BAB I PENDAHULUAN. dunia yang berpengaruh terhadap perekonomian global. Ini ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. senang menggunakan pakaian yang bermotif batik baik digunakan saat santai, kuliah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang saat ini dirasakan hampir di seluruh dunia mengakibatkan

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon merupakan sentra dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang dilakukan oleh setiap negara tak terkecuali Indonesia. Adapun

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia pada umumnya dewasa ini sangat cepat berubah demikian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi ekonomi, keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Solusi Bisnis. Jika kita melihat kondisi persaingan yang dihadapi oleh UKM Indonesia. secara umum dan Perusahaan Denmarx secara khususnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

mempertahankan ekststensinya. Pesaing-pesamg yang dihadap, oleh Batik

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga kini masih memperhatikan perkembangan cukup baik. Jumlah pabrik

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

1 repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan bangsa Indonesia untuk jangka waktu yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen. nilai lebih tinggi dibanding pesaing kepada konsumen, seperti harga yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Lebih dari 2,25 miliar cangkir kopi diminum setiap harinya dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan merupakan kenyataan yang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika perekonomian tidak terlepas dari perkembangan perekonomian dunia yang berpengaruh terhadap perekonomian global. Ini ditandai dengan adanya krisis Eropa yang mempengaruhi penurunan perekonomian negara Eropa tetapi berpengaruh juga terhadap negara- negara lain yang melakukan kegiatan ekspor dan impor ke negara Eropa. Untuk menanggulangi krisis Eropa, Negara Eropa lebih melakukan ekspor ke wilayah negara lain seperti Asia dan mengurangi impornya. Tetapi hal ini berdampak negatif terhadap menurunnya nilai ekspor Negara Asia seperti Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut ini. TABEL 1.1 PERTUMBUHAN EKSPOR INDONESIA Komoditas Pertumbuhan 2011 2012 2013 2014 Migas 56,2 48,9 33,4 17,2 Ekspor Non- Migas 30,4 31,7 36,7 82,7 Pertambangan 36,1 38,6 42,3 12,9 Industri 30,3 47,8 76,5 66,5 Pertanian 2,6 2,3 2,9 3,2 Sumber : Badan Pusat Statistik 2015 Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan ekspor sektor migas mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 56,2% sedangkan non migas mengalami kenaikan sebesar 30,4%. Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor migas kembali mengalami kenaikan sebesar 48,9% sedangkan sektor non migas naik sebesar 31,7%. Pada tahun 2013, pertumbuhan sektor migas kembali mengalami kenaikan

2 sebesar 33,4% sedangkan sektor non migas naik sebesar 36,7%. Pada tahun 2014, pertumbuhan sektor migas kembali mengalami kenaikan sebesar 17,2% sedangkan sektor non migas naik sebesar 82,7%. Beberapa sektor yang menunjang sektor non migas tiga diantaranya yaitu sektor pertambangan mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 12,9%, sektor industri mengalami pertumbuhan pada tahun 2014 sebesar 66,5%, dan sektor pertanian mengalami pertumbuhan pada tahun 2014 sebesar 3,2%. Data pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa industri mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara melalui kegiatan ekspor dari sektor non- migas lainnya dan sektor industri memiliki potensi yang sangat baik jika terus dikembangkan karena sektor industri di Indonesia dari setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat tergambar pada Tabel 1.2 berikut ini. TABEL 1.2 PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA Tahun Pertumbuhan 2010 4,6% 2011 5,9% 2012 7,1% 2013 7,14% 2014 7,32% Sumber : Kadin dalam Kompas 2014 Tabel 1.2 di atas menunjukkan tingkat pertumbuhan sektor industri pada tahun tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4,6%, tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,9%, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,1%, tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 7,14% dan mengalami peningkatan sebesar 7,32% pada tahun 2014. Hal tersebut membuktikan bahwa sektor industri mengalami peningkatan setiap tahunnya.

3 Menurut Ketua Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kadin Indonesia Didik J Rachbini, Angka pertumbuhan industri masih dianggap rendah dibandingkan pertumbuhan industri pada tahun 1990 mencapai 200%, dan diharapkan pertumbuhan industri pada tahun berikutnya mencapai 8% sampai 9%. Di Indonesia pengembangan industri tersebar dibeberapa kawasan pengembangan industri yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua dan Kep. Maluku. Kawasan- kawasan yang telah dipaparkan tersebut memiliki beranekaragam sektor industri. Menurut Dirjen Pengembangan Pewilayahan Industri Kementrian Perindustrian Dedi Mulyadi, Penyebaran daerah industri di Indonesia sebagian besar masih berpusat di pulau Jawa, yaitu sekitar 75%, sedangkan 25% di luar Pulau Jawa, namun dalam jangka panjang dominasi penyebaran industri pulau Jawa akan semakin berkurang, yaitu menjadi 60%, dan luar pulau Jawa menjadi 40%. Dominasi pulau Jawa dalam penyebaran industri di Indonesia akan berlanjut sampai tahun 2025. Karena dari sisi sumber daya manusia, infrastruktur, dan sumber daya alam, pulau Jawa lebih siap menjadi lokasi pengembangan industri dibandingkan pulau-pulau lainnya. Di pulau jawa terdapat beberapa sektor industri yang tersebar di beberapa provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Banten. Tetapi hanya beberapa provinsi yang memberi sumbangan terbesar seperti DKI Jakarta sebesar 16,4%, Jawa Timur sebesar 14,7%, Jawa Barat sebesar 14,3% dan Jawa Tengah sebesar 8,5%. Jawa Barat berada diurutan kedua setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur, jika lebih ditingkatkan Jawa Barat bisa berada diurutan pertama mengalahkan DKI

4 Jakarta dan Jawa Timur karena Jawa Barat mampu memberikan kontribusi terhadap Pulau Jawa disebabkan Jawa Barat memiliki banyak sektor Industri yang tersebar dibeberapa kota yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar. Dibeberapa kota yang telah dijelaskan, memiliki beragam komoditi industri unggulan yang memberikan kontribusi terhadap Jawa Barat, salah satunya Kota Cirebon memiliki beberapa jenis komoditi industri unggulan yang mendominasi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut : TABEL 1.3 JENIS-JENIS KOMODITI INDUSTRI UNGGULAN KOTA CIREBON 2014 No Jenis Komoditi Unit 1. Kapasitas Produksi Nilai Produksi (Rp.000) Nilai Investasi (Rp.000) Meubel / Kerajinan Rotan 1.260 66.123 ton 1.514.244.781 209.003.612 2. Meubel Kayu 1.218 971.099 pcs 252.222.915 49.313.078 3. Konveksi 593 5.010.000pcs 19.375.750 14.928.500 4. Batu Alam 341 4.910.131m 2 172.882.201 10.951.000 5. Batik 420 18.545 kodi 53.221.000 10.455.250 6. 7. Roti dan Makanan Ringan 417 13.202 ton 146.142.050 7.586.165 Kerajinan Kulit Kerang 7 290.000 pcs 199.335.000 1.250.000 8. Sandal Karet 20 35.250 kodi 4.355.100 1.182.156 9. Emping Melinjo 132 957 ton 19.175.643 632.965 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cirebon 2014 Berdasarkan Tabel 1.3 menjelaskan Meubel/ Kerajinan Rotan memiliki investasi sebesar Rp. 209.003.612, Meubel Kayu memiliki investasi sebesar Rp. 49.313.078, Konveksi memiliki investasi sebesar Rp. 14.928.500, Konveksi memiliki investasi sebesar Rp. 14.928.500, Batu Alam memiliki investasi sebesar Rp. 10.951.000, Batik memiliki investasi sebesar Rp. 10.455.250, Roti dan Makanan Ringan memiliki investasi sebesar Rp. 7.586.165, Kerajinan Kulit

5 Kerang memiliki investasi sebesar Rp. 1.250.000, Sandal Karet memiliki investasi sebesar Rp. 1.182.156, Emping Melinjo memiliki investasi sebesar Rp. 632.965. Sektor industri Batik berada pada urutan kelima yang mampu memberikan investasi terhadap Jawa Barat, meskipun berada pada urutan kelima Batik merupakan ciri khas Kota Cirebon yang begitu terkenal sampai ke luar negeri dibandingkan industri unggulan lain yang ada di Kota Cirebon. Jika terus dikembangkan industri batik di Cirebon dapat berada pada urutan pertama industri yang memberikan investasi kepada Kota Cirebon karena dalam perkembangannya Batik bukan hanya monopoli pakaian tetapi telah menjadi bagian budaya Kota Cirebon. Pengrajin Industri Batik di Cirebon tersebar dibeberapa daerah, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini : TABEL 1.4 JUMLAH PENGRAJIN BATIK CIREBON 2014 No KAWASAN JUMLAH PENGRAJIN 1. Desa Wotgali / Kaliwulu 13 2. Desa Weru 5 3. Desa Weru Lor 7 4. Desa Trusmi Kulon 107 5. Desa Trusmi Wetan 78 6. Desa Marikangen 1 7. Desa Panembahan 25 8. Desa Kalitengah 16 9. Desa Kalibaru 45 10. Desa Gamel 5 11. Desa Ciwaringin 118 Total 420 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ciebon 2014 Pada Tabel 1.4 terlihat jumlah pengrajin industri Batik di Cirebon terpusat di Desa Trusmi. Batik di Cirebon yang menurut perkembangan sejarahnya, Desa Trusmi merupakan desa pertama yang mengembangkan Batik dari Kratonan Cirebon sehingga sekarang dijadikan pusat industri Batik di Cirebon yang

6 meliputi Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Industri Batik terbesar berada pada Trusmi Kulon, tiga diantaranya yaitu Batik Nova, Batik Annur, Batik Masinah. Dalam menjalankan bisnisnya ketiga Toko Batik tersebut pasti mengalami peningkatan dan penurunan dalam penjualan produknya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini : TABEL 1.5 RATA - RATA PENDAPATAN PENJUALAN KETIGA TOKO BATIK TERBESAR DI CIREBON Nama 2010 2011 2012 2013 2014 Batik 820.100.000 820.300.000 820.500.000 820.800.000 820.000.000 Nova Batik Annur 720.800.000 720.100.000 720.300.00 720.150.000 721.100.000 Batik 700.300.000 700.450.000 700.550.000 800.000.000 801.000.000 Masinah Sumber : Industri Batik Trusmi Pada Tabel 1.5 menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan Batik Nova mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 tetapi mengalami penurunan pendapatan penjualan pada tahun 2014, sedangkan Batik Annur mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan kembali mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 sedangkan Batik Masinah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Fluktuasi yang terjadi pada ketiga toko Batik Trusmi menunjukkan berkurangnya keputusan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap produk batik yang berpengaruh terhadap tingkat penjualan dan kinerja ketiga toko batik tersebut. Bermunculannya pengusaha yang mendirikan toko Batik berdampak pada ketatnya persaingan dan ada beberapa toko batik yang gulung tikar. Namun ketiga toko tersebut merupakan toko Batik yang masih menguasai pasar di Cirebon. Hal

7 tersebut dapat dilihat dari data market share dari ketiga toko Batik tersebut pada Tabel 1.6 di bawah ini TABEL 1.6 MARKET SHARE TIGA TOKO BATIK DI CIREBON PADA TAHUN 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Batik Nova 36.6 36.6 36.6 35.1 35 Batik Annur 32.2 32.1 32.1 30.8 30.8 Batik Masinah 31.2 31.3 31.3 34.1 34.2 Sumber: Industri Batik Trusmi Tabel 1.6 di atas menunjukkan data market share tiga toko batik di Cirebon. Dari data di atas dapat dilihat bahwa market share Batik Nova selalu menjadi yang paling tinggi. Market share Batik Masinah yang mengalami kenaikan setiap tahunnya, sedangkan Batik Annur mengalami penurunan market share di setiap tahunnya. Pada tahun 2014, Batik Nova memiliki market share paling tinggi diantara ketiga toko tersebut sebesar 35%, sedangkan Batik Annur memiliki market share paling rendah sebesar 30,8% di bawah Batik Masinah yang memiliki market share sebesar 34,2%. Dalam menghadapi persaingan ketiga toko batik tersebut menggunakan berbagai strategi untuk mempengaruhi konsumen agar memutuskan pembelian kepada ketiga toko batik tersebut. Strategi strategi yang digunakan ketiga kandidat toko batik terbesar di Trusmi dapat dilihat pada Tabel 1.6 berikut ini : N O TABEL 1.6 STRATEGI TIGA TOKO BATIK TERBESAR DI TRUSMI 2014 MARKETING MIX BATIK NOVA BATIK MASINAH BATIK ANNUR 1 PRODUK Menyediakan jenis PRODUK Menyediakan jenis PRODUK Menyediakan jenis

8 N O MARKETING MIX BATIK NOVA BATIK MASINAH BATIK ANNUR batik tulis, cap Menyediakan bahan batik, baju batik laki-laki dan perempuan. Memiliki desain yang menarik 2 PRICE Harga batik tulis berkisar 250.000 sampai 1.000.000 Batik cap berkisar 150.000 sampai 500.000 3 PROMOTION Pemasangan baligo Pemberian kartu nama batik tulis. Menyediakan bahan batik Memiliki desain yang menarik PRICE Harga batik tulis berkisar 300.000 samapai 1.500.000 PROMOTION Pemasangan baligo Pemberian kartu nama batik tulis, cap, printing Menyediakan bahan batik, baju laki-laki dan perempuan. Memiliki desain yang kurang menarik PRICE Harga batik tulis berkisar 150.000 samapai 1.000.000 Harga cap berkisar 150.000 sampai 500.000 PROMOTION Pemasangan baligo Pengiklanan lewat radio Pemberian kartu nama 4 PLACE Penyediaan parkiran yang luas Tempat strategis dekat dengan jalan raya Penempatan tata letak batik menarik Sumber : Pengusaha Batik Trusmi PLACE Penyediaan parkiran relative lebih luas Tempat kurang strategis PLACE Tempat parkir sempit Tempat strategis Penempatan tata letak batik menarik Pada Tabel 1.6 menjelaskan beberapa strategi yang telah dikembangkan dan diterapkan oleh ketiga Toko Batik terbesar di Trusmi. Dari beberapa strategi yang telah tersaji pada Tabel 1.6 diatas tetap pembuatan desain baru merupakan strategi yang mendasar untuk menarik keinginan konsumen dalam memutuskan pembelian kepada ketiga Toko Batik terbesar di Cirebon, karena pembuatan desain harus menarik perhatian agar menimbulkan keinginan untuk membeli.

9 Dahulu Batik di Cirebon lebih cenderung mebuat motif mega mendung dengan dominan berwarna coklat dan bentuk baju formal yang sering dipakai oleh kalangan atas sedangkan seiring berjalannya waktu pembuatan desain baru membuat kembali motif, warna, bentuk yang lebih unik dan menarik dengan berbagai macam motif, warna dan bentuk yang bisa dipakai oleh kalangan apapun. Strategi yang diciptakan bertujuan untuk memuaskan konsumen yang berkunjung ketiga Toko Batik terbesar di Cirebon. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan desain baru diharapkan mempengaruhi konsumen untuk memutuskan keputusan pembelian kepada ketiga produk Toko Batik. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang PENGARUH DESAIN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada konsumen Batik Trusmi di Cirebon) 1.2 Identifikasi Masalah Perubahan yang terjadi pada volume penjualan ketiga Toko Batik, Batik Nova mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 tetapi mengalami penurunan pendapatan penjualan pada tahun 2014, sedangkan Batik Annur mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan kembali mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 sedangkan Batik Masinah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Fluktuasi yang terjadi pada ketiga toko Batik Trusmi menunjukkan berkurangnya keputusan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap produk batik yang berpengaruh terhadap tingkat penjualan dan kinerja ketiga toko batik tersebut.

10 Bermunculannya pengusaha yang mendirikan toko Batik berdampak pada ketatnya persaingan dan ada beberapa toko batik yang gulung tikar. Untuk lebih meningkatkan volume penjualan, ketiga Toko Batik harus memiliki strategi pemasaran yang tepat untuk mempengaruhi dan membujuk konsumen untuk memutuskan keputusan pembelian pada ketiga Toko Batik di Cirebon. Desain produk merupakan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan serta mempertahankan keputusan pembelian konsumen, pembuatan desain merupakan strategi yang mendasar karena harus menarik agar menimbulkan rasa ingin membeli dan mempertahankan kualitas produk ketiga Toko Batik di Cirebon. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut : Berawal dari bermunculannya pengusaha batik yang mendirikan showroom di daerah trusmi yang berdampak pada menurunnnya keputusan pembelian konsumen yang mengakibatkan semakin banyaknya persaingan diantara pengusaha batik di daerah tersebut. Hal ini apabila dibiarkan dapat membahayakan volume penjualan ketiga toko Batik Trusmi di Cirebon. Menggunakan strategi desain produk dapat mempengaruhi konsumen yang berujung pada keputusan pembelian. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran desain produk pada produk ketiga toko Batik di Cirebon 2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen terhadap produk ketiga Batik di Cirebon

11 3. Bagaimana pengaruh desain produk terhadap keputusan pembelian konsumen Batik di Cirebon 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut: 1. Memperoleh temuan mengenai gambaran desain produk ketiga Toko Batik di Cirebon. 2. Memperoleh temuan mengenai gambaran keputusan pembelian konsumen terhadap ketiga Toko Batik di Cirebon. 3. Memperoleh temuan mengenai pengaruh desain produk terhadap keputusan pembelian konsumen ketiga Toko Batik di Cirebon. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai penjualan secara langsung yang dilakukan untuk menciptakan keputusan pembelian oleh konsumen. Penelitian ini diharapkan dapat menyokong teori lama dan sekaligus dapat menjadi sebuah sumbangan bagi para akademisi untuk mengembangkan teori pemasaran. 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, masukkan dan sumbangan pemikiran untuk industri lain khususnya yang bergerak di bidang industri batik guna memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengaruh penjualan secara langsung terhadap keputusan pembelian

12