BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi di seluruh dunia (Cura et al., 2012). Penyakit karies gigi dialami 90%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kadar gula yang tinggi) dapat menyebabkan manusia rentan terkena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bersosialisasi tanpa mengalami ketidaknyamanan, penyakit atau rasa malu (Kwan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah salah satu infeksi penyakit multifaktor paling sering terjadi di seluruh dunia (Cura et al., 2012). Penyakit karies gigi dialami 90% masyarakat Indonesia, hal ini terkait dengan masalah pemeliharaan kebersihan mulut (Indirawati et al., 2010). Karies gigi umumnya ditandai dengan demineralisasi gigi secara progresif dan diikuti dengan reaksi metabolisme bakteri asam. Faktor predisposisi utama dalam permulaan terjadinya proses karies gigi antara lain, yaitu adanya jenis bakteri yang dapat menurunkan ph rongga mulut sampai nilai kritis 5,5, kebersihan mulut yang tidak memadai, respon imun antikaries yang tidak efisien, tipe diet makanan dan struktur gigi (Cura et al., 2012). Jenis bakteri yang paling patogenik dari 200 jenis bakteri yang diisolasi dari plak gigi adalah bakteri Streptococcus mutans dengan serotype C, E dan F, Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium dentium, Actinomices viscusus dan Streptococcus sobrinus dengan serotype C dan G. Bakteri tersebut adalah bakteri yang tahan terhadap asam karena dapat bertahan pada media dengan tingkat keasaman kuat. Bakteri tersebut menempel di permukaan gigi untuk memetabolisme karbohidrat dan memproduksi asam organik yang menyebabkan penurunan ph mulut secara drastis sehingga menghasilkan demineralisasi email gigi (Cura et al., 2012). Miller mengatakan bahwa sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat di dalam mulut difermentasi oleh kuman flora normal 1

rongga mulut menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui proses glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah bakteri Lactobacillus acidophilus dan Streptococcus mutans. Asam yang dibentuk dari hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi, sehingga terjadi proses dekalsifikasi email atau karies gigi (Indirawati et al., 2010). Selain itu, peningkatan bakteri yang tidak terkendali akan menyebabkan bakteri tersebut menginfiltrasi dentin dan menginfeksi jaringan pulpa sehingga menyebabkan rasa nyeri, nekrosis pulpa, kehilangan gigi dan infeksi sistemik (Cura et al., 2012). Lactobacillus acidophilus merupakan produsen asam laktat yang produktif dan bersifat toleran terhadap asam. Bakteri tersebut secara rutin dan konsisten terisolasi dari karies aktif. Lactobacillus acidophilus dianggap bakteri penginvasi sekunder, bukan pemrakarsa dalam proses invasi karies gigi karena Lactobacillus acidophilus nampak setelah lesi karies terbentuk. Pada orang dewasa, Lactobacillus acidophilus mendominasi pada lesi karies lanjutan, bahkan jumlahnya melebihi Streptococcus mutans. Pada anak-anak dengan early childhood caries (ECC) yang parah, Lactobacillus acidophilus ditemukan bukan sebagai genus dominan seperti lesi karies dewasa. Habitatnya di rongga mulut terdapat pada cekung yang retentif seperti pada karies pit dan fissure gigi (Caufield et al., 2009). Bakteri Lactobacillus acidophilus tidak dapat melekat secara langsung pada enamel gigi, namun bekerjasama dengan bakteri Streptococcus mutans, pencetus pembuatan asam laktat yang bertanggung jawab dalam proses demineralisasi enamel gigi (Cura et al., 2012). 2

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi antara lain dengan melakukan pemeriksaan gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali dan penggunaan agen antibakteri, karena terjadinya karies gigi sangat berkaitan dengan adanya bakteri. Agen antibakteri dapat bersifat kurang efektif yang disebabkan adanya kekebalan terhadap agen antibakteri dan munculnya berbagai efek samping yang tidak diinginkan (Isnarianti et al., 2013). Penggunaan obat kumur Chlorhexidine dapat menyebabkan iritasi mukosa, diskolorasi pada gigi, erosi mukosa oral dan rasa pahit (Waghmare et al., 2011). Sifat sitotoksis Chlorhexidine juga mempunyai efek pada osteoblas yang dapat merusak potensi regeneratif jaringan periapikal (Luddin dan Ahmed, 2013). Hal tersebut membuat peneliti terus melakukan penelitian untuk pemanfaatan bahan alami. Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional saat ini terus meningkat, karena terdapat anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa penggunaan tanaman tersebut tidak menimbulkan efek samping (Rahmah et al., 2013). Pengembangan bahan alami diharapkan memiliki kemampuan yang lebih efektif sebagai agen antibakteri yang dapat mengobati penyakit lain dibanding obat atau bahan sintetis lain (Isnarianti et al., 2013). Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan obat adalah kulit buah, seperti misalnya kulit manggis, kulit delima dan kulit mahkota dewa (Indah dan Supriyanto, 2013). Penelitian dan produk olahan berbasis buah manggis terus berkembang baik di dalam maupun di luar negeri. Produk olahan manggis yang sudah dipatenkan di luar negeri di antaranya konsentrat dari buah manggis segar utuh yang dicampur dengan bahan pangan lainnya dan bubuk ekstrak kulit manggis yang diproduksi 3

dengan menggunakan vacuum evaporator. Produk olahan manggis yang terdaftar di Direktorat Jendral Hortikultura cukup banyak, seperti jus buah manggis segar utuh, puree buah manggis dan bubuk ekstrak kulit manggis (Azzahra et al., 2014). Kulit manggis diketahui sebagai sumber xanthone alami terbaik yang merupakan metabolit tanaman sekunder. Senyawa xanthone di alam hanya dapat ditemukan pada famili clusiaceae dan gentianaceae. Sebanyak 49 jenis xanthone dari sekitar 200 jenis xanthone yang diisolasi dari alam, ditemukan pada kulit buah manggis yang termasuk famili clusiaceae (Fanany, 2013). Senyawa xanthone adalah substansi kimia alami yang tergolong dalam senyawa kelas polifenolik. Senyawa xanthone dan derivatnya telah dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan tinggi, antiinflamasi, antiatherosklerotik, antivirus dan antimalaria (Suvarnakuta et al., 2011). Selain itu, kulit manggis juga mempunyai kandungan senyawa fitokimia yang berpotensi sebagai antibakteri seperti, senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin (Maliana et al., 2013). Mekanisme aktivitas antibakteri xanthone terjadi karena reaksi gugus karbonil pada xanthone berikatan dengan residu asam amino pada protein membran sel bakteri, enzim ekstraseluler bakteri maupun protein dinding sel bakteri. Hal tersebut yang menyebabkan protein bakteri kehilangan fungsinya (Putra, 2010). Kemampuan antibakteri xanthone dan senyawa yang ada di dalam kulit buah manggis ditunjukkan dari beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa senyawa xanthone bersifat antibakteri terhadap MRSA (Methicilinresistant Staphylococcus aureus), yaitu bakteri yang sudah kebal terhadap obat antibiotik (Nurchasanah, 2013). Menurut Torrunruang (2007) dalam Putranti et al. 4

(2013), ekstrak kulit manggis efektif dalam menghambat bakteri kariogenik, Streptococcus mutans. Hasil penelitian tentang khasiat antibakteri xanthone juga dikemukakan oleh Suksamran pada tahun 2003 bahwa, kandungan α-mangostin, β-mangostin dan garcinone E pada manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis (Nurchasanah, 2013). Senyawa xanthone juga dapat menghambat pertumbuhan kapang seperti, Fusarium oxysporum, Alternaria tenuis, Dreschlera oryzae, Candida albicans dan Cladosporium cucumerinum (Putra, 2010). Setiap tanaman memiliki khasiat yang bermanfaat bagi manusia seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur an yang artinya, Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuhtumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebunkebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orangorang yang beriman. (Q. S. Al-An am 6: 99). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus in vitro. 5

B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn) berpengaruh terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus? 2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn) yang paling optimal dalam menimbulkan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus? C. Keaslian Penelitian Penelitian aktivitas antibakteri ekstrak kulit manggis telah banyak dilakukan, Maliana et al., (2013) melalui penelitiannya tentang uji antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap pertumbuhan bakteri Flavobacterium dan bakteri Enterobacter menyimpulkan bahwa konsentrasi efektif dalam menghambat bakteri Flavobacterium sebesar 35% dan bakteri Enterobacter sebesar 30%. Penelitian yang dilakukan Astuti dan Sasongko (2014) menyimpulkan bahwa Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol 96% kulit manggis terhadap bakteri Shigella dysenteriae sebesar 12,5% b/v. Penelitian yang lain dilakukan oleh Poeloengan dan Praptiwi (2010) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit manggis dapat menghambat bakteri Staphylococcus epidermis dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 2%, sedangkan penelitian tentang pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus belum pernah dilakukan. 6

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn) terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus. b. Mengetahui konsentrasi ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn) yang paling kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus. 2. Tujuan Khusus Sebagai bahan alternatif antibakteri selain obat kumur Chlorhexidine 0,2%. 1. Manfaat Akademik E. Manfaat Penelitian a. Mengetahui daya antibakteri ekstrak kulit manggis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus dan mengetahui konsentrasi paling optimal ekstrak kulit manggis untuk dapat menghambat bakteri tersebut. b. Mengetahui manfaat kulit manggis bagi kesehatan gigi dan mulut terutama penyakit jaringan keras gigi yang dapat disebabkan oleh bakteri Lactobacillus acidophilus. c. Mengetahui proses pembuatan ekstrak kulit manggis sebagai alternatif obat antibakteri. 7

d. Menambah wawasan keilmuan dan informasi untuk penelitian lebih lanjut di bidang fitofarmakologi kedokteran gigi. 2. Manfaat Praktis a. Masyarakat diharapkan dapat membudidayakan tanaman manggis sebagai tanaman obat keluarga. b. Memberi informasi ilmiah kepada masyarakat luas bahwa ekstrak etanol kulit manggis dapat dijadikan obat antibakteri. 8