Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 69-73

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 6-12

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

Joyful Learning Journal

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

Unnes Physics Education Journal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Unnes Physics Education Journal

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 42-46

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

Economic Education Analysis Journal

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Unnes Physics Education Journal

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

Economic Education Analysis Journal

Economic Education Analysis Journal

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN : Model, SETS, Listrik Statis, Hasil Belajar

Unnes Science Education Journal PENERAPAN MINDSCAPING BERVISI SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY SOCIETY TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI LARUTAN PENYANGGA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 23-27

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SD Inpres VII Labuan Baru

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Unnes Physics Education Journal

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DI KELAS V SD NEGERI 50 PADANG TONGGA

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 83-89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI PAILKEM METODE GALLERY WALK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

Kewords: process skill approach, activities, learning process

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Unnes Physics Education Journal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

Kata kunci: Science, Environment, Technology, and Society (SETS), pemahaman konsep, pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI MEMELIHARA KOMPONEN SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 26-30

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Arynda 28, Susanto 29, Dafik 30

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 8-13 PENGAJARAN POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh ABSTRAK. Kata-kata kunci : pembelajaran generatif, hasil belajar, dan respon.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 1-5

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Joyful Learning Journal

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

Economic Education Analysis Journal

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

PENERAPAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI CAHAYA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS VIII SMP N 32 PADANG

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, snowball throwing, hasil belajar, respon siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

Journal of Innovative Science Education

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

Joyful Learning Journal

APPLICATION OF LEARNING INKUIRI LEARNING MODEL TO IMPROVE IPS LEARNING RESULT IN STUDENT CLASS IV SD NEGERI 15 PANGKALAN NYIRIH RUPAT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN NILAI TEMPAT (RATUSAN, PULUHAN, DAN SATUAN) DENGAN COOPERATIVE LEARNING

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Amanda Defi Nuraini Sapir Dwi Wulandari. Abstract. Keywords: Quantum Learning, Mind Mapping, Think Pair Share, Results Learning.

Unnes Science Education Journal METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN SCIENCE,ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY DAN MEDIA QUESTION CARD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 01 PAYAKUMBUH BALAI GADANG.

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA MOVIE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Transkripsi:

ISSN: 1693-1246 Januari 2011 J P F I http://journal.unnes.ac.id PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN SETS PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD 1 2 Z. Ragil *, S.E. Sukiswo Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Indonesia, 50229 Diterima: 10 Oktober 2010, Disetujui: 5 Desember 2010, Dipublikasikan: Januari 2011 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh nilai rata-rata dan presentase ketuntasan klasikal siswa yang masih rendah pada mata pelajaran sains di SD. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS ( Science, Environment, Technology, Society). SETS adalah visi atau pendekatan pembelajaran yang memiliki fokus utama memberikan pengalaman penyelidikan pada siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta kesalingketerkaitannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS yang diterapkan, dan mengetahui peningkatan hasil belajar. Data penelitian berupa hasil belajar kognitif diperoleh dari test, hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari lembar observasi, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan digunakan dalam penelitian ini adalah uji gain. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. ABSTRACT This research was carried out with the background of low average mark and classical mastery percentage of science subject of elementary school student. With the purpose of the research of describing science lesson with SETS approach to increase learning achievement, the researcher applies SETS approach in the lesson of light material. The data of cognitive learning achievement is found by using test, while the affective and psychomotor ones are taken from observation sheets. In order to examine the overall learning achievement, this study uses gain test. The data analysis shows that there is an improvement of cognitive, affective and psychomotor learning achievements of student after having the lesson. It is concluded that the application of science lesson with SETS approach can increase the students' learning achievement. Keywords: SETS approach, learning achievement, science learning 2011 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang PENDAHULUAN Satu kata kunci untuk pembelajaran sains adalah pembelajaran sains harus melibatkan siswa secara aktif untuk berhubungan langsung dengan objek nyata (Koes, 2003). Pada saat melakukan observasi, siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang dimaksud adalah siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek nyata sebagai bagian dari pelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SD, diketahui bahwa guru kelas di SD masih banyak menggunakan metode ceramah dan menganggap bahwa mata pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari. Hal ini ditandai nilai rata - rata mid semester 1 tahun ajaran 2009/2010 mata pelajaran sains untuk kelas V dengan rata-rata nilai kelas yang kurang dari 6,0. Ketuntasan hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diterapkan yaitu 63. Hal ini disebabkan oleh kurangnya peralatan sains di sekolah tersebut dan hanya menggunakan metode ceramah *Alamat korespondensi: Email: anneth.ragiel@yahoo.com dalam pembelajaran sains,mengakibatkan pembelajaran sains yang kurang efektif karena siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal penting (Fatimah, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar, mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan pendekatan SETS pada materi cahaya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Beji tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan tes. Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan selama melakukan percobaan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati psikomotorik dan afektif siswa. Metode tes diberikan kepada siswa disetiap akhir siklus yang berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa.

70 Untuk mengetahui taraf signifikan peningkatan hasil belajar kognitif, afektif, dan psiomotorik siswa dari satu siklus kesiklus berikutnya menggunakan rumus gain : (g)= S I S 100% S (Wiyanto, 2008) Keterangan : (g) = gain ternormalisasi (normal gain) (S I) = nilai rata-rata pada siklus II (S ) = nilai rata-rata pada siklus I Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi = g 0,70 dinyatakan dalam persen g 70, sedang = 0,3 < g < 0,7 dinyatakan dalam persen 30 < g < 70, Rendah = g 0,3 dinyatakan dalam persen g 30. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2006). Benyamin S. Bloom mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu (1) Ranah Kognitif dapat dilatihkan dengan memberi tugas: memperdalam teori yang berhubungan dengan tugas yang dilakukan, menggabungkan berbagai teori yang telah diperoleh, menerapkan teori yang pernah diperoleh pada masalah yang nyata. Ranah kognitif mencangkup 6 kategori, yaitu: pengetahuan ( knowledge), pemahaman ( comperhension), penerapan ( application), analisis ( analysis), sintesis ( syntesis), penilaian ( evaluation) (Anni 2006); (2) Ranah afektif dapat dilatihkan dengan cara: merencanakan kegiatan mandiri, bekerjasama dengan kelompok kerja, disiplin dalam kelompok kerja, bersikap jujur dan terbuka serta menghargai ilmunya. Ranah afektif mencangkup 5 kategori, yaitu: penerimaan ( receiving), penanggapan ( responding), penilaian ( valuing), pengorganisasian ( organization), pembentukan pola hidup ( organization by a value complex) ( Anni 2006); (3) Ranah psikomotorik dapat dilatihkan melalui: memilih, mempersiapkan, dan menggunakan seperangkat alat atau instrumen secara tepat dan benar. Ranah psikomotorik mencangkup 7 kategori, menurut Elizabeth Simpson, yaitu: persepsi ( perception), kesiapan ( set), gerakan terbimbing ( guided response), gerakan terbiasa ( mechanism), gerakan kompleks ( complex overt response), penyesuaian ( adaptation), kreativitas ( originality) (Anni 2006). Hasil belajar juga merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dalam belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakn aktivitas belajar. Hakekat pembelajaran dengan SETS yaitu pembelajaran harus mampu membuat siswa yang (1) mempelajarinya benar-benar mengerti hubungan tiaptiap elemen dalam SETS secara utuh. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat mengkaji manfaat maupun kerugian yang dihasilkan ( Binadja 1999 ). Pembelajaran SETS diharapkan mampu menciptakan siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan informasi sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam kesatuan yang utuh, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya. Ini sesuai pesan yang terkandung dalam akronim SETS, dimana untuk menggunakan sains (S-pertama) kebentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) perlu dipikirkan berbagai implikasinya pada lingkungan (E) fisik maupun mental, secara tidak langsung hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran SETS memiliki kepedulian terhadap sistem kehidupan (khususnya manusia) yang sebenarnya mengandung elemen SETS di dalamnya (Binadja, 2000). Kelemahan pembelajaran SETS antara lain : 1) kurangnya waktu, 2) k u r a n g n y a sumber daya, 3) sosial ekonomi yang berbeda dan latar belakang budaya, 4) kesulitan evaluasi ( Kim : 2005 ). Menurut Binadja (2000), secara umum hubungan antar elemen SETS tercermin dalam gambar sebagai berikut: LINGKUNGAN MASYARAKAT SAINS Gambar. 1 Hubungan Antar Elemen SETS TEKNOLOGI Hal ini juga sesuai dengan Sahin (2005) yang menjelaskan antara kemajuan teknologi dan lingkungan saling berkaitan. Dalam hal ini siswa melihat fakta-fakta yang ada untuk belajar. Siswa disini dapat mewujudkan ide-ide, sehingga siswa tahu lebih banyak tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam cara yang luas tetapi konsisten Pemberian pembelajaran pendekatan SETS yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dilakukan sebagai berikut, yaitu (1) Pemberian motivasi. Pada tahap ini dilakukan dengan memberi permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini mengandung unsur sains, karena siswa belajar menjawab permasalahan atau belajar mengajukan hipotesis. Selain itu juga mengandung unsur environment, karena permasalahan yang dibahas berhubungan dengan kehidupan seharihari; (2) Pembagian kelompok. Pada tahap ini megandung unsur society, karena siswa diarahkan untuk dapat berinteraksi dengan baik dengan temannya; (3) Melakukan kegiatan eksplorasi. Pada tahap ini siswa

Z. Ragil, S.E. Sukiswo - Penerapan Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Sets 71 diminta untuk melakukan percobaan yang bersifat inquiri. Kegiatan ini mengandung unsur sains, karena siswa dilatih untuk melakukan percobaan sehingga siswa mendapatkan data untuk dianalisis dan membuat kesimpulan sementara dari hasil percobaan tersebut; (4) Diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada tahap ini mengandumg unsur society. Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya saling berinteraksi untuk mengemukakan pendapat tentang hasil percobaannya. Selain itujuga mengandung unsur sains, karena siswa juga belajar untuk mengambil kesimpulan; (5) Diskusi tentang bacaan teknologi. Pada tahap ini mengandung unsur technology, karena dalam bacaan ini memuat teknologi yang berkaitan dengan materi; (6) Evaluasi merupakan tahap terakhir dari rangkaian tiap siklus. Evaluasi dilaksanakan pada akhir pertemuan pembelajaran. Pembelajaran pada siklus 1 ini dilakukan dengan pemberian motivasi awal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memancing cara berfikir siswa agar berani menjawab pertanyaan atau berhipotesis. Namun pada siklus 1 ini banyak siswa yang masih ragu-ragu untuk menjawab atau berhipotesis, hal ini disebabkan siswa masih malu dan belum terbiasa. Selanjutnya dilakukan pembagian kelompok untuk melakukan kegiatan eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi ini yang dilakukan adalah melakukan percobaan yang bersifat inquiri. Pada kegiatan ini siswa siswa dilatih untuk melakukan percobaan sehingga siswa mendapatkan data untuk dianalisis dan membuat kesimpulan. Tetapi pada tahap ini masih banyak siswa yang tidak serius dalam melakukan percobaan, sehingga hasil percobaan belum baik. Hal ini disebabkan siswa yang belum terbiasa melakukan percobaan dan kurang berinteraksi. Pembelajaran pada siklus 2 ini juga dilakukan dengan pemberian motivasi awal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan menyangkut dalam materi. Hal ini dilakukan untuk memancing cara berfikir siswa agar berani menjawab pertanyaan atau berhipotesis. Pada siklus 2 ini sudah banyak siswa yang berani untuk menjawab atau berhipotesis, hal ini disebabkan siswa sudah tidak takut dan malu untuk berpendapat. Selanjutnya dilakukan percobaan sesuai dengan kelompok yang sebelumnya. Percobaan ini untuk materi yang selanjutnya. Pada siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan dalam melakukan percobaan dan diskusi hasil percobaan, seperti siswa sudah mulai disiplin dan berinteraksi dengan baik. Hal ini karena siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan percobaan. Pada siklus 3 ini terjadi peningkatan baik pada tahap pemberian motivasi awal, percobaan, diskusi. Hal ini disebabkan siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan pendekatan SETS, seperti berani berhipotesis, mengambil kesimpulan dan berdiskusi. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus 1 belum memenuhi ketuntasan klasikal. Hal ini disebabkan oleh kesiapan belajar yang belum baik, contoh siswa masih merasa kebingungan dan belum terbiasa dalam melakukan percobaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anni (2004: 33) bahwa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran diantaranya adalah faktor kesiapan belajar dan faktor fisiologis yaitu kondisi tubuh siswa. Refleksi yang dilakukan untuk perbaikan pada siklus II adalah peneliti memberi arahan agar siswa mempelajari terlebih dahulu materi selanjutnya. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dan telah tuntas dengan ketuntasan klasikal sebesar 84,38%. Ini disebakan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan Anni (2007) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Refleksi yang dilakukan untuk siklus III adalah mengupayakan kinerja siswa, dengan cara perbaikan pada LKS dengan mengurangi jumlah pertanyaan yang ada untuk disesuaikan dengan waktunya. Sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu yang tersedia. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil belajar pada siklus III ini mengalami peningkatan, karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran. Dengan ketuntasan klasikal sebesar 100% dan dengan uji gain dari siklus II ke siklus III sebesar 0,34% termasuk dalam katagori sedang, hal ini terjadi karena masih ada beberapa siswa yang tidak serius dalam pembelajaran. Ini sesuai dengan hasil penelitian Sakinah (2009) bahwa pembelajaran dengan menerapkan visi atau pendekatan SETS dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hasil analisis tes akhir siklus untuk hasil belajar kognitif disajikan dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil belajar afektif pada siklus I belum dikatakan tuntas karena belum mencapai 75%. Hal ini disebabkan siswa belum disiplin dalam pembelajaran seperti terlambat masuk ruang kelas. Dan siswa kurang berinteraksi dengan teman sekelompoknya, karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berkelompok. Hal ini sesuai dengan Darsono (2000) bahwa belajar merupakan proses yang dikehendaki adanya perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Refleksi yang dilakukan untuk perbaikan pada siklus II adalah memberikan arahan pada siswa agar siswa lebih displin dan dapat berinteraksi dengan temannya. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada siklus II sudah mengalami peningkatan dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5 % dan peningkatan dengan uji gain dari siklus I ke siklus II sebesar 0,29%. Hal ini disebabkan siswa sudah displin dan dapat berinteraksi dengan baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang disiplin. Ini sependapat dengan Darsono (2000) seperti yang sudah dijelaskan pada siklus I. Refleksi yang dilakukan adalah mengupayakan siswa lebih displin sehingga pembelajaran dapat lebih maksimal. Sedangkan pada siklus III dapat dilhat pada Tabel 2 ketuntasan yang diperoleh telah memenuhi indikator keberhasilan. Hasil belajar afektif siswa meningkat dari tiap siklus, hal ini disebabkan karena siswa sudah mengalami perubahan tingkah laku seperti yang dikemukakan Darsono (2000). Peningkatan atau gain (g) hasil belajar afektif siswa yang diperoleh antara siklus I ke siklus II dalam kriteria rendah dan antara siklus II ke siklus III dalam kriteria sedang. Penilaian hasil belajar psikomorik didasarkan pada ketrampilan gerak siswa dalam percobaan. Data

72 Tabel 1. Hasil belajar kognitif siswa siklus I, II dan III. Keterangan Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Tertinggi 75 92 100 Nilai Terendah 50 58 67 Nilai Rata-rata 67,45 77,08 84,90 Ketuntasan Klasikal (%) 62,50 84,38 100 Gain score (g) 0,026 0,34 Tabel 2. Hasil belajar afektif siswa siklus I, II dan III Aspek Afektif Skor (%) Siklus I Siklus II Siklus III Kehadiran di kelas 84,09 90,62 89,84 Tanggung jawab 75 81,25 85,94 Bekerja sama 71,87 79,68 86,72 Toleransi 72,66 78,12 91,41 Persentase Rata-rata 75,91 82,42 88,48 Nilai Rata-rata Kelas 75,5 82,81 88,91 Nilai Tertinggi 88 94 94 Nilai Terendah 63 63 81 Ketuntasan Klasikal 68,75 87,5 100 Gain score (g) 0,29 0,35 hasil belajar psikomorik disajikan pada tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotorik pada siklus I belum dikatakan belum tuntas karena ketuntasan klasikal yang diperoleh kurang dari 75%, hal ini disebabkan pembelajaran ini relatif baru bagi siswa sehingga membutuhkan proses untuk penyesusaian. Hal ini sesuai dengan Anni (2007: 2) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya setelah mengalami aktivitas. Refleksi yang dilakukan adalah siswa diarahkan untuk lebih serius dalam melakukan percobaan. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada siklus II hasil belajar psikomotorik sudah mengalami peningkatan dan dapat dikatakan tuntas.hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai tertib dalam melakukan percobaan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Suparno (2006: 13) bahwa belajar merupakaan proses siswa aktif membangun sendiri pengetahuannya. Refleksi yang dilakukan adalah lebih mengondisikan siswa agar lebih sungguh dalam melakukan percobaan. Sedangkan dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada siklus III hasil belajar psikomotorik siswa dikatakan telah tuntas. Hasil belajar psikomotorik siswa dari tiap siklus mengalami peningkatan. Peningkatan dari siklus I ke II dan II ke III mengalami peningkatan yang signifikan dengan kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh keaktifan siswa dalam mengikuti percobaan dan diskusi. Siswa sangat tertarik mengikuti pembelajaran yang mengaitkan antara unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, yang ditunjukkan oleh keaktifan dan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Charvalo (2005) yang menyebutkan bahwa pembelajaran SETS merupakan seluruh rangkaian kategori yang dapat dianggap bermakna karena siswa memiliki porsi lebih banyak untuk mengekspresikan ide-idenya, misalnya dalam presentasi. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan SETS dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik siswa. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Tyas (2009) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SETS

Z. Ragil, S.E. Sukiswo - Penerapan Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Sets 73 Tabel 3. Hasil belajar psikomorik siswa siklus I, II dan III Aspek Afektif Skor (%) Siklus I Siklus II Siklus III Kehadiran di kelas 84,09 90,62 89,84 Tanggung jawab 75 81,25 85,94 Bekerja sama 71,87 79,68 86,72 Toleransi 72,66 78,12 91,41 Persentase Rata-rata 75,91 82,42 88,48 Nilai Rata-rata Kelas 75,5 82,81 88,91 Nilai Tertinggi 88 94 94 Nilai Terendah 63 63 81 Ketuntasan Klasikal 68,75 87,5 100 Gain score (g) 0,29 0,35 dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa kesimpulan, yaitu (1) Pembelajaran sains dengan pendekatan SETS pada materi cahaya dilatihkan kepada siswa diseluruh rangkaian pembelajaran yaitu dalam proses pemberian motivasi awal, proses percobaan, diskusi hasil percobaan, presentasi hasil diskusi dari percobaan, diskusi LD. Dalam satu rangkaian siklus diakhiri dengan pelaksanaan tes akhir siklus yang dilaksanakan pada akhir pertemuan pembelajaran; (2) Pembelajaran sains dengan pendekatan SETS pada materi cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa Beberapa saran yang dapat diberikan penulis setelah penelitian ini dilaksanakan yaitu (1) Bagi guru, Pembelajaran sains dengan pendekatan SETS dapat dijadikan alternatif dalam memilih variasi strategi pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Bagi guru, dalam memilih bahan diskusi perlu memperhatikan keterbaruan informasi dan menyajikan peristiwa-peristiwa yang sedang update. Hal itu untuk membuat pelajaran lebih menarik. (3) Bagi peneliti, hendaknya memperhitungkan kesesuaian antara tingkat kesulitan materi yang akan diajarkan dengan waktu pelaksanaan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Anni, C.T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press Binadja, A. 1999. Hakekat Dan Tujuan Pendidikan SETS ( Science, Environment, Technology, Society) Dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan Yang Ada. Prosiding Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan SETS, Universitas Negeri Semarang, 14-15 Desember Binadja, A. 2000. Wawasan SETS (Science, Environment, Techology, Society) dalam Pengembangan Kurikulum Sains. Semarang: Laboratorium SETS UNNES Semarang. Charvalo. 2005. Relation Involving Science, Techology, and Environment in Student Prespectives. Education of Science, 5 (3) Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Fatimah, Mur. 1998. Pembelajaran SETS Mendukung Pembelajaran Efektif di SD. Semarang: Unnes Semarang Kim, M. 2003. Integrity in Life, Teaching an Science Education. Education Insights, 8 (2) Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICA Sahin, Nurretin. 2006. Student Teacher Attitudes Concering be Understanding the Nature of Science. International Education Journal, 7 (1), 51-55 Sakinah, L. 2010. Penerapan Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Life Skill Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA UNNES Tyas, I.A. 2010. Model Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan SETS untuk Menungkatkan Pemahaman dan Aktifitas Belajar Siswa. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA UNNES W i y a n t o. 2 0 0 8. M e n y i a p k a n G u r u S a i n s Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS