lib.archiplan.ugm.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

Structure As Aesthetics of sport

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TEMA RANCANGAN TRANSFORMASI BENTUK. Gedung Orkestra Surabaya

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA 3.1 ANALISA TAPAK

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Transformasi pada objek

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Lapas Kelas I A Kedungpane

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

Transkripsi:

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. BENTUK KEGIATAN DAN RUANG 5.1.1. Pelaku Kegiatan Pelaku utama kegiatan dalam Movie Square dimayoritaskan penduduk WNI yang tinggal di kota Yogyakarta, tidak hanya dikhususkan untuk warga kota saja tetapi membuka kemungkinan untuk pendatang dari luar daerah juga. Menurut data yang dihimpun oleh Meiske Taurisia menyebutkan bahwa, jumlah penonton yang dapat mengakses ke bioskop hanya sekitar 13% dari jumlah populasi total Indonesia pertahun. Jika nilai ini dipukul rata di semua daerah artinya kuota penonton dari Movie Square hanyalah sebesar 51.222 jiwa pertahun (BPS Kota Yogyakarta, 2014). Jika dikalkulasikan perhari dapat menghasilkan angka sebesar 143 jiwa perharinya. Faktor harian dan weekend dan beberapa hari libur nasional memungkinkan untuk menutup jumlah hitungan kasar penonton pertahun. Dengan adanya faktor event khusus dan weekend perhitungan dapat tergandakan. Ini masih belum terhitung dengan banyaknya jumlah pendatang dari luar daerah. Berdasarkan faktor fleksibilitas, kegiatan dalam Movie Square tidak hanya berupa menonton film saja. Terdapat juga kegiatan rekreasi dan menonton pertunjukan hiburan non media seperti pertunjukan drama, konser kecil, nobar, dan lain-lain. Kegiatan menonton masih dalam satu lingkup bangunan yang nantinya dapat digabung dalam satu kondisi yang memungkinkan. 5.1.2. Kebutuhan Ruang Secara garis besar berdasarkan pelakunya, akan terdapat ruang fasilitas utama dan ruang fasilitas pendukung. 1. Ruang fasilitas utama Berdasarkan kebutuhannya, ruang fasilitas utama merupakan ruang dengan fungsi utama dari Movie Square yaitu bioskop. Selain itu Movie Square sendiri akan memiliki panggung hiburan yang menjadi alternatif hiburan lain dalam satu ruang yang sama. Berdasarkan permasalahan yang ditemui, ruang untuk bioskop akan terbagi menjadi 2 jenis, bioskop kelas atas yang memiliki fleksibilitas dengan panggung hiburan, dan bioskop kelas menengah yang murni bioskop yang menampilkan berbagai film dan tontonan non profit.

2. Ruang fasilitas pendukung Ruang-ruang fasilitas pendukung yaitu sifatnya mendukung ruang utama, biasanya berupa ruang servis, ruang staff dan pengelola, lobby, gudang, toilet, cafe, parkir, ruang meeting point. Berikut adalah jenis ruang yang dibutuhkan : Ruang Utama Ruang Pendukung Studio bioskop + panggung indoor Ruang staff dan pengelola Ruang ticketing Toilet Lobby Cafe Panggung outdoor Toko merchandise Ruang ganti pementasan (rias) Ruang proyektor Backstage panggung Ruang loker Tabel 5. 1 Kebutuhan Ruang dalam Movie Square Ruang penyimpanan roll film ME, Genset, AHU, AC, Pompa air Di bawah ini adalah diagram kegiatan setiap ruang utama: a. Lobby b. Cafe Gambar 5. 1 Diagram Kegiatan Ruang Lobby Gambar 5. 2 Diagram Kegiatan Cafe

c. Studio bioskop Gambar 5. 3 Diagram Kegiatan Studio Bioskop 5.1.3. Kebutuhan Luasan Ruang Ruang Kebutuhan Kapasitas Satuan Luas Total Bioskop Lobby R. Ticketing R. Studio Bioskop (6) Toilet Pertunjukan R. Ganti + Loker Backstage Panggung Outdoor Panggung Indoor Cafe Dining Room Toko Merchandise Bar Dapur Kasir Toilet Gudang Bahan R. Karyawan 300 orang @200 orang @0,5m 2 @0,5m 2 150m 2 + 10% 20m 2 (6) 100m 2 + 10% 30m 2 800m 2 ~ 840m 2 40m 2 + 10% 200m 2 300m 2 Digabung dgn r studio 520m 2 ~ 550m 2 50 orang @1,5m 2 75m 2 + 10% 10m 2 20m 2 2m 2 Area toko Kasir Gudang barang 10m 2 16m 2 12m 2 2-3 orang @1m 2 3m 2 2 100m 145m 2 ~ 155m 2 15m 2 118m 2

Ruang penunjang Kantor pengelola Gudang film R. Proyektor (2) R. Kontrol Besar Genset Mesin AC AHU ME Pompa air Kantor pengelola R. Rapat R. Servis R. Direksi R. Karyawan Toilet @10m 2 2 40m 20m 2 + 10% 20m 2 + 10% 30m 2 40m 2 10m 2 40m 2 15m 2 10 orang @1,5m 2 30m 2 215m 2 ~ 220m 2 40m 2 25m 2 20m 2 30m 2 20m 2 165m 2 ~ 170m 2 Jumlah total 1963m 2 ~ 2053m 2 Tabel 5. 2 Kebutuhan Luasan Ruang 5.1.4. Hubungan dan Organisasi Ruang Berikut adalah beberapa bentuk diagram pola hubungan ruang berdasarkan pola kegiatan diatas yang menimbulkan beberapa skenario hubungan ruang yang dapat terjadi: - Skenario 1 Gambar 5. 4 Bubble Diagram Skenario 1

: area pengunjung : area staff dan pengelola Pada skenario ini dikondisikan bahwa akses pengunjung dan akses staff digabung. Pintu masuk ke dalam site terbagi menjadi 2, depan dan belakang. Pintu masuk depan diperuntukkan bagi pengunjung dan staff, sedangkan pintu masuk belakang diperuntukkan bagi pemain pementasan dan kru yang memiliki kewajiban. Kelebihan dari skenario ini adalah pintu yang steril untuk pementas dengan mempertimbangkan keamanan artis / pemain. Kekurangannya adalah akses dari staff dan pengunjung yang digabung menunjukkan kurang jelasnya FOH dan BOH dari Movie Square, selain itu juga kurang jelasnya ruangan khusus staff yang bersifat privat. - Skenario 2 : area pengunjung : area staff dan pengelola Gambar 5. 5 Bubble Diagram Skenario 2 Pada skenario ini mulai dipisah antara pintu masuk depan untuk pengunjung, dan pintu masuk samping / belakang untuk staff dan pemain pementasan. Pemisahan ruang yang bersifat privat dengan publik sudah mulai terlihat, BOH dan FOH juga sudah terpisah. Unsur fleksibilitas ruang diaplikasikan pada ruang studio yang memiliki fungsi ganda, dimana ruang ini dapat ditransformasikan menjadi panggung pertunjukan indoor.

5.2. SISTEM BANGUNAN 5.2.1. KONSEP PERANCANGAN TAPAK 5.2.1.1. Sirkulasi Tapak Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua, sirkulasi pengunjung (publik) dan sirkulasi staff dan pengelola (privat). Untuk sirkulasi pemain yang akan tampil digabung dengan sirkulasi untuk staff dengan pertimbangan kenyamanan dan keamanan. Untuk sirkulasi publik, dibagi lagi menjadi dua, pedestrian dan sirkulasi kendaraan bermotor. Sirkulasi pedestrian ditandai dengan pergola bertutup tanaman rambat yang dilapis polikarbonat dibawahnya. Pergola ini selain untuk penanda sirkulasi pedestrian dapat juga dipakai untuk berteduh dari terik matahari dan hujan. Diutamakan peletakan pedestrian di pinggir sehinga tidak terganggu dengan akses kendaraan bermotor yang keluar masuk site. Akses pedestrian Akses kendaraan bermotor Untuk sirkulasi staff dan akses untuk pemain pementasan disendirikan, ini dilakukan dengan pertimbangan keamanan dan kenyamanan, selain itu juga akses ini dapat berhubungan langsung dengan backstage yang juga digunakan untuk menyimpan properti pementasan. Gambar 5. 6 Akses Kendaraan Bermotor dan Pedestrian 5.2.1.2. Pencapaian Site Lokasi site memiliki keuntungan besar dengan kondisi yang berada pada pinggir jalan besar. Dengan sendirinya pencapaian pada site akan secara langsung untuk akses pengunjung. Sedangkan untuk

staff dan pemain pementasan akan melalui jalan kecil di sebelah selatan site yang dikhususkan untuk area privat. Pemisahan akses ini untuk memberikan kenyamanan dan kemanan bagi pengunjung dan pemain pementasan. Akses publik Akses staff dan pemain pementasan Gambar 5. 7 Akses Staff dan Pengunjung Dari gambar diatas pengunjung akan masuk ke dalam site secara langsung dan menuju ke area parkir terlebih dahulu, setelah itu baru menuju ke bangunan. Sedangkan untuk staff dan pemain pementasan melalui jalan eksisting yang berada pada selatan site, kemudian memutar melalui jalan baru dalam site yang dikhususkan untuk staff. Kedua akses ini memiliki pintu keluar yang sama pada sisi utara site. 5.2.1.3. Zonasi Zonasi pada site terbagi menjadi 3 bagian, publik-semi publikprivat. Zona publik, adalah area untuk pengunjung yang berupa kafe, toko merchandise, areal parkir, lobby, panggung outdoor, dan ruang studio + panggung indoor. Zona semi publik digunakan sebagai area transisi dimana terdapat dua ruang atau lebih yang memiliki keterkaitan namun aksesnya terbatas, diantaranya adalah ruang ticketing, dan ruang proyektor. Disini dapat diartikan bahwa pengunjung dapat mengakses ke ruang ticketing tetapi tidak memiliki akses atau pintu menuju ruang tersebut. Begitu juga dengan ruang proyektor yang hanya memiliki fungsi menampilkan film yang diputar ke studio bioskop namun tidak memiliki akses pintu ke studio.

Zona privat dikhususkan untuk staff dan para pemain pementasan yang memang memiliki kepentingan di dalam bangunan. Diantaranya adalah ruang staff, ruang ganti, backstage panggung, ruang loker, dan gudang film. Ruang-ruang ini memiliki akses yang terpisah dengan akses pengunjung dengan pertimbangan keamanan dan kenyamanan. Gambar 5. 8 Zonasi Area Movie Square 5.2.2. KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.2.2.1. Bentuk dan Massa Bangunan Berdasarkan 2 skenario hubungan ruang diatas, maka dapat dihasilkan massa berupa 1 buah massa utama dengan pendukung diluar berupa panggung outdoor yang dapat berbentuk amphiteater dan musholla. Adanya panggung outdoor dengan bentuk amphiteater ini adalah sebagai selingan ketika pada suatu waktu tertentu studio bioskop sedang digunakan, atau sedang peak usage dan dari pihak manajemen akan menampilkan sebuah seni pertunjukan pada saat yang bersamaan. Amphiteater ini juga dapat berfungsi sebagai ruang berkumpul dan bersantai ketika menunggu jadwal film bioskop dimulai. Dengan adanya satu massa utama diharapkan pengunjung tidak rancu ketika akan masuk ke studio bioskop. Mungkin agak terkesan monoton dan sulit untuk dipadukan dengan bentukan amphiteater yang membutuhkan ruang cukup banyak, namun peletakan amphiteater ini akan diturunkan pada level ketinggian yang berbeda dengan ketinggian massa utama supaya tidak terlihat menonjol dan tidak mengganggu

5.2.2.2. Tata Massa Gambar 5. 9 Bentukan Massa Movie Square Bentukan dasar massa mengkolaborasikan elemen berbentuk dasar seperti kotak, lingkaran, dan segitiga. Bentukan dasar seperti ini dapat mengoptimalkan potensi keruangan site dan memaksimalkan hubungan-hubungan dalam bangunan dengan menyederhanakan geometri bangunan. Peletakan massa utama bangunan yang berbentuk kotak akan mengalami kesulitan dalam berpadu dengan amphiteater yang berbentuk dasar setengah lingkaran. Sehingga pengaturan massa secara kluster atau berkelompok memungkinkan adanya interaksi bentukan massa yang berbeda bentuk dan memudahkan penataan ruang lain yang berkaitan. Dalam pembentukan geometri dasar bangunan Movie Square terdapat beberapa pertimbangan, antara lain : 1. Bentukan massa terhadap kondisi site 2. Orientasi bangunan dan vegetasi 3. Pengaruh terhadap lingkungan di dalam site 4. Pengaruh terhadap lingkungan di luar site 5.2.2.3. Tata Ruang Luar Tata ruang luar mencakup area parkir, panggung outdoor, musholla, dan cafe pada rooftop. Elemen keruangan outdoor dimainkan dalam desain sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman ruang yang menarik dan cukup menghibur.

Penataan tata ruang luar menekankan banyaknya open space dan open scape sebagai fasilitas penunjang bangunan. Penggunaan elemen pertamanan juga dapat mempertegas keberadaan ruang eksterior bagi pengunjung. Vegetasi juga menjadi guideline pengunjung untuk dapat menentukan dimana posisi meeting point, track line untuk pedestrian, dan sedikit peredam kebisingan dari arus lalu lintas. Arus sirkulasi untuk pengunjung dibedakan menjadi arus pedestrian dan arus kendaraan, keduanya dipisah dengan mempertimbangkan unsur keamanan dan kenyamanan. Mulai dari entrance site hingga pintu masuk ke dalam bangunan, jalur pedestrian akan memutar mengelilingi area parkir kendaraan dan dibatasi dengan vegetasi kecil sebagai pengganti pagar. Penggunaan pagar bata maupun besi dirasa akan menciptakan kesan yang kurang nyaman, terbatas, dan tertutup bagi para pengunjung yang berjalan kaki. Pintu entrance mempertahankan sistem dari bangunan lama, yaitu terdapat pada sisi selatan tapak dengan lebar sekitar 8 meter. Sistem seperti ini memudahkan untuk kendaraan keluar masuk dari arus datang sebelah utara (menyebrang jalan) dan selatan, kemudian keluar melalui pintu keluar di sisi utara tapak. Pintu keluar dipisahkan dari pintu masuk dengan pertimbangan kendaraan untuk staff dan pemain juga akan melalui pintu tersebut apabila keluar dan langsung diarahkan ke utara, mengingat di bawah jembatan terdapat jalur putar untuk kendaraan. 5.2.2.4. Tata Ruang Dalam Tujuan utama dari bangunan Movie Square adalah bioskop dengan tambahan fungsi ruang pertunjukan dalam bangunan yang sama. Dengan menggabungkan dua buah ruang studio akan membentuk satu ruang pertunjukan yang cukup besar. Penggabungan ini dapat diaplikasikan ketika dinding partisi berupa dinding yang fleksibel, dengan kata lain kebutuhan luasan ruang pun dapat dikendalikan sesuai kebutuhan. Kursi penonton direncanakan akan menyesuaikan dengan kebutuhan fungsi ruangan. Ketika menjadi studio bioskop kapasitas

kursi yang digunakan sekitar 200 buah, sedangkan ketika menjadi ruang pertunjukan akan menyesuaikan dengan kebutuhan luasan panggung sehingga jumlah kursi dapat dikurangi atau bahkan ditambahkan. Dengan mempertimbangkan kenyamanan konsumen, jarak samping antar kursi dibuat sedikit lebih besar yaitu 60cm. Jarak sebesar ini sudah cukup besar untuk ukuran tempat duduk. Dan jarak depan antar kusi dibuat sebesar 1m dengan mempertimbangkan arus lalu lalang penonton ketika mencari tempat duduk dan keluar. Meskipun demikian kursi dapat dilipat ketika tidak digunakan, bahkan dapat disimpan di bawah ruangan jika memerlukan luasan yang cukup besar di depan panggung. Jumlah kursi yang berderet dibatasi sekitar 15 deret dengan asumsi peletakan kursi dipisah setiap 4 deret. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan situasi gawat darurat maka penonton tidak harus mengantri panjang untuk lari ke pintu keluar. Jarak antar deret diatur sebesar 1,2m. 5.2.2.5. Struktur Dengan pertimbangan besar ruangan studio yang akan difungsikan ganda dengan membutuhkan luasan besar tanpa adanya penyangga di tengah ruangan, struktur atap yang memungkinkan adalah struktur baja dengan bentang panjang (space truss) dan struktur dinding berbahan beton dengan pertimbangan keamanan kebakaran. Struktur atap space truss memiliki kelebihan berupa ruang-ruang kosong untuk meletakkan beberapa elemen dan kebutuhan studio maupun panggung, baik itu lampu, speaker, maupun kabel-kabel dan lainnya. Struktur dinding berbahan beton memungkinkan bangunan untuk tahan terhadap bahaya kebakaran untuk waktu yang cukup lama, sehingga memberi waktu pengunjung untuk kabur ketika kebakaran mengancam. 5.2.2.6. Utilitas A. Jaringan Listrik

Pasokan listrik utama yang digunakan berasal dari listrik PLN melalui trafo yang diteruskan ke MDP dan SDP, kemudian dibagi ke ruang-ruang yang membutuhkan listrik. Untuk mengantisipasi matinya listrik akan ditambahkan genset sebagai cadangan listrik. B. Jaringan Air Bersih dan Kotor Arus air bersih dapat bersumber dari air tanah melalui sumur yang diteruskan ke dalam bak penyimpanan lalu dialirkan ke toilet dan tempat-tempat tertentu yang membutuhkan air bersih. Arus air kotor dibagi menjadi 3, air kotor limbah sabun, air kotor tinja, dan air hujan. Air hujan akan diteruskan ke riol kota melalui saluran pipa dan melalui beberapa bak kontrol untuk mencegah tersumbat. Air kotor sabun ditangani dengan adanya bak kontrol dan bak minyak yang diteruskan ke sumur peresapan. Kemudian untuk air tinja akan dialirkan ke septictank. C. Fire Protection Sistem fire protection dapat ditempuh melalui cara preventif dan pencegahan. Larangan merokok pada ruangan yang menggunakan material mudah terbakar sangat diwajibkan, kemudian dilengkapi dengan fire alarm system, water sprinkle, fire detector, dan hydrant. Mengingat ruang studio yang cukup besar dan material yang digunakan sangat mudah terbakar, maka nantinya ruang studio menggunakan bahan yang mudah dijebol pada sisi belakang layar. Keuntungan sistem ini penonton yang terjebak mudah untuk kabur dari ancaman kebakaran dan penonton tidak perlu berdesak-desakan untuk keluar melalui pintu keluar. 5.2.2.7. Evakuasi Sistem evakuasi diutamakan pada ruang studio dimana ruang tersebut merupakan ruang tertutup. Ketika terjadi kebakaran dan ancaman lainnya penonton diutamakan kabur melalui pintu keluar. Diatas pintu keluar diberikan signage bertulisan keluar / exit supaya penonton tidak berhamburan dan memudahkan penonton untuk keluar.

Ruangan studio juga dilengkapi dengan fire detector, water sprinkle, dan fire alarm sebagai upaya peringatan penonton dan segera meninggalkan ruangan. Untuk ruangan lain dikondisikan mendekati dengan spesifikasi ruang studio dan akses keluar dekat dengan pintu utama. Arus keluar pengunjung akan diarahkan keluar dari bangunan secara cepat dan dekat, untuk ruang studio / auditorium akses keluar memiliki jalur langsung dengan area backstage yang berupa ruang terbuka. Kemudian di daerah parkir kendaraan memiliki area berkumpul ketika ada pengunjung rombongan yang terpisah dari kelompoknya. Area ini juga dapat digunakan ketika dalam keadaan normal sebagai titik pertemuan atau titik berkumpul, area ini juga diletakkan pada posisi yang tidak terancam bahaya arus kendaraan dan keadaan gawat darurat lainnya. 5.2.2.8. Fleksibilitas Ruang Fleksibilitas ruang memiliki 3 sifat; versabilitas, konvertibilitas, dan ekspansibilitas. Dari sifat-sifat ini dapat diaplikasikan bentukannya dalam elemen keruangan pada ruang studio bioskop, baik elemen lantai, dinding, langit-langit, maupun elemen lainnya. 1. Dinding / Partisi Ekspansibilitas yang dapat diartikan sebagai perluasan kapasitas maksimum untuk mengakomodasi penambahan kebutuhan ruang dalam waktu yang bersamaan. Dalam hal ini pengaplikasian unsur fleksibilitas dapat diterapkan pada teknologi dinding / partisi. Dinding yang diharuskan untuk memiliki material peredam akan memiliki ketebalan yang cukup besar dan masih bisa dipindahkan untuk perluasan ruang. Pergeseran dinding pun juga dapat diaplikasikan dalam beberapa bentuk antara lain dilipat, dilepas, atau digeser ke salah satu sisi ruangan.

Gambar 5. 10 Aplikasi Fleksibilitas Dinding Partisi Sistem seperti ini sebenarnya memiliki kekurangan dimana nantinya ruangan akan difungsikan untuk studio bioskop dan ruang pertunjukan. Masing-masing fungsi ruang ini jelas berbeda kebutuhan akustiknya, dimana ketika skenario ruangan ini menjadi ruangan studio maka ruangan memerlukan peredam suara yang cukup banyak, namun ketika berubah menjadi ruang pertunjukan maka ruang ini memerlukan material yang dapat memantulkan suara dengan baik tanpa adanya peredam suara. Dari pertimbangan diatas maka salah satu solusinya adalah dengan membuat dinding samping juga dapat fleksibel dengan cara membalik permukaannya. Dengan kata lain dinding samping ruangan memiliki 2 permukaan, permukaan dengan peredam dan permukaan dengan pemantul akustik. Gambar 5. 11 Aplikasi Fleksibilitas Dinding Samping

2. Lantai / panggung Fleksibilitas pada lantai / panggung memiliki sifat konvertibilitas dimana pengaturan layoutnya disesuaikan dengan kebutuhan fungsi ruang. Panggung yang fleksibel ini dapat dinaikkan dan diturunkan sesuai kebutuhan. Teknologi yang dipakai pada lantai / panggung adalah panggung yang dapat dinaikkan dan diturunkan dengan lift hidrolik. Gambar 5. 12 Aplikasi Fleksibilitas Panggung Penggunaan lift hidrolik mempertimbangkan besaran ruang lift yang akan dipakai dan kebutuhan ruang kontrol untuk panel-panel lift. Panggung ini berupa panggung modular dengan ukuran panjang yang menyesuaikan besar studio bioskop. Nantinya panggung dapat dinaikkan dengan menyesuaikan luasan ruang yang dipakai. Skenarionya antara lain ketika ruangan yang dipakai hanya cukup satu ruang studio, dengan kata lain dinding tidak digeser, maka hanya panggung pada ruang tersebut yang akan dinaikkan. Begitu juga ketika kebutuhan ruang pementasan akan memakai luasan 2 buah ruang studio, maka panggung studio yang sebelah kiri dan kanan diwajibkan untuk memiliki koneksi agar tidak terlihat berlubang di tengah. 3. Langit-langit Posisi langit-langit menentukan sifat akustik dari sebuah ruangan, ketika berfungsi untuk konser pertunjukan akan menjadi baik apabila

posisinya dapat memantulkan suara dengan baik dan tidak menimbulkan gema (echo). Sebaliknya, ketika sebuah ruangan dengan fungsi studio bioskop maka langit-langit berfungsi untuk meredam suara baik dari luar (atas) dan dari dalam agar tidak keluar. Biasanya terdapat sela diantara langit-langit dengan lantai atap untuk peletakan komponen-komponen lampu, listrik, dan sound system untuk bioskop. Dengan penerapan diatas dapat disimpulkan, langit-langit akan berupa moveable dengan penyesuaian pada jenis ruangan yang ada. Karena elemen dinding juga moveable maka posisi langit-langit memungkinkan untuk tidak menempel secara permanen terhadap dinding / partisi tetapi mampu untuk menahan suara dari ruang sebelah ketika posisi dinding / partisi berfungsi untuk membagi ruang studio. 4. Kursi penonton Gambar 5. 13 Aplikasi Fleksibilitas Langit-Langit Kapasitas kursi penonton merupakan faktor penting dalam menentukan luasan studio. Ketika kapasitas penonton melebihi kuota kursi maka dapat ditambahkan dengan jenis dan kursi yang sejenis. Sistemnya dapat dikatakan sama dengan sistem panggung yang Gambar 5. 14 Aplikasi Fleksibilitas Kursi Penonton

moveable, dimana terdapat sejumlah kursi cadangan yang disimpan di bawah panggung kursi. Sebaliknya apabila panggung membutuhkan luasan yang cukup besar dan perlu mengorbankan beberapa kursi, maka kondisi kursi penonton dapat disimpan ke bawah untuk menambah luasan di depan panggung menggunakan sistem hidrolik. Sistem ini memiliki kelebihan dengan menambah kuota kursi sebanyak yang diperlukan, dengan kekurangan luasan ruang yang terbatas membatasi jumlah kapasitas yang dapat ditambahkan.