BAB I PENDAHULUAN. birokrasi modern. Hal ini setidaknya sejalan dengan pandangan Etzioni (1986: 35)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi tiap-tiap warga negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS

1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku The Division of Labor In Society (1964: 49-51) Durkheim

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PENGARUH KONTRAK PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN LEMBAGA BIROKRASI PUBLIK PADA KANTOR DESA

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. citra yang kurang baik terhadap pihak pemerintah. Mengingat fungsi utama

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

SOP (STANDART OPERASIONAL PROSEDUR) Tentang

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dibawah undang undang ini tidak sekedar memindahkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesimpulan. Bab Sembilan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

PEMBENAHAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan merupakan salah satu bidang

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah

I. PENDAHULUAN. desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang pelayanan pemerintah menjadi sorotan umum,

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Soehartono (1999: 9) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB I PENDAHULUAN. baru bagi masyarakat. Polri saat ini memasuki usia ke-70, masih berjuang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Panduan diskusi kelompok

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Indonesia berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) terdiri dari

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan kenegaraan modern, birokrasi memegang peranan penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka dapat diformulasikan bahwa masyarakat hanya akan mendapatkan pelayanan publik yang baik, berguna, dan memuaskan jika penyelenggaraannya dilakukan melalui birokrasi modern. Hal ini setidaknya sejalan dengan pandangan Etzioni (1986: 35) bahwa: Birokrasi dinilai sebagai alat yang paling efektif dalam melaksanakan kebijakan pemerintah apapun. Di negara-negara yang sedang membangun peranan birokrasi yang sudah penting itu semakin bertambah penting dengan dijalankannya pula oleh birokrasi fungsi-fungsi lain di luar policy implementation seperti menjadi artikulator dan agretator kepentingan, menjadi sumber informasi tentang public issues and political events, sehingga mempengaruhi proses penyusunan kebijakan pemerintah, menjalankan sosialisasi politik, menjadi stabilisator politik, menjadi pengendali pembangunan, melakukan pelayanan, dan lain sebagainya. Pentingnya kehadiran birokrasi menurut Wahyudi Kumorotomo (1992:71) setidaknya didasari oleh tiga alasan, yakni: pertama, pluralisme politik. Diferensiasi pola kehidupan masyarakat mengakibatkan terbentuknya pluralisme politik yang belum pernah terjadi pada jaman sebelumnya. Untuk menjawab aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, pemerintah harus melakukan departemenisasi yang sangat luas, dan itu hanya bisa dilaksanakan melalui birokrasi. Kedua, proses konsentrasi. Ini terjadi karena begitu banyak tugas-tugas finansial yang mesti dilaksanakan oleh birokrat sehingga mau tidak mau harus dapat memelihara gerak langkah birokrasi dengan sistem pertanggungjawaban yang pasti. 1

Ketiga, kompleksitas teknologi. Hal ini juga menghendaki dibuatnya pola-pola rasional yang telah menjadi ciri khas birokrasi. Berdasarkan ketiga alasan di atas, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa rasionalitas birokrasi hendaknya tanggap terhadap kehendak serta kebutuhan masyarakat, dan bukan sekedar mengutamakan rasionalitas yang kaku, yang lebih tanggap terhadap kehendak para pejabat. Dalam konteks kehidupan kenegaraan khususnya di Indonesia, persepsi orang tentang birokrasi selalu adalah birokrasi pemerintah dan seringkali diartikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat yaitu suatu kerajaan yang rajarajanya adalah pejabat dari suatu bentuk organisasi yang digolongkan modern (Thoha, 2003:2). Dalam perspektif seperti ini, maka tentu kehendak para pejabat lebih diutamakan ketimbang pelayanan birokrasi yang berkualitas kepada masyarakat. Dengan demikian, maka birokrasi memegang peranan penting dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Birokrasi adalah satu-satunya lembaga yang memiliki struktur jaringan terlengkap di seluruh wilayah negara atau daerah, oleh karena fungsinya sebagai alat penyelenggara pemerintahan, keberadaan institusi birokrasi meliputi setiap desa atau kelurahan yang ada dalam suatu negara atau daerah. Dengan demikian, semua sumber kekuasaan yang dimiliki oleh birokrasi itu menjadikan birokrasi sebagai institusi atau lembaga yang dominan dan dibutuhkan oleh semua pihak, atau dengan kata lain, dalam kehidupan negara modern setiap orang ataupun kelompok sudah pasti bergantung pada birokrasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat katakan bahwa birokrasi adalah ruh pelayanan publik bagi masyarakat. Walaupun demikian, ruh pelayanan publik pada masa Orde Baru sepertinya mengalami pereduksian sebatas pelayanan kepada pejabat. 2

Gerak birokrasi dengan ciri Asal Bapak Senang (ABS) merupakan buah pahit yang terpaksa ditelan oleh masyarakat Indonesia, akumulasi buah pahit itu meluapkan emosi masyarakat dengan melahirkan reformasi yang dimulai tahun 1998. Salah satu tuntutan dari gerak masyarakat itu adalah reformasi birokrasi pada setiap level pemerintahan, baik dari pusat sampai ke daerah-daerah. Dengan demikian gerakan reformasi menghendaki birokrasi memiliki netralitas politik, responsif, akuntabel, dan transparan dalam melakukan pelayanan publik bagi masyarakat. Walaupun demikian, disadari pula bahwa harapan masyarakat tentang adanya pelayanan publik yang baik dan bermanfaat itu belum seluruhnya terwujud. Dalam banyak hal kita masih menemui prosedur pelayanan yang berbelit-belit, lambatnya pelayanan dan korupsi yang mengakar dengan beragam bentuknya dalam birokrasi. Mencermati citra buruk penyelenggaraan pelayanan publik dalam perspektif birokrasi ini memunculkan sebuah asumsi bahwa seolah-olah negara ini (Indonesia) tidak pernah mengalami reformasi 1998. Jika pandangan tentang pelayanan publik yang dilakukan negara dengan birokrasinya diarahkan pada level makro maka yang muncul tentulah penilaian yang negatif. Sebenarnya pada level mikro arah pelayanan publik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kenegaraan sudah memunculkan wajah yang sedikit memuaskan, walaupun belum semuanya memberikan pelayanan yang berkualitas. Misalnya saja dengan ditetapkannya UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah atau yang sering dikenal dengan UU Otonomi Daerah, telah memberikan ruang gerak yang cukup baik bagi pemerintah desa untuk mengatur diri dan memberikan pelayanan yang prima bagi warganya. 3

Tuntutan reformasi 1998 (yang masih juga tetap diupayakan sampai sekarang) tentang perbaikan kehidupan kenegaraan dan pelayanan kepada masyarakat (dalam makna civil society), juga telah memberikan spirit yang positif kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk melakukan reformasi birokrasi dalam tubuhnya sendiri. Mencermati Surat Keputusan Kapolri No. Pol SKEP/737/x/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang kebijaksanaan dan strategi penerapan model Perpolisian Masyarakat (Polmas) dalam penyelenggaraan tugas-tugas Polri, terkesan adanya keterlambatan reformasi dalam tubuh Polri ini. Walaupun demikian, upaya reformasi yang dilakukan perlu didukung, sebab setidaknya ada niat baik yang melandasi kebijakan itu demi memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Fokus penelitian ini, diarahkan pada bentuk reformasi pada tubuh Polri tersebut. namun tidak dalam kerangka melihatnya secara umum bentuk reformasi Polri itu. Fokus utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pembentukan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) yang merupakan konsekuensi logis dari reformasi Polri tentang pembentukan Polmas. Selain itu, penelitian ini juga mengambil satu lokasi khusus (setingkat desa) sebagai lokasi amatan pelaksanaan peran FKPM dalam menangani dan menyelesaikan masalah-masalah sosial atau kamtibmas. Desa yang dimaksud adalah desa Kaliurang, Kec. Srumbun, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Kaliurang dibentuk tahun 2007 atas prakasa polisi dan pemerintah desa. Dalam proses identifikasi masalah yang dilakukan tahun 2006 oleh pemerintah desa Kaliurang dan Polmas, ditemukan berbagai macam masalah sosial yang sering terjadi, diantaranya: pencurian, perampokan dan penganiayaan, perselingkuhan, narkoba dan minuman keras (miras), dan perkelaihian 4

antar warga, adalah bentuk-bentuk penyelewengan atau perilaku menyimpang dari individu-individu yang terus berulang dan meresahkan masyarakat. Selain itu, permasalahan ini dapat menjadi lebih kompleks akibat masalah-masalah yang ditimbulkan oleh bencana alam. Desa Kaliurang, kabupaten Magelang merupakan desa yang rawan bencana alam karena posisinya (letaknya) yang hanya berjarak 9 kilometer dari Gunung Merapi. Terjadinya bencana alam tentu meninggalkan berbagai permasalahan sosial yang tidak bisa jika hanya dibebankan kepada pemerintah daerah apalagi pemerintah desa. Sehingga hal yang mendesak untuk menanggulangi masalahmasalah itu adalah adanya kebutuhan mensinergikan aktivitas pemerintahan desa dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat agar tercipta kehidupan yang damai dan harmonis. 1 Menyeruaknya masalah-masalah yang berkaitan kamtibmas adalah bukti konkrit lenturnya pemahaman masyarakat (warga) akan nilai dan norma atau adat-istiadat setempat. Masalah-masalah sosial seperti ini memang sulit jika proses penyelesaiannya langsung diserahkan polisi yang terlanjur dicitrakan negatif oleh masyarakat, karena sering main hakim sendiri atau pukul dulu baru tanya. Dalam perspektif seperti inilah maka tujuan reformasi birokrasi kepolisian yang melahirkan Polmas bertujuan sebagai forum komunikasi polisi dan masyarakat, dan pembentukan FKPM diupayakan dalam rangka memberikan pelayanan dan menyelesaikan masalah-masalah sosial yang muncul 1 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Kaliurang, Ibu Kaptiyah tanggal 18 Mei dan 18 Juli 2012; dan Sekretaris Desa, bapak Suwardi tanggal 1 Mei 2012, masing-masing di kantor desa Kaliurang. Menurut mereka menyeruaknya masalah-masalah sosial itu tidak munkin hanya bisa diselesaikan oleh pemerintah desa (perangkat desa), karena itu ada kebutuhan untuk membentuk semacam forum kemitraan polisi masyarakat yakni FKPM dengan jutuan membantu pemerintah desa dan juga polisi untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan kamtibmas. 5

dalam masyarakat, tentunya dengan pendekatan yang berbeda, yakni pendekatan kekeluargaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat diberdayakan untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri. Argumentasi ini didasarkan pada pemahaman bahwa yang menjadi anggota atau pengurus FKPM bukan polisi tetapi masyarakat sendiri. Pihak polisi yang bekerjasama dengan berbagai organisasi nonpemerintah (LSM/NGO) hanya bertugas memberdayakan, memberikan penguatan kapasitas baik individu maupun kelembagaan kepada FKPM untuk mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang ada di daerahnya masing-masing, dalam hal ini desa Kaliurang. 2 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran FKPM dalam mengatasi masalah-masalah kemasyarakatan di Desa Kaliurang, Kabupaten Magelang?. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendiskripsikan peran FKPM dalam mengatasi masalah-masalah sosial di Desa Kaliurang, Kabupaten Magelang. 2 Hasil wawancara dengan Kades Kaliurang, Ibu Kaptiyah tanggal 12 Mei 2012 di ruang kerjanya. 6

1.4. Manfaat Penelitian Sebagai sebuah tulisan ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi teori kebijakan publik dengan fokus pada penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah (negara) kepada masyarakat yang salah satu bentuknya adalah Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM), agar tercipta sinergisitas pelayanan publik yang baik dengan tuntutan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan kehidupan bersama yang damai, rukun dan harmoni. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat tentang kinerja FKPM dalam membantu masyarakat guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan, dengan pendekatan kekeluargaan. 7