BAB I PENDAHULUAN. Tahun Menular 64,49% 60,48% 50,72% 48,46% 44,57% Tidak Menular 25,41% 33,83% 43,60% 45,42% 48,53%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

Pemetaan Layanan Rujukan Berbasis Web. Laksono Trisnantoro PKMK FK UGM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/528/2017 TENTANG PENUNJUKAN RUMAH SAKIT PELAKSANA LAYANAN HEPATITIS C

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Lampiran Surat Nomor : KP

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

yayasan anyo indonesia the indonesian anyo foundation

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional. dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pola penyebab kematian di Indonesia menunjukkan peningkatan proporsi kematian yang disebabkan penyakit tidak menular. Hasil dari Profil Kesehatan Indonesia 2008 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI seperti terlihat pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa proporsi kematian akibat penyakit menular di Indonesia 12 tahun terakhir telah menurun dari 44% menjadi 28%, dan proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 42% menjadi 60%. Tabel 1.1 Proporsi Penyebab Kematian Antara Penyakit Menular dan Tidak Menular Tahun 1980-2001 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008) Jenis Penyakit Tahun 1980 1986 1992 1995 2001 Menular 64,49% 60,48% 50,72% 48,46% 44,57% Tidak Menular 25,41% 33,83% 43,60% 45,42% 48,53% Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) (2007) penyebab kematian tertinggi akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit kardiovaskuler (31,9%) termasuk hipertensi (6,8%) dan stroke (15,4%), disusul diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Hasil catatan dan pelaporan rumah sakit, SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan dan jumlah pasien rawat inap penyakit jantung pada tahun 2007. Penyakit jantung koroner menempati peringkat pertama dengan kasus terbanyak. 1

Jumlah Pasien 2 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Rawat Inap Rawat Jalan Gambar 1.1 Jumlah Pasien Penyakit Jantung di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2007 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008) Dari Gambar 1.1 terlihat bahwa penyakit jantung iskemik atau biasa disebut jantung koroner dengan jumlah pasien rawat jalan sebanyak 67.800 orang, sedangkan jumlah pasien rawat inap mencapai 22.454 orang. Menurut World Heart Federation (2013) terdapat 2 jenis faktor resiko penyebab penyakit jantung, faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah hipertensi, mengkonsumsi tembakau baik itu merokok maupun mengunyah tembakau, diabetes, kurang aktivitas fisik, kolesterol, dan obesitas. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2009) melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Terdapat tiga jenis metode pengobatan untuk penyakit jantung koroner, yaitu Percutaneous Transluminal Coronary Angioplast (PTCA) merupakan tindakan angioplasty yang bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner

3 dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka. Metode selanjutnya adalah stenting yaitu dengan cara memasang cincin penyangga untuk mencegah penyempitan pembuluh darah jantung. Metode terakhir adalah dengan melakukan tindakan operasi jaringan terbuka (coronary artery bypass) yang merupakan tindakan untuk memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat. Dari ketiga jenis metode pengobatan jantung, stenting lebih diminati karena pemasangannya dapat dilakukan tanpa operasi dan membutuhkan masa pemulihan yang lebih cepat daripada dengan melakukan operasi jaringan terbuka. Menurut Erbel et al. (1998), pemasangan stent jantung juga efektif untuk mencegah restenosis yang biasanya terjadi setelah dilakukannya proses angioplasty seperti terlihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.2 Perbandingan Prosedur Angioplasty dan Stenting (Boston Scientific, 2011) Stent merupakan suatu alat berbentuk pipa berlubang yang digunakan untuk mengurangi penyempitan pada pembuluh arteri jantung (Boston Scientific, 2011). Prosedur pemasangan stent yaitu dengan memasukkannya ke dalam pembuluh darah arteri menggunakan ballon catheter dan stent secara fleksibel dapat mengikuti lekukan, bentuk dan ukuran pada pembuluh aretri jantung. Pemasangan stent dilakukan untuk memperlebar pembuluh arteri dan melancarkan aliran darah ke

4 jantung. Selain itu pemasangan stent dapat mengurangi resiko terjadinya penyempitan pembuluh arteri seperti terlihat pada Gambar 1.3. Gambar 1.3 Restenosis Pada Kasus Pemasangan Stent (Boston Scientific, 2011) Saat ini terdapat dua jenis stent, yaitu bare metal stent (BMS) dan drug eluting stent (DES) atau drug-coating stent. BMS digunakan untuk membantu menjaga pembuluh arteri agar tetap terbuka setelah dilakukan angioplasty. Sedangkan DES merupakan BMS dengan dibalut polimer dan obat tertentu untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadinya restenosis atau penyempitan kembali pembuluh arteri. Bahan polimer pada DES digunakan untuk membawa dan melindungi obat sebelum dan selama prosedur pemasangan stent. Setelah stent selesai dipasang maka polimer akan mengontrol pelepasan obat pada dinding pembuluh arteri jantung (Boston Scientific, 2011). Seorang penderita jantung koroner (PJK) dapat melakukan pemasangan stent apabila telah terpenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh pihak medis. Apabila PJK mengalami penyumbatan pada lebih dari 3 pembuluh darah maupun mengalami pengapuran pada pembuluh darah maka akan lebih disarankan untuk melakukan operasi by pass, namun jika tidak mengalami kedua hal tersebut maka PJK dapat melakukan pemasangan stent. PJK yang mempunyai riwayat kesehatan yang baik, tidak menderita diabetes maupun kolesterol maka disarankan menggunakan stent dengan jenis BMS, namun apabila pasien menderita diabetes maka lebih disarankan untuk menggunakan DES. Adapun prosedur PJK untuk melakukan pemasangan stent di rumah sakit dapat

5 disajikan dalam bentuk flowchart sebagai terlihat pada Gambar 1.4 berikut. Flowchart tersebut didapatkan berdasarkan penjelasan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. PJK Mengalami Gejala Angina Dilakukan Diagnostik Penyumbatan lebih dari 3 pembuluh? Ya Operasi By Pass (CABG) Tidak Ya Pemeriksaan Kondisi Pembuluh Darah Terjadi pengapuran Tidak Tidak BMS Menderita penyakit diabetes? Pemasangan Stent Ya DES Selesai Gambar 1.4 Diagram Alir Prosedur PJK Melakukan Pemasangan Stent

6 Kebutuhan alat stent jantung di Indonesia setiap tahunnya mencapai 15.000 unit stent jantung, selain itu terdapat sekitar 5.000 pasien jantung yang membutuhkan kateterisasi yang harus dipasang stent jantung yang tersebar di 42 RS di 12 kota besar, belum ditambah RS swasta yang membutuhkan (Burhani, 2013). Masih menurut Burhani (2003), kebutuhan akan stent jantung ini cenderung terus meningkat karena setiap tahun jumlah pasien jantung yang memerlukan stent jantung naik 20% serta banyak pasien yang lebih suka dipasang stent jantung dibanding harus melakukan pembedahan. Setiap pasien PJK rata-rata memerlukan 2-3 unit stent jantung. Berikut adalah rumah sakit di Indoenesia yang memiliki instalasi pusat pelayanan jantung terpadu. Tabel 1.2 Daftar Rumah Sakit yang Memiliki Pusat Pelayanan Jantung Terpadu di Indonesia (Rahmatullah, 2009) No. Nama Rumah Sakit Wilayah Akreditasi 1. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung A 2. RSUP Dr. Sanglah Denpasar A 3. RSUP Fatmawati Jakarta Selatan A 4. RS Jantung dan Pembuluh Darah Jakarta Barat A Harapan Kita 5. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat A 6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar A 7. RSUP H. Adam Malik Medan A 8. RSUP Dr. M. Djamil Padang B 9. RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang A 10. RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru B 11. RSU H.A. Wahab Syahrani Samarinda B 12. RSUP dr Kariadi Semarang A 13. RSUD Dr. Soetomo Surabaya A 14. RSUP Dr. Moewardi Surakarta A 15. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta A

7 Harga pemasangan stent yang terbilang mahal saat ini masih menjadi kendala bagi masyarakat yang kurang mampu. Harga BMS berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0. 1157/Menkes/SK/XII/2008 adalah Rp. 5.947.333, sedangkan harga DES adalah Rp. 19.640.500, harga tersebut merupakan harga satuan dan belum termasuk PPN. Saat ini stent yang biasanya digunakan di rumah sakit di Indonesia berasal dari luar negeri. Hal tersebut berpengaruh pada harga jual stent di Indonesia. Salah satu cara untuk meminimalkan biaya pemasangan stent maka dapat dimulai dengan mulai melakukan perancangan miniplant stent di Indonesia untuk memproduksi stent di dalam negeri. Salah satu langkah awal untuk perancangan tersebut adalah terlebih dahulu mengetahui jumlah pengguna stent di Indonesia, baik BMS maupun DES. Sampai saat ini belum terdapat dokumen resmi yang dapat dijadikan acuan untuk memetakan jumlah penggunaan stent di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk memetakan dan meramalkan jumlah penggunaan stent di Indonesia. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang cara menentukan metode paramalan yang tepat untuk meramalkan jumlah stent pada periode tertentu untuk setiap jenis stent jantung yaitu BMS dan DES di masa datang. 1.2 Rumusan Masalah Penggunaan stent di Indonesia diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun, namun dokumen resmi mengenai peta penggunaan serta prediksi kebutuhan stent di Indonesia sampai saat ini belum tersedia. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melakukan pemetaan kebutuhan stent dan memprediksikan jumlah permintaan stent di masa mendatang. 1.3 Batasan Masalah Asumsi dan batasan masalah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Jenis stent jantung yang akan digunakan dalam penilitian ini adalah BMS dan DES

8 2. Penelitian hanya dilakukan di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RSUP Dr. Sardjito, dan RSUD Dr. Soetomo. 3. Penelitian hanya dilakukan dengan menggunakan data historis di ketiga rumah sakit diatas, sehingga jumlah periode yang akan diramal juga terbatas. 4. Ukuran dan material stent tidak diperhatikan. 5. Metode yang digunakan adalah moving average, exponential smoothing dan ARIMA, sehingga hanya dapat digunakan untuk peramalan jangka pendek hingga menengah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mmemprediksikan kebutuhan stent jantung di periode yang akan datang. Hasil prediksi tersebut nantinya dapat memberikan gambaran tentang jumlah permintaan stent di Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kapasitas produksi miniplant stent jantung di Indonesia. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang disebutkan, tujuan penelitian ini adalah: 1. Memetakan kebutuhan stent di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RSUP Dr. Sardjito, dan RSUD Dr. Soetomo untuk jangka pendek. 2. Meramalkan volume permintaan DES dan BMS di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RSUP Dr. Sardjito, dan RSUD Dr. Soetomo untuk jangka pendek.