata air yang sangat deras aliranya. Keberadaan pohon-pohon besar di dalam kawasan hutan menurut masyarakat berperan dalam menyediakan aliran mata air tersebut tetap ada walaupun di musim kemarau. Masyarakat memanfaatkan aliran mata air yang besar ini sebagai kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan air tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat karena mereka jarang memiliki sumur. Pemanfaatan air pada kawasan tersebut memang belum optimal. Masyarakat di pulau ini tetap mempertahankan keberadaan pohon-pohon besar di sepanjang aliran mata air tersebut sebab mereka yakin bahwa pohon besar tersebut mampu menjaga ketersediaan air bersih yang meraka gunakan setiap harinya. Menurut Siswandi dkk, (2011) keraifan lokal masyarakat yang berupa nilainilai, etika, moral yang didalamnya mengandung larangan dan anjuran turut berperan dalam menjaga dan melestarikan mata air. KESIMPULAN DAN SARAN Tercatat setidaknya ada 32 jenis pohon dan yang berada pada tepi aliran mata air di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat. Jenis Ficus dan keluarga Moraceae merupakan jenis yang banyak diketemukan dengan habitus pohon dengan diameter batang yang besar. Kondisi aliran mata air adalah jernih dan aliran mata air tersebut membentuk sungai besar. Aliran mata air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari sehingga warga masyarakat berusaha menjaga kelestarian dari pohon-pohon di sekitar aliran mata air dengan harapan mata air tersebut akan tetap ada di musim kemarau. DAFTAR PUSTAKA Departmen Kehutanan. 2010. Kerangka Kerja Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Indonesia (Amanah instruksi Presiden No.5 Tahun 2008 Tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009). Jakarta Fiqa A.P, E Arisoesilaningsih dan Soejono. 2005. Konservasi Mata Air DAS Brantas Memanfaatkan Diversitas Flora Indonesia. Seminar Basic Science II. Unibraw:Malang Kustamar, Parianom B., Sukowiyono G, Arniati T. 2010. Konservasi Mata Air Berbasis Partisipasi Masyarakat Di Kota Batu Jawa Timur. Dinamika Teknik Sipil. 10 (2): 144-149 Larcher W.1995. Physiological Plant Ecology. Third Edition. Springer:Austria. Monk, K. A., V. De Freter, G. Reksodihardjo Lilley. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku (The Ecology of Indonesia Series Volume V). Periplus Edition:Singapore. 4 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS

Simbolon. 1973. Laporan Penataan Batas Suaka Marga Satwa Pulau Moyo. Direktorat Jendral Kehutanan. Brigade VIII Planologi Kehutanan Nusa Tenggara. Siswandi, Taruna T, Purnaweni H. 2011. Kearifan Lokal dalam Melestarikan Mata Air (Studi Kasus di Desa Purwogondo, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal). Jurnal Ilmu Lingkungan. 9(2):63-68 Sofiah S. dan Fika A.B. 2010. Jenis-jenis Pohon di Sekitar Mata Air Dataran Tinggi dan Rendah (Studi Kasus Kabupaten Malang). Jurnal Berkala Penelitian Hayati Edisi Khusus : 4A (1-3). Solikin 2000. Peranan Konservasi Flora dalam Pelestarian Sumber Daya Air di Indonesia. Jurnal Natural 4(2):117-123 5 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS