Penambahan Bumbu Ketumbar (Cariandrum sativum) dalam Pembuatan Ikan Kering Tawes (Osteochilus sp)

dokumen-dokumen yang mirip
Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

Pengolahan Abon Ikan Karandang (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut

Pengaruh Penambahan Gula Aren (Arenga pinnata Wurmb Merrill) Terhadap Cita-Rasa Wadi Ikan Patin (Pangasius sp.)

Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

EVALUASI MUTU ORGANOLEPTIK BEKASAM IKAN WADER

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

MUTU IKA KAKAP MERAH YA G DIOLAH DE GA PERBEDAA KO SE TRASI LARUTA GARAM DA LAMA PE GERI GA

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

STUDI PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) ASIN KERING DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

Food Science and Culinary Education Journal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

KAJIAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP MUTU PINDANG PRESTO IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp).

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

STUDI PENGOLAHAN CUMI - CUMI (Loligo sp) ASIN KERING DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED. By:

PENGGUNAAN ABU MERANG PADI (Oryza Sativa) UNTUK PENGOLAHAN SNACK CUMI-CUMI (Loligo sp) ASAP YANG DISIMPAN SECARA VAKUM ABSTRAK

STUDI LAMA PENGERINGAN IKAN SELAR (Selaroides sp) ASIN DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN NILAI ORGANOLEPTIK

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Dihaluskan permukaan yang kasar.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

KAJIAN PEMBERIAN ASAM ASKORBAT (VITAMIN C) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KETENGIKAN ABON IKAN LELE (Clarias batrachus)

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

STUDI PENGERINGAN IKAN LAYANG (Decapterus sp) ASIN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING SURYA

KAJIAN PEMBERIAN ASAM ASKORBAT (VITAMIN C) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KETENGIKAN ABON IKAN LELE (Clarias batrachus) ABSTRAK

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN ABON

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK CAKE DENGAN SUBSTITUSI PATI SINGKONG (Manihot utilissima) DAN PEWARNA DAUN SUJI (Pleomale angustifolia) NASKAH PUBLIKASI

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

KAJIAN MUTU MOCHI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) Oleh

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Majalah Sriwijaya, Volume XVI No. 8, Desember 2009 ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keripik daun bayam adalah keripik yang terbuat dari sayur daun bayam, tepung

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

STUDI MUTU DAN PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP ABON IKAN

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

Penambahan Bumbu Ketumbar (Cariandrum sativum) dalam Pembuatan Ikan Kering Tawes (Osteochilus sp) Coriander (Cariandrum sativum) Seasoning Additions to Make Dried Tawes (Osteochilus sp) Fish Restu Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya E-mail : bakrierestu@yahoo.co.id Diterima : 4 November 2014. Disetujui : 19 Desember 2014 ABSTRACT This research aims to learn more about coriander (Cariandrum sativum) seasoning additions to make dried Tawes (Osteochilus sp) fish, so that products have a quality and prefered by consumer. Results of the study showed that the addition of coriander 0.01% of net weight of fish (has been weeding, be salted and added garlic) produces dried tawes fish with specification: protein concentration (46.80 percent); water content (11.69 percent); organoleptic values (7.66). The results of organoleptic were: appearance: intact and clean; smell: typical coriander fregrant; texture: compact and crispy; taste: very delicious specific taste of dried fish. Key words : Dried fish, coriander, Osteochilus sp. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penambahan ketumbar pada pembuatan ikan tawes kering, sehingga diperoleh produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ketumbar sebesar 0,01% dari berat ikan tawes bersih (telah disiangi, digarami dan ditambah bawang putih) dalam pembuatan ikan tawes kering menghasilkan produk dengan spesifikasi: kadar protein (46,80%); kadar air (11,69%); nilai uji organoleptik (7,66). Hasil uji organoleptik secara keseluruhan terhadap: kenampakan: utuh dan bersih; bau: harum khas ketumbar; tekstur: kompak dan renyah; rasa: sangat enak spesifik ikan kering. Kata kunci : Ikan kering, ketumbar, Osteochilus sp PENDAHULUAN Sub-Sektor perikanan merupakan salah satu penyumbang kebutuhan protein hewani tertinggi bagi masyarakat Indonesia. Tetapi tidak semua semua orang dapat menikmati hasil perikanan tersebut dalam keadaan segar, karena konsumen berada jauh dari pusat produksi, sedangkan ikan tergolong kedalam bahan pangan mudah busuk (Afrianto dan Evi, 1989; Hadiwiyoto, 1993). Sebab itu perlu dicari alternatif penanganan dan pengolahan hasil perikanan yang mudah dan mempunyai masa simpan yang cukup lama. Dalam rangka penganekaragaman produk dan pola konsumsi masyarakat terhadap ikan, perlu adanya diversifikasi pengolahan terhadap ikan dengan penerapan teknologi yang tepat, mudah dan murah, dapat dengan cepat dan mudah untuk disajikan, dan mempunyai nilai gizi yang baik serta disukai oleh masyarakat. Produk hasil perikanan setengah jadi yang paling banyak dijual di Kalimantan adalah berupa ikan kering (ikan asin). Ikan kering/asin ini dapat dibuat dari hampir semua jenis ikan (baik ikan laut maupun tawar). Namun kualitas dari semua produk tersebut masih rendah, sebab itu perlu adanya alternatif baru untuk memproduksi 25

ikan kering yang berkualitas baik dan disukai oleh konsumen. Salah satu produk ikan kering/asin adalah ikan Tawes (Osteochilus sp). Di Kalimantan Tengah ikan ini disebut ikan puhing; wihing. Ikan ini merupakan hasil tangkapan para nelayan dengan menggunakan jaring (giilnet; salambau) yang sangat melimpah pada musim air mulai surut sampai dengan musim kemarau dan pada awal musim penghujan. Harga ikan puhing segar berkisar antara Rp 10.000 s/d Rp.15.000,-/kg. dan pada musim air dalam harganya dapat mencapai Rp.30.000,- Sedangkan harga ikan puhing kering/asin berkisar Rp70.000/kg. Produk ini walaupun cukup disukai oleh masyarakat, namun kualitasnya masih rendah, baik dari segi pengolahan yang kurang higienis maupun rasanya yang terlalu asin dan berbau tengik apabila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sebab itu perlu cara lain untuk penanganan dan pengawetan ikan ini agar berkualitas dan disukai oleh konsumen. Sampai saat ini belum dicoba alternatif lain cara penanganan dan pengawetan ikan tawes menjadi ikan kering dengan penambahan bumbu-bumbu agar menjadi produk yang lebih disukai oleh masyarakat karena cita-rasanya enak dan tidak asin serta dapat menjadi makanan camilan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penambahan ketumbar pada pembuatan ikan tawes kering, sehingga diperoleh produk yang berkualitas dan disukai oleh konsumen. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penanganan dan pengawetan ikan tawes kering yang baik, sehingga dapat diaplikasikan dalam memproduksi ikan kering yang berkualitas. METODE PENELITIAN : A = Garam 6% dan Bawang putih 3 % dari berat Ikan sebagai Kontrol B = Garam 6% dan bawang putih 3% ditambah Ketumbar 0,01% dari berat ikan C = Garam 6% dan bawang putih 3% ditambah Ketumbar 0,02% dari berat ikan Setiap perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali. Tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Ikan puhing segar disiangi dengan cara membuang sisik, sirip dan membelah tubuh ikan dari bagian punggung (fillet) dibuang seluruh isi perut dan insang, kemudian dicuci hingga bersih. 2. Ditiriskan selama 1 jam 3. Dicampur dengan garam, bawang putih yang telah dihaluskan 4. Disimpan dalam kulkas pada suhu ± 5 o C selama ± 12 jam 5. Tiriskan, kemudian campur dengan bubuk ketumbar 6. Jemur di bawah sinar matahari 7. Dibungkus dengan kantung plastik dan analisa kadar protein dan kadar air 8. Goreng untuk uji organoleptik Prosedur penelitian dalam bentuk diagram alir sbb: Ikan Tawes segar disiangi (sisik; sirip dan isi perut dibuang),difillet Dicuci bersih dan ditiriskan Dicampur dengan garam dan bawang putih(sesuai perlakuan) Disimpan di dalam lemari pendingin Campur dengan bubuk ketumbar Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Tawes segar dengan berat rerata 20-25g/ekor; garam beryodium, bawang putih (Allium sativum) dan ketumbar (Cariandrum sativum). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (Sastrosoepadi, 1999). Jemur di bawah sinar matahari di dalam pondok plastik hingga kering Ikan Tawes kering Gambar 1. Diagram alir pengolahan ikan tawes kering 26

Kadar Protein Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 3. No. 2. Desember 2014 ISSN : 2301-7783 HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar protein Hasil sidik ragam menunjukan bahwa penambahan ketumbar tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein ikan tawes kering yang dihasilkan Fhit (3,55) Ftab 5% (5,14). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai rerata terbaik kadar protein ikan tawes kering dihasilkan oleh perlakuan B (46,65%) dengan pemberian kadar ketumbar 0,01% dan. Secara keseluruhan hasil pengamatan terlihat dalam Tabel 2. Tabel 1. Hasil analisis ragam kadar protein ikan Tawes kering SK db JK KT Fhit F Tabel 5% 1% 2 4,24 2,12 3,55 5,14 10,92 Galat 6 3,58 0,59 Total 8 Ket: Tidak berbeda nyata Tabel 2. Rerata kadar protein ikan tawes kering dengan penambahan ketumbar (%) Ulangan 1 45,74 47,82 45,34 2 44,88 45,92 44,65 3 46,54 46,65 45,43 Total 137,16 140,39 135,42 Rerata 45,72 46,80 45,14 Rerata kadar protein ikan tawes kering hasil penelitian adalah sebesar 45,89%. Kadar protein ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar protein ikan lais kering yaitu 43,01(Restu, 2009) dan kadar protein ikan sepat kering yaitu 38%, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar protein ikan gabus kering yaitu sebesar 58%. (Cahyo Saparinto, 2006). Dari nilai rerata pada tabel di atas terlihat bahwa kecendrungan semakin tinggi kadar ketumbar yang ditambahkan, maka semakin rendah pula kadar protein yang dikandung oleh produk iken tawes kering (Gambar 2). Gambar 2. Kadar protein ikan tawes kering setiap perlakuan (%) Kadar air Hasil sidik ragam menunjukan bahwa persentase kadar ketumbar berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air ikan tawes kering. Hasil pengamatan menunjukan bahwa penambahan kadar ketumbar berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air yang dikandung produk, yaitu semakin besar persentase penambahan ketumbar bubuk maka semakin rendah kadar air yang dikandung produk. Nilai rerata kadar air ikan tawes kering disajikan dalam Tabel 4. Tabel 3. Hasil sidik ragam kadar air ikan tawes kering Galat 6 0,05 0,01 Total 8 (Ket: **) berbeda sangat nyata Tabel 4. Rerata kadar air ikan tawes kering hasil penelitian (%) Ulangan 1 12,11 11,59 11,38 2 12,23 11,63 11,42 3 12,17 11,85 11,31 Total 36,51 35,07 34,11 Rerata 12,17 11,69 11,37 Rerata kadar air ikan tawes kering hasil penelitian ini adalah 11,74%. Kadar air ini lebih rendah dari kadar air lais kering yaitu 24,39% (Restu, 2009) dan Kadar air ikan gabus kering yaitu 24% maupun air ikan sepat kering yaitu sebesar 30%. (Cahyo Saparinto, 2006), serta dibawah kadar air maksimal untuk ikan asin kering yaitu 40 27 47 46 45 44 d F Tabel SK JK KT Fhit b 5% 1% Prlkn 2 0,97 0,49 55,48** 5,14 10,92

Nilai organoleptik Kadar Air Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 3. No. 2. Desember 2014 ISSN : 2301-7783 persen (SNI 2721.1.2009). Semakin rendah kadar air dalam produk maka semakin awet produk yang dihasilkan karena aktivitas mikroorganisme akan terhambat (Purnomo, 1995). Pada Tabel 4 terlihat bahwa semakin tinggi kadar bumbu ketumbar yang ditambahkan maka semakin rendah kadar air yang dikandung produk (Gambar 3) Uji organoleptik Uji organoleptik ikan tawes kering dilakukan setelah ikan digoreng, yaitu terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. Berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh 5 orang panelis terlatih terhadap kenampakan, aroma, tekstur dan rasa ikan tawes kering terlihat dalam tabel 5. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji organoleptik produk ikan tawes kering dengan nilai rerata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan B = 7,66 yaitu dengan penambahan kadar ketumbar 0,01 persen dari berat ikan, dengan kriteria disukai oleh panelis: spesifikasi kenampakan utuh,bersih dan rapi; aroma harum khas ketumbar; tekstur kompak dan renyah; dan rasa gurih dan enak. Nilai ini berada diatas nilai standar untuk ikan asin kering hasil uji oraganoleptik yaitu minimal 7,0 (SNI 2721.1:2009). Kemudian diikuti oleh perlakuan C = 7,40 dan perlakuan A = 6,80. Pada Tabel 5 telihat bahwa semakin banyak persentase ketumbar yang ditambahkan maka semakin rendah nilai uji organoleptik yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena kenampakan agak coklat dan kotor, rasa daging ikan gurih dan tidak asin, aroma ketumbar terlalu dominan, sehingga mengurangi tingkat kesukaan para panelis. Untuk lebih jelas terlihat pada Gambar 4. 13 12 11 10 Gambar 3. Kadar air ikan tawes kering setiap perlakuan (%) 8 7.5 7 6.5 6 Gambar 4. Rerata nilai uji organoleptik produk ikan tawes kering Kecendrungan semakin besar persentase penambahan kadar ketumbar, maka semakin rendah nilai tingkat kesukaan yang diberikan oleh para panelis. Hal ini disebabkan karena semakin kuatnya aroma ketumbar pada produk. Hal ini disebabkan karena ketumbar rasanya sangat merangsang karena adanya unsur alline yang merupakan usur aktif pembentuk rasa khas pada masakan serta kenampakannya lebih coklat.menurut Anonim (2014), ketumbar mengandung alline yang merupakan unsur aktif pembentuk bau (aroma) yang khas lebih nyata. Tabel. 5. Rerata hasil uji organoleptik terhadap aroma, tekstur dan rasa produk ikan tawes kering Plk U l a n g a n I II III IV V Jlh Rerata A 6,7 6,5 6,8 7,1 6,9 34 6,80 B 7,4 7,8 7,8 7,5 7,8 38,3 7,66 C 7,3 7,5 7,4 7,6 7,2 37 7,40 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ketumbar sebesar 0,01% dari berat ikan tawes bersih (telah disiangi, digarami dan ditambah bawang putih) dalam pembuatan ikan tawes kering menghasilkan produk ikan tawes kering terbaik dengan nilai indeks efektifitas tertinggi (0,83), dengan spesifikasi produk: kadar protein (46,80%); kadar air 28

(11,69%); nilai uji organoleptik (7,66). Hasil uji organoleptik secara keseluruhan terhadap kenampakan utuh dan bersih; bau harum khas ketumbar; tekstur kompak dan renyah; rasa sangat enak spesifik ikan kering. Apabila ingin membuat produk ikan kering disaran menambahkan bumbu ketumbar sebanyak 0,01 persen dari berat ikan yang telah digarami dan diriskan, agar diperoleh ikan kering dengan aroma dan rasa yang disukai. DAFTAR PUSTAKA Afrianto E., dan Liviawati E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Cahyo Saparinto. 2006. Gizi dan Aneka Masakan Bahan ikan. Dahara Prize, Semarang 214 hal. Hadiwiyoto,S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Jilid 1. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Purnomo, H. 1995. Aktifitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. Penerbit Univ. Indonesia. Jakarta. Restu 2009. Pembuatan ikan Lais (Belodontichthys dinema BLKR) kering: Kajian dari persentase kadar garam dan bawang putih (Allium sativum). Buletin Suara Tunjung Nyahu, Ed. Januari Maret 2009. Hal. 29 31. Unpar Palangka Raya. Sastrosupadi, A. 1999. Rancangan Percobaan Praktis (Bidang Pertanian). Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. SNI 2721.1:2009. Ikan Asin Kering Bgn 1. Spesifikasi Suprayitno, E. 1996. Protein. Fakultas Perikanan Univ. Brawijaya Malang www.ketumbar. 2014. Ketumbar, Bawang Putih. 29