EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

dokumen-dokumen yang mirip
EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK.

Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

Lokakatya Fungsional Non Peneliti 1997 Antisera MG Antisera yang dipergunakan yaitu antisera MG dari kelinci. Caranya dengan menyuntikan antigen MG di

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

METODELOGI PENELITIAN

Efikasi Tiamulin Hydrogen Fumarat 10% pada Pakan untuk Pencegahan Chronic Respiratory Disease pada Ayam Potong

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

DETEKSI ANTIBODI Salmonella pullorum DAN Mycoplasma gallisepticum PADA ANAK AYAM (DOC) PEDAGING BEBERAPA PERUSAHAAN YANG DIJUAL DI KABUPATEN LAMONGAN

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN

VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE SECARA LATERAL PADA AYAM PEDAGING : PENGARUH RASIO DAN DENSITAS

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE STARTER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Khairul Daulay, Sarji, Deden Amijaya, Neneng Atikah, Meutia Hayati, Ernes Andesfha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan

PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING)

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PAD A AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista

PENGENDALIAN NEWCASTLE DISEASE (ND) PADA AYAM BURAS MELALUI VAKSINASI SERTA ANALISIS EFIKASI DALAM PENGEMBANGAN AYAM BURAS JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA

Konsumsi air per hari ad lib (liter/1000 ekor)

MENINGKATKAN KONVERSI PAKAN TERHADAP PRODUK TERNAK AYAM MENGGUNAKAN NOPKOR PSO DAN PREMIKS DI DESA SRIWULAN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Dampak Diseminasi Ayam Kampung Unggul Balitnak di Provinsi Gorontalo

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

TEMPERATUR TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN FREKUENSI NAFAS INDUK SAPI PERAH YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Escherichia coli PADA PERIODE KERING KANDANG

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI AGEN PENYEBAB PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM PETELUR DI KABUPATEN BOGOR, BEKASI DAN TANGERANG

ABSTRAK Uji coba vaksinasi ND-AI dan Gumboro dilakukan pada ayam pedaging berumur satu hari. Pengamatan patologi anatomi dilakukan pada periode dua

Avian influenza outbreak investigation form COMMERCIAL flocks

PROTEKSI VAKSIN MUTAN BRUCELLA ABORTUS RB27 DERIVASI ISOLAT LAPANG S67 PADA MENCIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

KEPEKAAN BEBERAPA ISOLAT LOKAL MYCOPLASMA GALLISEPTICUM TERHADAP ANTIBIOTIKA

DATA DAN KARAKTERISTIK VAKSIN BAKTERI UNTUK BABI YANG BEREDAR DI INDONESIA

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENGUJIAN MUTU VAKSIN CORYZA DAN KEJADIAN PENYAKIT DI LAPANGAN ISTIYANINGSIH

PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENYAKIT PADA AYAM PETELUR DI PT. REHOBAT DESA SRINGIN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Meutia Hayati, Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Ernes Andesfha, Irma Rahayuningtyas, Khairul Daulay, Deden Amijaya, Sarji, Neneng Atikah

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :...

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

Transkripsi:

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 1999/2000 EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK SOERIPTO BalaiPenelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia ABSTRAK SOERIPTO. 1999/2000. Efikasi vaksin Mycoplasma gallisepticum untuk pengendalian penyakit pernafasan menahun pada syam buras di lokasi pengembangan bibit ternak. Laporan Bagian Proyek Rekayafa Teknologi Peternakan ARMP-11 : 327-332. Penelitian untuk mengetahui efikasi vaksin aktif dan inaktif MG 88016 isolat local pada ayam buras dilakukan di daerah bibit ternak di Banyumas. Sebanyak 700 ekor KUR1 buras yang diperoleh dari peternakan ayam bums dibagikan kepada 7 kelompok yang masing-masing kelompok mendapat 100 ekor. Masing-masing kelompok terdiri atas 10 petemak yang menerima 10 ekor. Ayam pada kelompok Al dmberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok B 1 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok C1 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok D tidak diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan lapang akan diakhiri pada umur 6 bulan yaitu pada akhir bulan Maret 2000. Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya ayam di laboratorium ditantang pada umur 7 mmnggu dengan isolat ganas MG-R980 dan dibunuh pada umur 12 mmnggu. Sementara penelitian sedang berjalan banyak kematian terjadi baik di lapang sebanyak 268 ekor maupun di laboratorium sebanyak 18 ekor. Kematian di lapang banyak disebabkan oleh ND sedang yang di laboratorium disebabkan oleh Gumboro dan ND. Sekalipun demikian, hasil vaksinasi di lapang sampai dengan bulan Februari menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktif maupun inaktif Balitvet (MG88016) tidak menunjukkan gejala klinis ngorok, sedang pada ayam yang tidak divaksin dengan isolat Balitvet menunjukkan gejala ngorok sebanyak 13 ekor pada kelompok C dan 16 ekor pada kelompok D. Hasil di laboratorium menunjukkan bahwa ayam yang divaksin dengan vaksin aktif dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi MG yang ganas.dibanding dengan kelompok lainnya. Kata kunci : Mycoplasma gallisepticum, penyakit pernafasan menahun, ayam buras ABSTRACT SOERIPTO. 1999/2000. Effcacy of Mycoplasma gallisepticum vaccine in controlling respiratory diseases of local chicken in village breeding center. Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-1! : 327-332. Efficacy of active and inactive vaccines of local isolate MG88016 was carried out in village chickens in Banyumas district. About 700 day-old village chickens were given to 7 group of farmers who received 100 chicks each group. Each group was divided again into 10 subgroups who received 10 chicks each farmer. All chicks in group Al were given active vaccine MG88016 (Balitvet isolate) at the age of 7 days and given booster at 3 weeks of age. Chicks in group A2 were given active vaccine MG88016 at the age of 7 days and given no booster. All chicks in group B1 were given inactive vaccine MG88016 at the age of 7 days and given booster at 3 weeks ofage. Chicks in group B2 were given inactive vaccine MG88016 at the age of7 days and given no booster. Chicks in group C1 were given inactive commercial vaccine at the age of 7 days and given booster at 3 weeks of age. Chicks in group C2 were given inactive commercial vaccine at the age of 7 days and given no booster. All chicks in group D were given no vaccination and used as control. This field experiment will be terminated at 6 months of age which will be due at the end March 2000. The laboratory experiment was done similar as in the field experiment, only with challenge at 7 weeks of age with virulence strain of MG R980 and the experiment was terminated at 12 weeks of age. While the experiment was going on, about 268 chickens in the field and 18 chickens in the laboratory were died. Most the cause of death in the field was due to ND and in the laboratory was due to 113D and ND. However, the result of the experiment up to February showed that vaccinated chickens with active MG88016 had better protection against virulence strain of MG R980 compared to other Groups. 327

SOERIP'ro : Eftkasi Vaksin Mycoplasma Gallisepticum Untuk Pengendalian Penyaldt Pernafasan Penyakit pernafasan menahun (PPM) pada unggas merupakan penyakit yang sangat merugikan. Kerugiannya dapat disebabkan oleh hambatan kenaikan produksi telur, turunnya daya tetas telur dan tingginya angka kematian jika disertai dengan infeksi sekunder. Pada ayam buras umumnya angka kematian sangat rendah jika tidak terjadi infeksi sekunder. Sampai saat ini PPM masih tersebar luas di seluruh dunia (FAO-WHo - OIE, 1992). Pencegahan CRD dapat dilakukan dengan vaksinasi atau dengan menggunakan antibiotika. Vaksinasi dengan vaksin inaktif MG (HILDERBRAND et al., 1983 ; HILDERBRAND, 1985) terutama pada ayam induk (grand parent dan parent stock chicken) telah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasil dari vaksinasi ini masih bervariasi. UmumnYa vaksin import inaktif harganya cukup mahal oleh karena itu yang dapat menggunakan hanya para breeder saja. Vaksinasi dengan vaksin MG TS mutant (MG yang dilemahkan) juga telah digunakan di luar negeri (LAM et al., 1983, 1984 ; SOERIPTO, 1987 ; SOERIPTO dan WHITHEAR 1996). Hasil dari vaksinasi ini cukup baik, tetapi vaksin ini harganya cukup mahal dan penanganannya di lapang tidak mudah. Vaksin inaktif MG dengan mengunakan isolat lokal telah dilakukan oleh Drh. Kuryana tetapi hasilnya belum memuaskan, sedang vaksin aktif dari isolat local belum pernah dikembangkan di peternakan ayam ras maupun buras. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk menerapkan program pengendalian PPM pada ayam buras melalui vaksinasi dalam rangka meningkatkan pengembangan pembibitan ayam buras di pedesaan di propinsi Jawa Tengah. Bahan Vaksin ND Vaksin dan isolat Mycoplasma gallisepticum (MG) Ayam Vitamin PENDAHULUAN MATERI DAN METODE Untuk mencegah penyakit ND semua ayam divaksin ulang dengan vaksin ND pada umur 4 dan 14 hari. Vaksin aktif dan inaktif MG yang berasal dari isolat local MG88016 diperbanyak di laboratorium Balitvet, sedang vaksin inaktif komersial isolat local dibeli dari poultry shop. Untuk penantang digunakan isolat MG R-980 yang berasal dari Amerika, diperoleh dari BPMSOH Gunung Sindur. Sebanyak 900 ekor KURI (Kutuk umur sehari) buras diperoleh dari penetasan ayam buras di Banyumas. Sebanyak 700 ekor akan dipergunakan untuk percobaan lapang, sedang yang 50 ekor akan dipergunakan sebagai ternak pengganti jika ada ayam yang mati sebelum waktu penelitian dimulai. Sisa ayam yang 150 ekor dibawa ke Balitvet untuk percobaan di laboratorium sebagai simulasi dari percobaan lapang. bulan. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan menjaga gangguan stress semua ayam diberi vitamin sampai umur 1 Medium Medium mikoplasma yang digunakan yaitu modifikasi medium yang diformulasikan oleh FREY et al. (l968). Medium cair terdiri dari Mycoplasma broth_base (Gibco), sistein HCl (BDH), thallous asetat (BDH), merah phenol (Chroma) dan aquabides. Derajat kebasaan medium diatur mencapai ph 7,8. Medium ini kemudian disterilkan pada suhu 121 C salama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu kamar untuk medium cair, sedangkan untuk medium padat dibiarkan di dalam penangas air dengan suhu 50 C. Setelah itu, medium diberi 32 8

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 199912000 penyubur yang terdiri dari serum babi yang diinaktifkan lebih dahulu pada suhu 56 C selama 30 menit, yeast extract (Difco), DNA (Koch-Light), glukosa (May and Baker) dan amoxycillin (Beecham P.I.). Medium padat komposisinya hampir sama dengan medium cair kecuali glukosa dan merah phenol tidak ditambahkan. Agar yang digunakan untuk medium padat yaitu agar Noble (Difco). Untuk mencegah kontaminasi cendawan, medium diberi actidione (Up-John). Metode Tujuh kelompok peternak masing-masing menerima 100 ekor KURI. Tiap kelompok menerima 10 ekor. Ayaan pada kelompok Al diberi vaksin aktif MG88016 pada umur 7 hari lewat tetes mata dengan dosis 25 ul yang mengandung kuman MG sebanyak 1 x 109 cfu/ml kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 sebanyak 0,1 ml yang mengandung kuman 1 x 109 cfu/ml lewat subkutan di belakang kepala pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok A2 diberi vaksin aktif MG 88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok B 1 diberi vaksin inaktif MG 88016 sebanyak 0,1 ml yang mengandung kuman 1 x 10 9 cfu/ml lewat subkutan di belakang kepala pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif MG88016 pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok B2 diberi vaksin inaktif MG88016 pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok C1 diberi vaksin inaktif komersial liwat intramuskular dengan dosis 0,25 ml pada umur 7 hari kemudian dibooster dengan vaksin inaktif komersial dengan dosis yang sama pada umur 3 minggu. Ayam pada kelompok C2 diberi vaksin inaktif komersial pada umur 7 hari tetapi tidak diberi booster. Ayam pada kelompok D tidak diberi vaksinasi yang dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan lapang akan diakhiri pada umur 6 bulan yaitu pada akhir bulan Maret 2000. Percobaan di laboratorium dilakukan seperti di lapang hanya ayam di laboratorium ditantang pada umur 7 minggu dengan isolat ganas MG-R980 melalui kantung udara intraabdominal dengan dosis 0,5 ml yang mengandung kuman 3.7 x 10 8 cfu/ml. Pada umur 12 minggu semua ayam dibunuh. Rancangan percobaan di lapang dan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Parameter yang diukur yaitu lesi pada kantong udara, kematian dan respon antibodi. Tabel 1. Rancangan percobaan di lapang Peternak Jumlah Ayam 1 Perlakuan pada umur (minggu) 3 24 Al 10 100 Vaksin aktif Booster Terminasi A2 10 100 Vaksin aktif Terminasi B1 10 100 Vaksin inaktif Booster Terminasi B2 10 100 Vaksin inaktif - Terminasi C1 10 100 Vaksin komersial Booster Terminasi C2 10 100 Vaksin komersial - Terminasi D 10 100 Kointrol - Terminasi Tabel 2. Rancangan percobaan di laboratorium Jumlah ayam 1 Perlakuan pada 3 umur (minggu ) 7 12 Al 10 Vaksin aktif Booster ditantang Terminasi A2 10 Vaksin aktif - ditantang Terminasi B1 10 Vaksin inaktif Booster ditantang Terminasi B2 10 Vaksin inaktif - ditantang Terminasi C1 10 Vaksin komersial Booster ditantang Terminasi C2 10 Vaksin komersial - ditantang Terminasi D 10 Kontrol - ditantang Terminasi 329

SOERIPTO : Eftkasi Vaksin Mycoplasma Gallisepticum Untuk Pengendalian Penyakit Pernafasan HASIL PENELITIAN Ayam percobaan yang di lapang banyak yang mengalami kematian karena terserang ND khususnya terjadi pada kelompok A, B clan C, sedang pada kelompok D yang letaknya terpisah dari Kelompok A, B clan C tidak terserang ND. Kematian yang terjadi selama penelitian berjalan dapat dilihat pada Tabel 3. Kematian banyak terjadi pada kelompok C2 yang diberi vaksin komersil tanpa booster disusul oleh kelompok B 1 yang diberi vaksin inaktif dengan booster. Kematian terendah terjadi pada kelompok A2 yang divaksin dengan vaksin aktif tanpa booster disusul dengan kelompok kontrol (D). Penyebab kematian ini banyak disebabkan oleh ND (221 ekor) seclang yang disebabkan oleh CRD, koksidiosis dan penyebab tidak diketahui masing-masing ada 2, 1 dan 14 ekor (Tabel 4). Ngorok banyak terjadi pada kelompok C2 dan D. Pada kelompok D (kontrol) pada saat gejala ngorok terjadi dilakukan pengobatan dengan antibiotika sehingga kematian tidak terjadi. Jumlah penderita ngorok di kelompok C2 acla 13 ekor, sedang pada kelompok D acla 16 ekor. Tabel 3. Kematian yang terjadi selama 5 bulan penelitian No. Populasi Kematian terjadi pada bulan Populasi awal Okt Nov Des Jan Feb Total akhir 1 Al 100 9 21 2 1 2 35 65 2 A2 100 9 2 3 3 3 20 80 3 B1 100 5 33 11 1 3 53 47 4 B2 100 19 10 8 4-41 59 5 C i 100 20 9 5 5 2 41 59 6 C2 100 28 23 1 1 1 54 46 7 D 100 6 12 1 2 3 24 76 Jumlah 700 96 110 31 17 14 268 432 Tabel 4. Penyebab kematian selama 5 bulan penelitian No. Populasi Kematian terjadi pada bulan Populasi 1 Al 100 32 - - 1 2 35 65 2 A2 100 13 - - 6 1 20 80 3 B 1 100 48 - - 2 3 53 47 4 B2 100 35 - - 2 4 41 59 7 D 100 16-1 1 6 24 76 Jumlah 700 221 2 1 14 30 268 432 Serum darah ayam sebelum divaksinasi dilakukan pengujian terlebih dahulu. Hasilnya memperlihatkan reaksi negatifterhadap antigen berwarna MG. Sampel darah diambil secara reguler mulai bulan November. Sampel yang diambil sebanyak 20% (2 sampel dari setiap peternak) tetapi setelah banyak kematian jumlah yang diperoleh tidak mencapai 140 sampel lagi. Dalam penilaian hasil serologi lebih ditekankan pada hasil 2+ karena 1+ masih lemah hasilnya. Hasil serologi sampai bulan Februari 2000 dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel dapat dilihat bahwa ayam yang diberi vaksin Mg88016 baik yang aktif maupun inaktif sampai dengan bulan Januari masih memperlihatkan antibodi yang tinggi, tetapi pada bulan Februari hanya vaksin aktif masih memberikan respon antibodi yang tinggi. Penelitian di laboratorium juga memperlihatkan banyak kematian. Pada pasca mati memperlihatkan perdarahan pada otot paha clan proventrikulus, clan perkejuan pada bursa Fabricius. Kematian ini terjadi setelah adanya ayam petelur yang masuk dalam kandang percobaan di sebelah kandang percobaan ini. Yang dikuatirkan jika banyak yang mati karena infeksi Gumboro maka percobaan vaksinasi MG hasilnya tidak / kurang baik karena pengaruh immunosupresive. Hasil autopsi ayam yang dibunuh pada akhir periode menunjukkan ayam yang diberi vaksin aktif MG88016 memberikan proteksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang di vaksin lainnya clan kontrol. Ayam yang 330

Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-H Th. 199912000 diberi vaksin aktif masih memperlihatkan kekusaman airsacs tetapi pada reisolasi tidak memperlihatkan adanya mg organisme (Tabel 6). Tabel 5. Serologi paska vaksinasi sampai bulan Februari 2000 No. November Desember Serologi pada bulan Januari Februari 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 0 1+ >2+ 1 Al 0 12 8 0 10 7 0 10 7 4 3 7.2 1 A2 5 5 10 7 6 7 7 6 7 9 8 3 3~ B1 1 17 2 1 7 8 1 7 8 6 1 5 4 B2 7 12 1 6 4 8 6 4 8 9 3 4 5 C1 12 8 0 13 7 0 13 7 0 11 5 1 6 C2 15 5 0 15 5 0 15-5 0 11 4 1 7 D 15 5 0 15 5 0 11 5 0 9 5 0 Tabel 6. Perubahan patologi, serologi dan reisolasi MG pada ayam yang dibunuh No. Kelompok Perubahan airsacs 0 1+ >2+ 0 Serologi 1+ Reisolasi MG 1 A 1- Va + booster 4 3 0-1 6 0 2 A2- Va 7 1 0-1 7 0 3 B1- Vi + booster 6 1 2-2 7 1 4 B2-5 0 1 1 0 5 1 5 C 1- Vk + booster 3 2 2 0 2 5 2 6 C2-Vk 2 2 3 0 2 5 2 7 D 3 1 4 0 4 4 4 >2+ Keterangan : Va = Vaksin aktifmg88016 Vi = Vaksin inaktif MG88016 Vk= Vaksin komersil KESIMPULAN Vaksin aktif maupun inaktif MG 88016 di lapang mampu memberikan respon antibodi yang baik selama 4 bulan penelitian sekalipun banyak ayam yang terkena infeksi ND selama penelitian, sedang penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa vaksin aktif MG 88016 mampu memberikan perlindungan yang tinggi terhadap tantangan infeksi MG yang ganas sekalipun terjadi wabah gumboro dan ND selama penelitian berjalan. DAFTAR PUSTAKA BAGUST T.J. 1989. An overview of Australia's poultry industry in 1989. Aust. Yet. J. 66 : 416-418. BICKFORD, A. A. 1986. Diseases affecting reproducing laying birds and reproductive performance. Proc. Aust. Vet. Assoc. 92 759-776. BIGGS, P.M. 1982. The world of poultry disease. Avian Pathol 11 : 281-300 FAo-OIE-WHO. 1992. Animal Health Year Book 1992. FAO-OIE-WHO ; Geneva, Rome, Paris. FREY, M.C., R.P. Hanson and D.P. Anderson. 1968. A medium for the isolation of avian mycoplasma.am. J. Vet. Res. 29: 2164-2171. HILDERBRAND D. 1985. Immunologi and prophylaxis associated with the use of a Mycoplasma gallisepticum bacterin in chickens. La Clinica Veterinaria. 108 : 89-94. LAM, K.M.,W. LIN, R.YAMAMOTO and T.B. FARVER. 1983. Immunization of chickens with temperature sensitive mutants of Mycoplasma gallisepticum. Avian Dis. 27 : 803-812. 33 1

SOERIPTO : Efikasi Vaksin Mycoplasma Gallisepticum Untuk Pengendalian Penyakit Pernafasan LAM, K.M., W. LIN, R.YAMAmoTo and Y.G. GHAZIKHANIAN. 1984. Vaccination of turkeys against airsac infection with a ; temperature sensitive mutants of Mycoplasma gallisepticum. Avian Dis. 28 : 1096-1101. MEDION, P.T. 1996. Upaya pengembangan produk biologik bidang kesehatan hewan melalui kemitraan di Indonesia. Bogor, 16 Desember 1996 SOEwpTO. 1987. Pathogenicity and Immunogenicity of Mycoplasmagallisepticum. PhD.thesis 1987. SOERIPTO and K.G. WHITHEAR. 1996. The virulence of 4 TS-mutants and 80083L of Mycoplasma gallisepticum strains in 2 week-old chickens. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner. Bogor, 12-13 Maret 1996 hal. 178-183