JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

dokumen-dokumen yang mirip
FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-38

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL COUPLER KONFIGURASI 3 3 SUSUNAN SEGITIGA BERBAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

Kata kunci : laju aliran udara, tabung venturi dan fiber coupler.

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung

PROPOSAL SKRIPSI PERANCANGAN DIRECTIONAL COUPLER VARIABLE MENGGUNAKAN DUA JENIS SERAT OPTIK MULTIMODE

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian aplikasi multimode

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN.

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

DAN KONSENTRASI SAMPEL

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab kedua ini akan dijelaskan secara detail mengenai serat optik, fiber

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Fabrikasi Dan Karakterisasi Directional Coupler Sebagai Devais Pembagi Daya

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

Karakteristik Serat Optik

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi literatur. Pengujian daya optik pada sensor serat optik

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

ANALISIS SPLITTING PULSA PADA SERAT OPTIK DUA-CORE DENGAN KENONLINEARAN KERR BERDASARKAN VARIASI KOEFISIEN KOPLING DAN DISPERSI INTERMODAL

Pengembangan Sensor Napas Berbasis Serat Optik Plastik dengan Cladding Terkelupas untuk Aplikasi di Bidang Medis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Optical Waveguide berstruktur gabungan antara Loop dan Directional berbasis Mach Zehnder Interferometer

Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Mesin Sepeda Motor Menggunakan Sensor Serat Optik

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

PENDETEKSIAN POLA INTERFERENSI CAHAYA PADA SERAT OPTIK MULTIMODE GRADED INDEX MENGGUNAKAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER)

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Cahaya, Detektor dan Serat Optik

RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) Jl. Lontar no 1 Semarang, Indonesia

FIBER NETWORK CABLING. By: Abdul Hak Bin Mahat (ILPS)

APLIKASI SERAT OPTIK SEBAGAI SENSOR KEKENTALAN OLI MESRAN SAE 20W-50 BERBASIS PERUBAHAN TEMPERATUR

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Studi Awal Fabrikasi dan Karakterisasi Directional Coupler Konfigurasi 4 4 Berbahan Serat Optik Plastik Step Index Multimode Tipe FD-620-10 Menggunakan Metode Heating and Pressing Elis Nuraini dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: gontjang@physics.its.ac.id Abstrak Fabrikasi directional coupler singlemode maupun multimode berbentuk pandu gelombang slab masih sangat sulit dilakukan dan membutuhkan peralatan yang rumit. Untuk mengatasi kendala tersebut telah dilakukan fabrikasi directional coupler dengan metode Fused Biconical Tapered (FBT), yaitu dengan menggabungkan sejumlah serat optik pada panjang kopling tertentu sehingga menjadi directional coupler dengan N-port (Sekartedjo dkk, 2007). Metode yang digunakanpun cukup sederhana yaitu dengan membagi daya (power divider) pada directional coupler. Akan tetapi, pada metode Fused Biconical Tapered (FBT) masih ditemui beberapa kendala yaitu, adanya daya yang bocor melalui celah-celah benang pada saat penggandengan serat optik, sehingga daya yang dihasilkan tidak terbagi secara merata. Oleh karena itu, dalam penelitian ini directional coupler difabrikasi menggunakan bahan serat optik plastik (POF) step index multimode tipe FD-620-10 dengan metode Heating and Pressing. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan fabrikasi directional coupler konfigurasi 4x4 dari serat optik mode jamak dengan pendekatan metode heating and pressing dengan panjang kupasan 35 mm pada suhu 120 0 c dengan lama pemanasan cetakan pressing selama 30 menit. Hasil karakterisasi directional coupler, diperoleh nilai Coupling Ratio (CR) yang mendekati 0,25 yaitu berkisar antara 0,22-0,27. Sedangkan nilai excess loss pada port A1, B1, C1, dan D1 berturut-turut sebesar -4, - 5.03, -5.91, dan -5.38. Kata Kunci Directional Coupler, Fused Biconical Tapered, Heating and Pressing, Step Index Multimode. S I. PENDAHULUAN ERAT optik merupakan media transmisi atau pandu gelombang cahaya berbentuk silinder yang dikembangkan di akhir tahun 1960-an dalam sistem komunikasi yang semakin lama membutuhkan bandwidh yang besar dengan laju transmisi yang tinggi [1]. Pada umumnya, serat optik terdiri dari tiga bagian yaitu inti (core), kulit (cladding), dan jaket (coating). Berdasarkan struktur dan sifat transmisinya, serat optik dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu serat optik moda tunggal (singlemode) dan serat optik moda jamak (multimode) [2]. Berdasarkan penjalaran gelombang yang melalui inti, serat optik terbagi menjadi dua macam, yaitu serat optik step index dan serat optik graded index. Pada dasarnya cahaya disebarkan melalui core dengan cara pemantulan dalam total [3]. Dalam perkembangannya, serat optik tidak hanya berfungsi untuk mentransmisikan informasi tetapi juga berkembang menjadi piranti optik dengan fungsi yang lebih luas. Piranti optik tersebut dapat berbentuk coupler dengan berbagai macam variasinya. Coupler merupakan piranti optik pasif yang berfungsi sebagai penggabung dua atau lebih panjang gelombang atau sinyal menjadi dua atau lebih. Directional coupler termasuk coupler yang paling dikembangkan. Terdapat beberapa metode pembuatan directional coupler berbahan serat optik plastik, di antaranya metode fused biconical tapered (FBT), yaitu dengan menggabungkan sejumlah serat optik pada panjang kopling tertentu sehingga menjadi directional coupler dengan N-port [4]. Akan tetapi, pada metode Fused Biconical Tapered (FBT) masih ditemui beberapa kendala yaitu, adanya daya yang bocor melalui celah-celah benang pada saat penggandengan serat optik, sehingga daya yang dihasilkan tidak terbagi secara merata. Oleh karena itu, dalam penelitian ini directional coupler difabrikasi menggunakan bahan serat optik plastik (POF) step index multimode tipe FD-620-10 dengan metode Heating and Pressing[5]. Salah satu peralatan yang merupakan sistem moda terkopel adalah Directional Coupler. Divais optik tersebut tersusun atas dua pandu gelombang yang saling berdekatan dalam orde panjang gelombang optik. Divais ini dapat mendistribusikan daya optik ke dua port atau lebih, atau sebaliknya menggumpulkan daya optik ke port tunggal. Directional coupler dapat bersifat aktif maupun pasif. Secara sederhana divais coupler dapat dibuat dari serat optik multimode yaitu dengan cara memadukan atau menggabungkan dua buah serat optik multimode dengan panjang interaksi tertentu. Proses pemindahan daya optik di dalam directional coupler liner dapat dijelaskan dengan teori moda terkopel dengan didasarkan pada interaksi medan-medan evanescent dari masing-masing pandu gelombang. Sedangkan panjang koplingnya ditentukan dari kuat kopling, yaitu kuantitas saling tumpang tindih (overlapping) antara medan di pandu gelombang satu dengan medan evanescent dari pandu gelombang kedua. Secara kualitatif penjelasan teori moda terkopel ini telah sesuai dengan fakta

B-10 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 1 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) ekperimen, namun secara kuantitatif, untuk directional coupler yang lebar gapnya relative kecil, panjang kopling dan porsi daya yang dipindahkan masih jauh dari akurat[6]. Parameter-parameter pokok directional coupler antara lain: Coupling ratio (CR), yaitu proporsi daya masukan pada masing-masing keluaran [7]. = ( ) (1) Exceess loss (L e ), yaitu rugi daya total [7]. = 10 log = 10 log (2) 3) Uji kerataan Serat optik yang telah dikupas dan dipoles diuji kerataanya untuk mengetahui hasil dari pengupasan dan pemolesan yang telah dilakukan. Uji kerataan dilakukan dengan cara melihat bagian kupasan serat optik pada setiap port dan seluruh variasi panjang kupasan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Stereo Microscope #3 Carl Zeiss Stemi DV4. A. Tahap Fabrikasi II. METODOLOGI Prosedur fabrikasi directional coupler mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pemotongan serat optik Serat optik dipotong menggunakan alat pemotong sepanjang 20 cm sebanyak empat buah. Untuk memudahkan identifikasi, ketiga serat optik diberi label A, B, C, dan D. 2) Pengupasan coating dan cladding Dengan bantuan alat pengupas, serat optik yang akan dikupas ditempatkan di tengah-tengah bagian alat tersebut pada keadaan lurus dan sejajar, kemudian ditempelkan selotip pada kedua ujung agar tidak geser. Selanjutnya serat optik dikupas dengan panjang kupasan 35 mm menggunakan cutter. Gambar 4. Proses Uji Kerataan Agar dapat diketahui bagian yang belum terkupas secara sempurna, maka dilakukan penyinaran pada serat optik menggunakan laser. Pada Gambar 5, bagian yang masih terlihat gelap menandakan bahwa sinar laser belum terhambur keluar. Oleh sebab itu, pada bagian tersebut dilakukan pemolesan ulang. Gambar 2. Proses Pengupasan Coating Kemudian, serat optik diletakkan pada sebuah cawan yang terisi aceton. Bagian serat optik yang terendam aceton haruslah bagian yang sudah dipotong dan dikupas. Proses perendaman dilakukan kurang lebih selama 15 menit, hingga bagian cladding terkelupas. Hal ini dilakukan agar seluruh serat optik yang dipoles mempunyai permukaan yang rata dan ketebalan yang sama. Hasil dari kupasan dan pemolesan tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata manusia, sehingga perlu dilakukan pengamatan khusus dengan menggunakan perbesaran tertentu sehingga diperoleh hasil yang lebih jelas mengenai permukaan kupasan dan pemolesan yang telah dilakukan. Gambar 5. Panjang Kupasan 45 mm Port A 4) Tahap Penggandengan Tahap ini merupakan tahapan terakhir pembuatan directional coupler. Penggandengan dilakukan dengan cara menggandeng keempat serat optik pada bagian yang telah dipoles dengan metode heating and pressing. Gambar 3. Proses Pemolesan Gambar 6. Tahap Penggandengan Directional Coupler B. Tahap Karakterisasi Karakterisasi directional coupler hasil fabrikasi menggunakan BF5R-D1-N. Karakterisasi ini bertujuan untuk memperoleh nilai coupling ratio (CR) dan excess

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B- 11 loss (Le). Sensor ini merupakan sensor khusus untuk menganalisis daya keluaran yang diterima oleh serat optik. Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali pengulangan pada masing-masing port. Apabila dilakukan pemanasan cetakan pressing pada suhu 150 0 c dan lama pemanasan kurang lebih 15 menit. Kemudian serat optik dimasukkan ke dalam cetakan pressing dan ditekan dengan menggunakan logam penekan selama 5 menit. Maka hasilnya, serat optik dapat tergandeng, akan tetapi serat optik tersebut melengkung dan menyusut, seperti pada gambar 10 Gambar 7. Set Up Alat pada Proses Karakterisasi Directional Coupler A. Hasil Fabrikasi III. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode heating and pressing sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan cetakan pressing. Sebelum dilakukan pressing cetakan pressing terlebih dahulu dipanaskan dengan menggunakan hotplate. Pada waktu dilakukan pemanasan cetakan pressing pada suhu 120 0 c dan lama pemanasan kurang lebih 15 menit. Setelah itu serat optik dimasukkan ke dalam cetakan pressing, kemudian ditekan dengan menggunakan logam penekan selama 5 menit. Hasilnya, fabrikasi directional coupler konfigurasi 2x2 tidak berhasil dilakukan, dua buah serat optik tidak tergandeng, yang ditunjukkan pada gambar 4.2 Gambar 8. Fabrikasi directional coupler konfigurasi 2x2 pada suhu 120 0 c dan lama pemanasan 15 menit Selanjutnya, dengan suhu dan lama pemanasan cetakan pressing yang sama yaitu pada suhu pada suhu 120 0 c dan lama pemanasan kurang lebih 15 menit. Dilakukan fabrikasi directional coupler konfigurasi 2x2, akan tetapi dua buah serat optik dikepang, diharapkan bisa tergandeng pada saat dilakukan proses penggandengan. Akan tetapi, fabrikasi yang dilakukan juga tidak berhasil. Dua buah serat optik tidak tergandeng, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.9. Gambar 10. Fabrikasi directional coupler konfigurasi 2x2 pada suhu 150 0 c dan lama pemanasan 15 menit dengan serat optik dikepang Gambar 11. Fabrikasi directional coupler konfigurasi 4x4 pada suhu 130 0 c dan lama pemanasan 15 menit Pada gambar 11 dilakukan fabrikasi directional coupler konfigurasi 4x4 pada suhu 130 0 c dengan lama pemanasan cetakan pressing selama 15 menit. Hasil fabrikasi tersebut menghasilkan deirectional coupler yang semula konfigurasi 4x4 menjadi directional coupler 2x2 dan nyala tiap port saat disinari dengan laser dioda sangat redup bahkan ada salah satu port yang tidak menyala sama sekali yang ditunjukkan pada gambar 4.7. Gambar 9. Fabrikasi directional coupler konfigurasi 2x2 pada suhu 120 0 c dan lama pemanasan 15 menit dengan serat optik dikepang Gambar 12. Nyala tiap port redup saat disinari laser dioda Fabrikasi directional coupler terus dilakukan hingga diperoleh fabrikasi yang diinginkan, yaitu directional copler dapat tergandeng dan nilai intensitas pada tiap port diharapkan tinggi. Oleh karena itu dilakuakan fabrikasi pada suhu 120 0 c dengan lama pemanasan cetakan pressing 60 menit dan kestabilan suhu pada cetakan pressing dijaga. Hasilnya, serat optik tergandeng,

B-12 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 1 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) akan tetapi intensitas cahayanya kecil walaupun sudah dapat membagi daya saat disinari laser dioda, yang ditunjukkan pada gambar 4.7. Karena directional coupler yang sudah tergandeng sebagian terkikis seperti pada gambar 4.11. Selain itu hasil fabrikasi yang lain dengan perlakuan yangs ama menghasilkan directional coupler yang meleleh dan putus menjadi dua bagian yang terlihat pada gambar 4.12. Gambar 13. Directional coupler tergandeng dan terkikis Gambar 16. Nyala tiap port terang saat disinari laser diode B. Hasil Karakterisasi Pada proses karakterisasi menggunakan BF5R-D1-N ini, digunakan BF5R-D1-N (1) sebagai input dan BF5R- D1-N (2) sebagai output. Sinyal input dari BF5R-D1-N diberikan pada port A1, B1, C1, dan D1 secara bergantian, sementara sinyal output pada port A2, B2, C2, dan D2 dikarakterisasi oleh BF5R-D1-N (2). Selama proses karakterisasi display sensor BF5R-D1-N (2) menampilkan nilai intensitas cahaya yang diterima pada output tiap port, data nilai intensitas cahaya tersebut disajikan pada lampiran A dengan pengambilan data sebanyak 20 kali. A D B C Gambar 14. Directional coupler meleleh dan putus Dari sekian banyak fabrikasi yang telah dilakukan, didapatkanlah fabrikasi directional coupler sesuai dengan yang diharapkan pada penelitian ini. Fabrikasi dilakukan pada suhu 120 0 c dengan lama pemanasan cetakan pressing selama 30 menit dan kestabilan suhu dijaga. Hasilnya, serat optik tergandeng yang ditunjukkan pada gambar 13. Nyala tiap port saat disinari laser dioda sangat terang seperti pada gambar 14. Serta nilai intensitas cahaya pada tip-tiap port tinggi yang diukur dengan menggunakan sensor BF5R. Oleh karena itu, dapat dilakukan karakterisasi directional coupler. Gambar 16. Susunan port pada directional coupler Dari hasil karakterisasi directional coupler susunan persegi disajikan sebagai berikut : Nilai Output (ua) 1200 1000 800 600 400 200 0 A2 B2 C2 D2 Output Channel A1 B1 C1 d1 Gambar 15. Fabrikasi directional coupler yang berhasil dilakukan Gambar 17. Grafik nilai intensitas cahaya pada tiap output port Berdasarkan persamaan (2.27), (2.28) dan (2.29) dapat diketahui nilai parameter directional coupler yaitu coupling ratio (CR), excess loss (Le), insertion loss (Lins). Dengan demikian dilakukan perhitungan yang hasilnya ditampilkan pada tabel 4.3 sebagai berikut Tabel 1. Karakterisasi directional coupler dengan panjang kupasan 35 mm Input Channel CR Lins Le A1 0.34-8.7 0.19-11.21 0.16-11.94 0.31-9.08-4

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B- 13 C. Pembahasan B1 C1 D1 0.22-11.58 0.33-9.89 0.24-11.24 0.21-11.75 0.22-12.4 0.26-11.83 0.29-11.23 0.23-12.36 0.26-11.21 0.22-11.88 0.24-11.57 0.27-11 -5.03-5.91-5.38 Dari hasil karakterisasi, intensitas cahaya yang melewati setiap port memiliki nilai yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa fakor yaitu susunan persegi directional coupler. Intensitas cahaya dari serat optik input yang melewati tepi serat optik akan menjalar atau pindah ke serat optik di samping dan dibawahnya sehingga intensitas antara ketiganya tidak jauh berbeda namun, untuk serat optik yang terletak diagonal dengan serat optik input hanya menerima intensitas dari serat optik yang menerima intensitas cahaya dari serat optik input. Sedangkan intensitas cahaya dari serat optik input hanya sedikit saja yang sampai pada serat optik yang terletak diagonal dengannya. Terbukti dari data yang didapat pada gambar 4.16 bahwa nilai intensitas output dari serat optik yang terletak diagonal dari serat optik input selalu memiliki nilai intensitas cahaya paling kecil. Faktor lainnya yaitu ketebalan serat optik, yang sangat berpengaruh pada directional coupler susunan persegi. Karena semua sisi serat optik dikupas dan hanya tersisa bagian core. Selain itu, ada faktor panas. Pada waktu melakukan penggandengan serat optic sedikit mengalami pelengkungan dan penyusutan, sehingga saat dilakukan pressing ada bagian core yang sedikit tidak rata. IV. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan fabrikasi directional coupler konfigurasi 4x4 dari serat optik mode jamak dengan pendekatan metode heating and pressing dengan panjang kupasan 35 mm pada suhu 120 0 c dengan lama pemanasan cetakan pressing selama 30 menit. Serta, telah dilakukan karakterisasi directional coupler, sehingga diperoleh nilai coupling ratio (CR) yang mendekati 0,25 yaitu berkisar antara 0,22-0,27. Sedangkan nilai excess loss pada port A1, B1, C1, dan D1 berturut-turut sebesar -4, -5.03, -5.91, dan -5.38. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidikmisi tahun 2012-2017. DAFTAR PUSTAKA [1] Samian, dkk. 2008. Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 4 No. 2 Surabaya. [2] Keiser, Gerd. 1991. Optical Fiber Communications 2 nd Edition. New York: McGraw-Hill. [3] Leno dan Frank. 1993. Introduction to Optics 2 nd Edition. United States America: Prentice-Hall. [4] Sekartedjo, dkk. 2007. Study of Switching Characteristics in Directional Coupler. International Symposium of Modern Optics and Its Applications (ISMOA), Department of Physics ITB August 6-10 2007, Bandung. [5] Kim, Kwang Taek, dkk.2013. Fabrication and Characterization of N N Plastic Optical Fiber Star Coupler based on Fused Combining. Korean Journal of Optics and Photonics, Vol.24 No.1 Daegu, Korea. [6] Rubiyanto, A., Rohedi, A.Y., 2003, Optika Terpadu, Buku ajar Jurusan Fisika, Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember. [7] Crisp, J. 2001. Introduction to Fiber Optics 2 nd Edition. Oxford: Jordan Hill.