BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I.) BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I)

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESINYA. Oleh : Elviana Sagala, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanannya Kode Etik profesi Advokat dirasa masih berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

KOMISI PENGAWAS HAJI INDONESIA هيئة املراقبة لتنظيم احلج اإلندونيسي THE SUPERVISORY COMMISSION FOR THE INDONESIAN PILGRIMAGES KODE ETIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

RANCANGAN DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 28 MEI 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan salah satu profesi yang mulia, oleh karena itu, untuk tetap memuliakan profesi ini, maka diperlukan suatu aturan untuk mengatur tingkah laku Notaris terhadap masyarakat maupun terhadap sesama rekan seprofesi. Saat ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Undang-Undang Jabatan Notaris) selanjutnya disingkat UUJN dan Kode Etik Notaris. UUJN merupakan satu-satunya undang-undang yang mengatur mengenai jabatan Notaris di Indonesia sebagai pengganti Staatsblad Tahun 1860 Nomor 3 Tentang Peraturan Jabatan Notaris. UUJN memiliki perbedaan dengan Peraturan Jabatan Notaris, yakni : 1. Adanya perluasan kewenangan Notaris, yaitu kewenangan yang dinyatakan dalam Pasal 15 ayat (2) butir f, yakni: kewenangan membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. 2. Kewenangan untuk membuat akta risalah lelang. Akta risalah lelang ini sebelum lahirnya UUJN menjadi kewenangan juru lelang dari Badan Urusan Utang Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) berdasarkan Undang- Undang Nomor 49 Tahun 1960. 3. Memberikan kewenangan lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan, kewenangan lainnya yang diatur dalam perundang-undangan ini 1

merupakan kewenangan yang perlu dicermati, dicari dan diketemukan oleh Notaris, karena kewenangan ini bisa jadi sudah ada dalam peraturan perundang-undangan, dan juga kewenangan yang baru akan lahir setelah lahirnya peraturan perundang-undangan yang baru. 1 Pada saat ini pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris sesuai dengan ketentuan Pasal 67 sampai dengan Pasal 81 UUJN. Hal ini berbeda dengan sebelum diberlakukannya UUJN, yaitu pengawasan Notaris dilakukan lembaga peradilan umum atau Pengadilan Negeri di tempat Notaris tersebut berada. UUJN diharapkan dapat memberikan pedoman secara umum bagi Notaris dan didalamnya juga terdapat sanksi-sanksi yang tegas bagi oknum Notaris yang melanggar aturan tersebut. UUJN mengatur mengenai ketentuan umum yang berisikan pengertian-pengertian yang terkait dengan Notaris, mengenai pengangkatan dan pemberhentian Notaris, kewenangan dan kewajiban serta larangan bagi setiap Notaris, tempat kedudukan dan formasi serta wilayah jabatan Notaris, cuti Notaris dan Notaris pengganti, honorarium atas jasa yang diberikan oleh Notaris, akta Notaris, pengambilan minuta akta dan pemanggilan Notaris, pengawasan, organisasi Notaris, ketentuan mengenai sanksi dan sebagainya. Notaris sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan harus berpegang teguh tidak hanya pada peraturan perundang-undangan semata, namun juga pada kode etik profesinya, karena tanpa adanya kode etik, maka harkat dan martabat 1 Brierly Napitupulu, Hubungan Peraturan Jabatan Notaris Dan Kode Etik Dalam Pelaksanaan Tugas Notaris, http://www.magister-kenotariatan.blogspot.com, diakses tanggal 9 Maret 2013. 2

dari profesinya akan hilang. 2 Di samping UUJN, kode etik merupakan pedoman bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya. Kode etik dalam arti materiil adalah norma atau peraturan yang praktis baik tertulis maupun tidak tertulis mengenai etika berkaitan dengan sikap serta pengambilan putusan hal-hal fundamental dari nilai dan standar perilaku orang yang dinilai baik atau buruk dalam menjalankan profesinya yang secara mandiri dirumuskan, ditetapkan dan ditegakkan oleh organisasi profesi. Perilaku Notaris yang baik dapat diperoleh dengan berlandaskan pada kode etik. Menurut Munir Fuady, kedudukan kode etik bagi Notaris sangatlah penting, hal ini dikarenakan: Pertama, bukan hanya karena Notaris merupakan suatu profesi sehingga perlu diatur dengan suatu kode etik, melainkan juga karena sifat dan hakikat pekerjaan Notaris yang sangat berorientasi pada legalisasi, sehingga dapat menjadi fundamen hukum utama tentang status harta benda, hak dan kewajiban seorang klien yang menggunakan jasa Notaris tersebut. Kedua, agar tidak terjadi ketidakadilan sebagai akibat dari pemberian status harta benda, hak dan kewajiban yang tidak sesuai dengan kaidah dan prinsip-prinsip hukum dan keadilan, sehingga dapat mengacaukan ketertiban umum dan juga mengacaukan hak-hak pribadi dari masyarakat pencari keadilan, maka bagi dunia Notaris sangat diperlukan suatu kode etik yang baik dan modern. 3 2 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm. 48. 3 Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 133. 3

Kode Etik Notaris merupakan suatu kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi, serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus. Kode Etik Notaris secara umum memuat pengertian-pengertian yang terkait dengan Kode Etik Notaris, ruang lingkup dari Kode Etik Notaris, kewajiban dan larangan serta pengecualian, sanksi, tata cara penegakan Kode Etik Notaris, pemecatan sementara, kewajiban pengurus INI dan sebagainya. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya harus memiliki integritas dan bertindak profesional. Notaris wajib menjalankan jabatan dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak berpihak serta menjaga sikap, tingkah laku sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab sebagai Notaris. Hal ini diucapkan sebagai sumpah oleh setiap orang yang hendak memangku jabatan Notaris. Dengan demikian diperlukan upaya pembinaan, pengembangan, dan pengawasan secara terus menerus sehingga semua Notaris semakin meningkatkan kualitas pelayanan publik. Untuk itu diperlukan satusatunya wadah organisasi Notaris dengan satu kode etik dan satu standar kualitas pelayanan publik. Pengemban profesi Notaris diharapkan mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan kaidah hukum dan kaidah moral yang ada, agar dalam menjalankan 4

profesi jabatannya tetap pada koridor yang benar dan tidak melenceng dari aturanaturan tersebut sehingga Notaris sebagai salah satu profesi hukum yang memang seharusnya turut membantu penegakan hukum sesuai bidangnya dapat terwujud. Pengemban profesi notaris juga diharapkan dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi. Seiring dengan kian bertambahnya jumlah orang yang menjalani profesi Notaris dari waktu ke waktu. Salah satu daerah yang memiliki jumlah Notaris yang banyak adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten, yaitu: Bantul, Kulon Progo, Sleman, Gunungkidul dan 1 Kota yaitu Kota Yogyakarta. Penyebaran Notaris di DIY paling banyak terpusat di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, akan tetapi pada saat ini dengan ditutupnya formasi di ketiga daerah tersebut, para Notaris yang ingin berpraktek di Propinsi DIY mulai melirik ke Kabupaten lain, salah satunya Kabupaten Kulon Progo. Dengan adanya keadaan tersebut, ada beberapa Notaris baru yang membuka kantor di Kabupaten Kulon Progo dan memiliki lokasi kantor yang cukup berdekatan dengan lokasi kantor Notaris yang terlebih dahulu membuka kantor di lokasi tersebut. Pengaturan mengenai jarak antar lokasi kantor Notaris memang tidak secara tegas diatur dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris. Pengaturan mengenai kantor Notaris dalam UUJN dapat dilihat dalam Pasal 19 ayat (1) UUJN yang 5

berbunyi bahwa Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya, sedangkan pengaturan dalam Kode Etik Notaris terdapat dalam Pasal 3 angka 8 yang berbunyi bahwa Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari dan dalam Pasal 4 angka 1 yang berbunyi Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dilarang mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan. Dalam pengaturan tersebut dapat dilihat bahwa Notaris dilarang memiliki lebih dari 1 kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan, sedangkan mengenai jarak antar kantor Notaris tidak diatur dalam kedua aturan tersebut. Banyak kantor Notaris yang dibuka memiliki lokasi cukup berdekatan dengan lokasi kantor Notaris lain. Walaupun tidak ada aturan yang melarang bahwa kantor Notaris tidak boleh berdekatan ataupun yang mengatur mengenai jarak tertentu antar kantor Notaris, akan tetapi lokasi kantor yang terlalu berdekatan tersebut dapat menimbulkan permasalahan antar Notaris, terutama antara Notaris yang terlebih dahulu membuka kantor di lokasi tersebut dengan Notaris yang baru saja membuka kantor di lokasi tersebut. Di Kulon Progo terdapat dua kasus berkaitan dengan permasalahan jarak antar kantor Notaris. Kasus yang pertama adalah kasus antara Notaris berinisial DI dengan Notaris berinisial AN dan Notaris berinisial NR pada tahun 2010 dimana Notaris DI berkeberatan dengan keberadaan kantor Notaris AN dan NR yang masih berada dalam satu dusun di 6

daerah Nanggulan, Kulon Progo. Notaris DI kemudian melaporkan kepada Pengurus Daerah dan dilanjutkan kepada Dewan Kehormatan Daerah Kulon Progo untuk minta pertimbangan atas kasus tersebut. Dewan Kehormatan Daerah kemudian melakukan sidang dan memutuskan agar Notaris AN dan NR untuk pindah kantor dengan diberi waktu toleransi selama 6 bulan untuk mencari lokasi baru, karena pada saat itu Notaris AN dan NR sudah terlanjur mengontrak selama 2 tahun. Kasus yang kedua adalah kasus antara Notaris berinisial SN dengan Notaris berinisial E yang terjadi pada tahun 2010 juga, dimana Notaris E membuka kantor yang berjarak ± 10 meter dari lokasi Kantor Notaris SN di daerah Sentolo, Kulon Progo. Notaris SN merasa keberatan dengan keberadaan kantor Notaris E yang cukup berdekatan tersebut. Notaris SN kemudian melaporkan kasus tersebut kepada Ketua Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Kulon Progo kemudian dilanjutkan kepada Dewan Kehormatan Daerah Kabupaten Kulon Progo. Setelah dilakukan sidang oleh Dewan Kehormatan Daerah, maka Dewan Kehormatan Daerah memberikan putusan dan menjatuhkan sanksi teguran kepada Notaris E untuk memindahkan lokasi kantornya. 4 Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pertimbanganpertimbangan yang dijadikan dasar Dewan Kehormatan Daerah untuk menjatuhkan sanksi tersebut, karena dugaan pelanggaran yang dimaksud tersebut tidak secara tegas diatur dalam Kode Etik Notaris, akan tetapi disisi lain Dewan Kehormatan Daerah juga memiliki kewajiban untuk segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk menyelesaikan 4 Hasil wawancara pada tanggal 17 Mei 2013 7

setiap dugaan pelanggaran dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kerja, serta Dewan Kehormatan Daerah juga memiliki kewenangan untuk menjaga rasa kebersamaan profesi. B. Perumusan Masalah Atas dasar pokok pikiran yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan mengenai jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo? 3. Upaya apa yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah untuk mengatasi kendala-kendala dalam menyelesaikan permasalahan mengenai jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo? C. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, setelah menelusuri kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan melalui media internet, tesis mengenai Pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah Dalam Menyelesaikan Permasalahan Tentang Jarak Antar Kantor Notaris Di Kabupaten Kulon Progo belum pernah ditulis atau diteliti oleh orang lain. Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan 8

Dewan Kehormatan Daerah dan sanksi kode etik. Adapun hasil penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulia Mutiara Indriasari, tahun 2011 dengan judul Pemberlakuan Sanksi Kode Etik Terhadap Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Moralitas Di Luar Jabatan Notaris. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah pemberlakuan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran moralitas di luar menjalankan jabatannya di Kota Surakarta, serta apakah sebab kode etik belum dapat ditegakkan dengan baik oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan Dewan Kehormatan Daerah (DKD) kepada notaris di luar menjalankan jabatannya di Kota Surakarta?. 5 Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, karena penelitian yang dilakukan penulis lebih fokus kepada pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor Notaris, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Mutiara Indriasari berkaitan dengan pemberlakuan sanksi kode etik untuk pelanggaran moralitas terhadap Notaris di luar menjalankan jabatannya. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mahdiati Fauziah Permatasari, tahun 2011, dengan judul Peranan Dewan Kehormatan Daerah Dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana kedudukan Majelis Pengawas Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah dalam pengawasan 5 Yulia Mutiara Indriasari, 2011, Pemberlakuan Sanksi Kode Etik Terhadap Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Moralitas Di Luar Jabatan Notaris, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta. 9

pelanggaran kode etik oleh Notaris di wilayah Kabupaten Bantul, serta bagaimana penegakan Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Bantul?. 6 Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian di atas bertujuan untuk mengetahui perbedaan kedudukan antara Dewan Kehormatan Daerah dengan Majelis Pengawas Daerah dan upaya penegakan Kode Etik Notaris, sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis bertujuan untuk mengetahui pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor Notaris dan kendala-kendala yang dihadapi Dewan Kehormatan Daerah menyelesaikan permasalahan serta upaya yang dilakukan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Merdeka Sari, tahun 2011, dengan judul Sanksi Terhadap Notaris Terkait Dengan Pelanggaran Kode Etik Di Wilayah Bengkulu. Permasalahan yang diteliti adalah bentuk-bentuk pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh Notaris terkait dengan Kode Etik Notaris di Wilayah Kota Bengkulu dan Sanksi apa sajakah yang dijatuhkan kepada Notaris terkait dengan pelanggaran Kode Etik Notaris di Wilayah Kota Bengkulu?. 7 Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian di atas bertujuan untuk mengetahui bentukbentuk pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Notaris dan sanksi yang dijatuhkan kepada Notaris terkait dengan pelanggaran tersebut, 6 Mahdiati Fauziah Permatasari, 2011, Peranan Dewan Kehormatan Daerah Dan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris Di Kabupaten Bantul, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta. 7 Amelia Merdeka Sari, 2011, Sanksi Terhadap Notaris Terkait Dengan Pelanggaran Kode Etik Di Wilayah Kota Bengkulu, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta. 10

sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis bertujuan untuk mengetahui pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat dianggap asli dan layak untuk dilakukan, namun jika masih terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. D. Faedah yang dapat diharapkan Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan faedah bagi kalangan akademisi dan praktisi, diantaranya: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan ( Kegunaan Akademis) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan hukum yang terkait dengan bidang kenotariatan di Indonesia pada khususnya. 2. Bagi Pembangunan (Kegunaan Praktis) a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi dan pengetahuan secara langsung ataupun tidak langsung kepada berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan jabatan Notaris mengenai pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor notaris di Kabupaten Kulon Progo. b. Memberikan informasi sekaligus masukan atau jalan keluar mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah dalam 11

dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor notaris di Kabupaten Kulon Progo. c. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian selanjutnya. E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tentang jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan mengenai jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah untuk mengatasi kendala-kendala dalam menyelesaikan permasalahan mengenai jarak antar kantor Notaris di Kabupaten Kulon Progo. 12