BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban diperlakukan seolah. barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual kembali.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. dan martabat manusia, terutama masalah Hak Asasi Manusia. Hak Asasi

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. tanggung jawab yang telah diembankan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam faktor ekonomi, terdiri dari: sistem ekonomi, populasi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hari Raya Natal tahun 2014 bagi narapidana dan anak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga pemasyarakatan atau disingkat ( LAPAS) merupakan institusi dari

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perubahan sistem pembinaan narapidana menjadi sistem pemasyarakatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang lahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu dari sejak janin kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun. Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak maka Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak meletakan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas : 1. Nondiskriminasi Asas yang tidak membedakan, membatasi, atau mengucilkan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan agama, suku, ras, status sosial, status ekonomi, budaya, ataupun jenis kelamin yang dapat mempengaruhi pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak. 2. Kepentingan terbaik Asas yang menekankan bahwa dalam semua tindakan yang terkait dengan anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, ataupun badan legislatif dan yudikatif, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. 1

3. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Asas yang menekankan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup dengan aman, tentram, damai, bahagia, sejahtera lahir batin. 4. Menghargai partisipasi anak Asas yang memberikan hak kepada anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak, meliputi : a. Hak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya b. Hak untuk mendapat dan mengetahui informasi serta untuk mengeskpresikan c. Hak untuk berserikat menjalin hubungan untuk bergabung dan d. Hak untuk memperoleh informasi yang layak dan terlindungi dari informasi yang tidak sehat (Saraswati, 2015: 25). Batasan tentang anak sangat penting dilakukan untuk melaksanakan kegiatan perlindungan anak dengan benar dan semata-mata untuk mempersiapkan generasi mendatang yang tangguh dan dapat menghadapi segala tantangan dunia. Batasan usia pada anak menurut perundang-undangan di Indonesia masih beragam, tetapi ada beberapa undang-undang yang menyatakan batas usia anak adalah 18 tahun. Undang-undang tersebut yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undangundang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Undangundang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 2

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 1 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pasal 2 menjelaskan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014). Pada tahun 2014 pemerintah telah mengadakan perubahan dan penambahan terhadap Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak melalui Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 yang telah berlaku sejak diundangkannya, yaitu pada tanggal 17 Oktober 2014. Penambahan substansi di antaranya penambahan definisi kekerasan, perlindungan hak-hak anak dari segala bentuk kekerasan di satuan pendidikan, pemenuhan hak anak untuk tetep bertemu dan berhubungan pribadi dengan kedua orang tuanya setelah terjadi perceraian, larangan memperlakukan anak secara diskriminatif dan segala bentuk kekerasan (Saraswati, 2015: 15). Pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan kepada bangsa Indonesia yang termuat dalam salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjamin setiap anak atas kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen). 3

Anak dalam usia remaja merupakan usia yang sangat produktif dan cepat tanggap dalam menerima hal-hal baru, karena pada usia-usia ini perkembangan otak anak sangatlah cepat. Hal-hal baru yang diterima oleh anak, terkadang tidak mampu dipahami secara baik oleh anak dan hal tersebut dapat menjadi masalah bagi anak-anak itu sendiri dan menyebabkan anak melakukan kejahatan (Kartini, 1986: 48). Faktor penyebab penelantaran atau kekerasan terhadap anak tidak semata-mata disebabkan oleh anak secara perorangan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat di mana anak itu berada seperti lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Selanjutnya juga lingkungan masyarakat beserta nilai sosial budaya yang hidup dan dianut serta pemerintah dengan segala aparat pelaksana kebijakannya (Blesky, 1980: 35). Kriminalitas yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Indonesia merupakan masalah sosial yang sangat mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2016 tercatat dalam data statistik kriminal kepolisian kurang lebih terdapat 6300 anak yang di sangka menjadi pelaku tindak pidana dan ada 4.200 tahanan dan narapidana anak di temukan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan dewasa. Karena keterbatasan lembaga pembinaan khusus anak, hanya ada sekitar 2000 anak yang penempatannya di lembaga pembinaan khusus anak. Data tersebut belum termasuk anak-anak yang di tahan di kantor kepolisian (http://ariodhanang30.wordpress.com/kriminalitasyang-dilakukan-oleh-anak-anak-dibawah-umur/tanggal 7 desember jam 17:05). 4

Sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya (Dwidja, 2009: 200). Kehidupan didalam lembaga penahanan atau penjara memberi peluang besar bagi anak untuk belajar banyak hal, tak terkecuali pembelajaran yang negatif. Pola perilaku dan kebiasaan yang sudah melembaga menjadi sub kultur tersendiri. Kebiasaan tercipta dari perlahan-lahan dibangun dari interaksi sesama narapidana dengan narapidana lainnya atau narapidana dengan petugas. Wujudnya ada yang negatif seperti berkata kotor, kekerasan, bulling, atau kebiasaan yang positif seperti solidaritas, menghormati yang lebih tua (sasmita, 2015). Pidana penjara yang diberikan kepada anak-anak bukanlah solusi yang tepat guna mengurangi jumlah kejahatan atau pembinaan bagi anak untuk tidak mengulangi perbuatannya kembali. Pemberian pidana tersebut justru memberikan dampak yang sangat besar terhadap seorang anak, sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara 5

mendasar yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan (Sumiarni, 2003: 61). Anak yang dinyatakan bersalah pembinaannya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Saat ini tidak semua anak yang bersalah ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak, mereka ada yang di tempatkan di Lapas orang dewasa dan ada yang di tempatkan di RUMAH TAHANAN. Di tempatkannya anak yang bersalah kedalam LAPAS dan RUMAH TAHANAN karena jumlah Lembaga Pembinaan Khusus Anak di Indonesia masih terbatas. Jumlah Lembaga Pembinaan Khusus Anak di Indonesia hanya ada 18 (delapan belas). Lembaga Pembinaan anak di Jawa Tengah hanya ada 1 (satu) yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Kutoarjo (KANWIL JAWA TENGAH) Tabel I Nama Lembaga Pembinaan Khusus Anak di Indonesia No Lembaga Pembinaan Khusus Anak 1. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas IIB Gianyar (KANWIL BALI) 2. Lapas Anak Pria Kelas IIA Tangerang (KANWIL BANTEN) 3. Lapas Anak Wanita Kelas IIB Tangerang (KANWIL BANTEN) 4. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas IIB Muara Bulian (KANWIL JAMBI) 5. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas IIB Bandung (KANWIL JAWA BARAT) 6. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Kutoarjo (KANWIL JAWA TENGAH) 7. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Blitar (KANWIL JAWA TIMUR) 6

8. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Martapura (KANWIL KALIMANTAN SELATAN) 9. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Batam (KANWIL KEPULAUAN RIAU) 10. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar LAMPUNG (KANWIL LAMPUNG) 11. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mataram (KANWIL NUSA TENGGARA BARAT) 12. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Kupang (KANWIL NUSA TENGGARA TIMUR) 13. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Pekanbaru (KANWIL RIAU) 14. Lembaga Pembinaan Anak Kelas II Pare-Pare (KANWIL SULAWESI SELATAN) 15. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Tomohon (KANWIL SULAWESI UTARA 16. Lembaga Pembinaan Anak Kelas II Tanjung Pati (KANWIL SUMATERA BARAT) 17. Lembaga Pembinaan Khusus Anaka Kelas I Palembang (KANWIL SUMATERA SELATAN) 18. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan (KANWIL SUMATERA UTARA) Sumber: www.mantannapi.com/2016/02/alamat-nama-penjara-di- indonesia.html?m=1 Tabel II Jumlah Narapidana Anak di Seluruh Lembaga Pembinaan Khusus Anak Narapidana Anak Laki-laki Desember 2016 2266 Anak 47 Anak Narapidana Anak Perempuan Rumah Tahanan Kelas IIB Purbalingga merupakan tempat untuk Tahanan Negara bukan merupakan Lembaga Pembinaan Khusus anak tetapi di dalamnya terdapat, Tahanan, Narapidana dan Narapidana Anak. 7

Tabel III Data Penghuni RUTAN Kelas IIB Purbalingga Desember 2016 TAHANAN Tahanan Dewasa Laki- Laki Tahanan Anak Laki- Laki Tahanan Dewasa Perempuan Tahanan Anak Perempuan 27 0 8 0 Narapidana Dewasa Laki- Laki NARAPIDANA Narapidana Anak Laki- Laki Narapidana Dewasa Perempuan Narapidana Anak Perempuan 115 2 8 0 Jumlah Tahanan Narapidana 35 125 Sumber : Rumah Tahanan Kelas IIB Purbalingga Tabel IV Narapidana anak di Rumah Tahanan Kelas II B Purbalingga (Data Desember 2016) No No.Reg Nama 1 BIIA.06/A/ 2016 2 BIIA.O5/A/ 2016 Andi Supriyanto Bin Jamali Faiz Fathurrohmah Bin Muhanto Pasal Yang di Langgar Lama Pidana Umur Ketika Divonis 363KUHP 3Bulan 16Tahun 363KUHP 2Bulan 15Hari 18Tahun Sumber: Rumah Tahanan Kelas II B Purbalingga 8

Terkait data di atas, bahwa RUMAH TAHANAN Kelas IIB Purbalingga bukan merupakan Lembaga Pembinaan Khusus Anak kiranya perlu dikaji mengenai perlindungan hukum terhadap anak di Rutan Kelas IIB Purbalingga apakah sudah sesuai dengan aturan hukum yang ada sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak. Hal ini menarik minat penulis untuk meneliti dan menuliskan hasilnya dalam skripsi yang berjudul "Perlindungan Hukum Terhadap Narapidana Anak di Rumah Tahanan Kelas IIB Purbalingga B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap narapidana anak di Rumah Tahanan Kelas IIB Purbalingga? 2. Apa saja hambatan yang dihadapi Rumah Tahanan Kelas II B Purbalingga dalam perlindungan hukum terhadap narapidana anak? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap narapidana anak di Rumah Tahanan Kelas II B Purbalingga. 2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Rumah Tahanan Kelas II B Purbalingga dalam perlindungan hukum terhadap narapidana anak. 9

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan konstribusi dari 2 (dua) aspek, yaitu: 1. Manfaat teoritis: a. Mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum pidana b. Menjadi pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti. 2. Manfaat praktis: a. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai ilmu hukum khususnya di bidang hukum pidana. b. Menambah wawasan serta pemahaman penulis selama menempuh kuliah guna mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat. c. Memberi masukan bagi petugas Rumah Tahanan khususnya di Purbalingga dan petugas Rumah Tahanan di Indonesia pada umumnya. 10