dengan fungsi penyangga penyangga interaksi masyarakat, dan Lembaga adat Desa pemdes, ada aturan adat

dokumen-dokumen yang mirip
DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.15 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.15 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI

KERANGKA PIKIRAN DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN TENTANG HUTAN PASKA MK35/PUU-X/2012: PELUANG DAN TANTANGAN. Andiko, SH. MH Direktur Eksekutif Huma

BUPATI PESISIR SELATAN

PP 47/1996, PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN BANGKO, KERINCI DAN TANJUNG JABUNG DALAM WILAYAH PROPINSI

Lampiran: Matriks Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Merangin

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013

04. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/DPD RI/III/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM KESEPAKATAN PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT DESA GUGUK KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN MERANGIN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPUTUSAN BUPATI MERANGIN NOMOR 287 TAHUN 2003 TENTANG

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi,

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

Presiden Republik Indonesia,

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN A.

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

EKSEKUTIF SUMMARRY DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2016

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Berbagi Pengalaman Menghitung Potensi Kayu dan Karbon di Hutan Desa Talang Tembago

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSANBUPATI SAROLANGUN NOMOR 3')7 /BUNHUT/2014 TENTANG PENGUKUHANKAWASANHUTANADATDUSUN MENGKADAIDESA TEMENGGUNG KECAMATANLIMUN BUPATI SAROLANGUN,

Perlindungan Hutan Tropis Berbasis Kearifan Lokal. Inisiatif Hutan Desa di Kabupaten Merangin

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN POTENSI LAHAN UNTUK PERLUASAN TANAMAN PADI SAWAH KABUPATEN PESISIR SELATAN, TANAH DATAR, REJANG LEBONG, BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 NOMOR 23

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA


V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Jenis-Jenis dan Fungsi Peta Arif Basofi

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

SEMINAR NASIONAL Tema Hutan Dan Lahan Kita: Bersama Mencari Harapan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Terkenal dengan "Lomang Batang"nya. Yakni sebuah makanan khas daerah

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011

19 Oktober Ema Umilia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN KEJADIAN BENCANA DAN BANTUAN SANTUNAN BENCANA TAHUN 2016 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

Guru. 1 Bangko

OUTLINE I. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LEBONG ISU-ISU STRTEGIS KABUPATEN LEBONG III. POTENSI SUMBER DAYA UNGGULAN KABUPATEN LEBONG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN KERINCI

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

PROFIL SINGKAT HUTAN ADAT DI 24 DESA SEKITAR TNKS Kaki Bukit Langeh Desa Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat, Kabupaten Kerinci Nenek Limo Hiang Tinggi Nenek Empat Betung Kuning Muara Air Dua Desa Hiang Tinggi, Desa Betung Kuning, Desa Muara Air Dua, Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci Temedak Hutan Temedak, Desa Keluru, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci Hulu Air Lempur Desa Lempur Mudik, Desa Lempur Hilir, Desa Dusun Baru Lempur, Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci 292 ha 858,95 ha 23 ha 858,3 ha Hutan primer, hutan Hutan primer dan kebun Hutan sekunder dan Hutan primer, Tutupan hutan sekunder dan belukar campur kebun campur perladangan kayu manis, dan kebun campur Sumber air, sumber kayu Daerah tangkapan air, Perlindungan tata air, Daerah tangkapan air bagi bangunan, obat-obatan, daerah penyangga TNKS sumber tanaman obat dan sawah di 4 desa tsb., material upacara, dengan fungsi penyangga bahan baku upacara, sumber tanaman obat, potensi getah kayu balam perluasan habitat, hasil hutan non-kayu daerah penyangga TNKS dan pinus, mencegah penyangga interaksi dengan fungsi penyangga longsor, dan perluasan habitat dan stabilisasi batas TNKS penyangga interaksi, stabilisasi batas TNKS Lembaga dan Lembaga Desa pemdes, ada aturan Keluru saat Lembaga Desa Nenek Limo Hiang Tinggi, Nenek Empat Betung Kuning Muara Air Dua Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan lindung Dikelola oleh, mulai dari anak jantan, nk mamak, hingga lembaga Hutan sesuai SK Bupati Kerinci No. 226 Tahun 1993 Hutan sesuai SK Bupati Kerinci No. 176 Tahun 1992 Dikelola oleh, tidak ada kegiatan pembinaan intensif, pendampingan oleh WWF hingga 1994 Pemetaan oleh WWF Penghargaan Kalpataru kategori penyelamat lingkungan, 1993 Masyarakat tidak akan meladangi karena adanya resiko pencurian hasil ladang Lembaga Kerja Tetap Alam Lekuk 50 Tumbi Lempur Hutan sesuai SK Bupati Kerinci No. 96 Tahun 1994 Dikelola oleh, tidak ada pembinaan yang intensif Fasilitasi kegiatan pengembangan pertanian organik komoditi kayu manis oleh WWF 1

Ngalau Gadang Sungai Gambir Pancung Tebal Langgai Hulu air Batang Bayang, Bukit Sitinjau Laut, Desa Hulu S. Bayang Abu, Di beberapa hulu sungai, hulu S. Cipuik, Air Sesai, Sungai Gambia, Desa Pancuang Taba, Desa Langgai, Kecamatan hulu S. Lendan, Bkt. Kecamatan Basa Ampek Kecamatan Bayang, Sutera, Kabupaten Pesisir Kabong, Desa Ngalau Balai, Kabupaten Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan Selatan Gadang, Selatan 284 ha 5 ha Masing-masing antara 2 10 ha Tutupan hutan Hutan primer Hutan sekunder Hutan primer Hutan Primer Menjaga kestabilan air, menghindari erosi, lokasi pengambilan kayu, situs lokasi kampung asal Cadangan kayu untuk anak-cucu, situs pertama nenek moyang desa Menjaga kestabilan air, menghindari erosi, lokasi pengambilan kayu Menjaga kestabilan air sawah, situs makam nenek yang dikeramatkan Nk mamak dan pemdes Nk mamak dan pemdes Nk mamak dan pemdes Nk mamak dan pemdes Hutan Nagari Hutan desa Hutan Nagari Hutan desa saat Proses pemetaan oleh Plotting lokasi oleh Tim Sudah dipetakan oleh Fasilitasi oleh LP3LH Pihak BPN Pemetaan WWF Pihak BPN 2

Sungai Limau Senamat Ulu Rawa Bakung Lubuk Talang Pancuran tujuh, di pinggir Bukit Bujang, Desa Desa Ketenong I, S. Sabu, Desa Lubuk Sungai Batang Asam, Senamat Ulu, Kecamatan Kecamatan Lebong Utara, Talang, Kecamatan Desa Sungai Limau, Rantau Pandan, Kabupaten Rejang Muko-Muko Selatan, Kecamatan Sungai Kabupaten Bungo Lebong Kabupaten Bengkulu Rumbai, Kabupaten Utara Sawahlunto Sijunjung 20 ha 150 ha 48,5 ha Sekitar 500 ha Tutupan hutan saat Hutan Primer, hutan sekunder, dan tanaman campur Sumber air desa, sumber tanaman obat Lembaga dan pemerintah desa Lahan milik perorangan (secara ) yang diusulkan sebagai hutan lindung desa Pengontrolan oleh pemdes dan lembaga Fasilitasi oleh LP3LH Kemiringan lahan rata-rata lebih dari 40% Belum ada kepastian mengenai alternatif bentuk pengelolaan yang diinginkan Larangan penebangan hutan sesuai SK Desa No. 03/LMD/SL-1996 Hutan primer Hutan primer Hutan primer dan hutan sekunder (sekitar 50 tahun) Daerah tangkapan air, Sumber air irigasi, sumber bahan bangunan penyangga TNKS, pemanfaatan terbatas kayun dan non-kayu Lembaga Lembaga dan pemerintahan desa Hutan sisa di luar Hutan sisa di luar TNKS kawasan lindung Persiapan pengusulan ke tingkat kabupaten oleh WARSI Dewasa areal hutan yang akan diusulkan oleh telah diokupasi oleh pihak luar, dan terjadi kegiatan illegal logging Belum ada bentuk yang jelas Proses pelegalan yang difasilitasi oleh WWF Ada kontrol terhadap kawasan, misalnya dengan melarang luar yang berusaha untuk membuka ladang di kawasan tersebut Mencegah perambahan dari pihak luar, sumber air, dan sumber hasil hutan kayu dan non-kayu Lembaga dan pemerintahan desa Hutan sisa dalam wilayah desa Hutan Produksi Belum ada bentuk pengelolaan yang jelas Fasilitasi oleh LP3LH 3

Tutupan hutan formal saat hukum lokasi Rantau Kermas Baru Pangkalan Jambu Pulau Tengah Renah Alai S. Manden-S. Ruso, dan Batang Langkup, Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin Bukit Tambang Pauh, B. Mabok, B. Ibai, dan B. Ibai Supenin, Desa Baru Pangkalan Jambu, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin Sungai Sribulan, S. Pendak, S. Renah Pauh Semangkuk, S. Pancuran, hingga S. Betung Kecik, dan Sungai Jelatai, S. Bae, Bukit Lumut, Bukit Pematang Lawang Burung, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin 120 ha (77,25 ha + 42,75 ha) 920 ha 750 ha (350 ha + 400 ha) Hutan primer Hutan primer dan Hutan primer sekunder, sedikit sesap Sumber air sawah dan Pengatur tata air, Sumber air sawah, sumber hasil kayu pemanfaatan terbatas sumber hasil non-kayu bangunan dalam desa hasil hutan non-kayu, (terutama rotan), dan perlindungan plasma cadangan sumber kayu nutfah dan ekosistem bangunan dalam desa mikro, wisata alam, penyangga bagi perluasan habitat TNKS Pengurus pengelola Kelompok kerja hutan Lembaga hutan di bawah Lembaga Desa Hutan desa Pengontrolan oleh pemilik sawah dengan dukungan Pemetaan oleh BPN Berada di dua lokasi terpisah Ada aturan yang mendukung Hutan sesuai SK Bupati Sarolangun Bangko No. 225 Tahun 1993 Belum ada bentuk pengelolaan yang baik Pendampingan pengelolaan oleh WWF hingga tahun 1995 Terjadi pengambilan hasil kayu untuk bangunan setempat Rimbo Pengulu Kaki Gunung Masurai, Desa Renah Alai, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin Hutan primer Pengaturan tata air, sumber hasil hutan nonkayu untuk kepentingan desa Lembaga APL (kawasan budidaya) Pengontrolan oleh Belum ada bentuk pemilik sawah dengan pengelolaan yang baik dukungan, khusus untuk penebangan pohon, sedangkan pengambilan hasil non-kayu tidak diatur Pemetaan oleh BPN Pendekatan ke pihak tingkat II Ada aturan yang mendukung Berada di dua lokasi terpisah Bupati berencana untuk memanfaatkan kawasan tersebut untuk perkebunan, dan disarankan untuk mencari lokasi lain 4

Tutupan hutan saat Baru Pelepat Batu Kerbau Talang Kemulun Air Terjun Bukit Lubuk Juni, Sungai Seketan, Sungai Dareh, dan Sungai Sagu, Desa Baru Pelepat, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo Sungai Seketan, Sungai Salung Antu Sungai Maliau Gadang, Sungai Gadang, Sunga i Koneh Sungai Kataping, Sungai Galang Napa Sungai Pelepat Kecil Sungai Sungai Solok, Desa Batu Kerbau, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo 2357 ha (776 ha + 361 ha + 388 ha + 360 ha + 472 ha) Desa Talang Kemulun, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Bukit Sembahyang dan Bukit Gelanggang, Desa Air Terjun, Sekitar 25 ha Hutan primer Hutan primer Hutan primer Hutan sekunder, didominasi oleh bambu Hulu air, sumber hasil Hulu air, sumber hasil Hulu air, sumber hasil Hulu air, mencegah hutan kayu dan non kayu hutan kayu dan non kayu hutan kayu dan non kayu erosi/longsor, dan kebutuhan desa Pemerintahan desa dan Lembaga pengelola Pemerintahan desa dan Pemerintahan desa lembaga hutan di masingmasing tokoh dusun Kawasan lindung desa Kawasan lindung desa Kawasan lindung desa dan hutan desa dan hutan desa Hutan produksi dan APL Hutan produksi dan APL Hutan produksi Belum ada pengelolaan yang baik Fasilitasi oleh WARSI Dikelola sesuai piagam kesepakatan Fasilitasi oleh WARSI melalui CBFM Proses pelegalan oleh Bupati Belum ada pengelolaan yang baik, karena tarik ulur dengan pemda dan masalah kelembagaan Ada rencana dari dishut/pemda untuk dijadikan areal untuk IPKR an oleh sulit, karena mencakup 3 desa dan pimpinan bermukim di desa tetangga Dikelola oleh pihak pemerintahan desa Plotting lokasi melalui sketsa desa pada workshop tingkat desa Pernah dibuat Kepdes yang ditembuskan ke camat dan bupati, namun desa kehilangan arsipnya 5

Kumbung Koto Lamo Ngaol Bukit Perentak Mudik Air Ngirai, perbatasan Nagari Tapan dengan Air Kumbung, Desa Kumbung, Kecamatan Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan Desa Koto Lamo, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan Bukit Pintu Koto, Desa Ngaol, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin Batang Ludan dan Air Batu, Desa Bukit Perentak, Kaecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin Sekitar 1500 ha Tutupan hutan Hutan primer Hutan primer Hutan primer Hutan primer Tata air, sumber hasil Tata air, sumber hasil Tata air, pencegah Hutan hulu air hutan kayu dan non kayu hutan kayu dan non kayu erosi/longsor, hasil hutan untuk kepentingan desa Lembaga Lembaga Pemerintah desa dan lembaga Hutan Ulayat Hutan Ulayat dalam Kawasan lindung Kenagarian Lunang Hutan produksi saat Pengontrolan oleh Pengontrolan oleh Pengontrolan oleh Lembaga dan Lembaga dan Lembaga dan pemerintahan desa pemerintahan desa pemerintahan desa Dimasukkan ke dalam Dimasukkan ke dalam Plotting lokasi melalui draft 04 Naratif KKD draft 03 Naratif KKD sketsa desa pada an masih sangat lemah an oleh KAN belum diakui secara formal oleh pemerintah daerah, dan pengurus KAN tidak dapat memantau secara baik di tingkat lapangan, sedangkan di tingkat desa, lembaga yang ada tidak cukup kuat secara Sumber : WWF-Indonesia, 2003 an oleh KAN belum diakui secara formal oleh pemerintah daerah, dan pengurus KAN tidak dapat memantau secara baik di tingkat lapangan, sedangkan di tingkat desa, lembaga yang ada tidak cukup kuat secara workshop tingkat desa Pemanfaatan untuk lahan pertanian tidak memungkinkan, sehingga tidak ada yang berminat untuk Membuka lahan di dalam kawasan hutan tersebut Pemerintah desa dan lembaga Belum ada pengelolaan yang pasti Plotting lokasi melalui sketsa desa pada workshop tingkat desa Masih sebatas usulan 6