BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan status ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian analitik

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB 3 METODE PENELITIAN. epidemiologi yaitu cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU FLAMBOYAN B MOJOSONGO JEBRES SURAKARTA. Lilik Hanifah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

Julita Nainggolan, dr. Remi Zuraida, M.Si Fakultas Kedokteran Universitas Lampung No. Telpon:

Al Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit-penyakit defisiensi, mencegah keracunan, dan juga membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Krisnansari, 2010). Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dapat dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010). Data Riskesdas pada tahun 2007, 2010 dan 2013 didapatkan hasil prevalensi berat badan kurang (underweight) secara nasional. Prevalensi beratkurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi berat-kurang nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9% dari 2007 dan 2013 (Kemenkes, 2014) Sasaran MDG tahun 2015 yaitu menurunkan angka kejadian gizi burukkurang sebesar 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4% dalam periode 2013 sampai 2015. Berdasarkan data 1

tersebut kejadian gizi buruk masih perlu diturunkan dan perlu adanya upaya agar tercapai dan bisa diturunkan sejumlah 4% pada tahun 2015. Keadaan gizi akan ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain ketersediaan bahan pangan pada suatu daerah, lingkungan tempat tinggal, dan pelayanan kesehatan yang tersedia di daerah tempat tinggal. Sedangkan faktor internal, antara lain cukup tidaknya pangan seseorang dan kemampuan tubuh menggunakan pangan tersebut. Cukup tidaknya pangan dapat dilihat dari pola makan yang dilakukan sehari-hari. Pola makan tersebut tergantung pada pengetahuan gizi yang dimiliki oleh penyelenggara makanan. Menurut Nancy, (2005) bahwa kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan asupan makanan yang kurang, yang disebabkan oleh tidak tersedianya makanan yang adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak. Begitu dominannya peranan ibu bagi kesehatan anak balita terutama dalam pemberian gizi yang cukup pada anak balita, menuntut ibu harus mengetahui dan memahami akan kebutuhan gizi pada anak, untuk itu yang harus dimiliki oleh ibu adalah pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita (Maimunah, 2009). Salah satu tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita di bawah garis merah dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila tidak ditangani secara 2

cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat besar (Krisnansari, 2010). Penanggulangan masalah gizi dilakukan mengikuti kegiatan siklus gizi kesehatan masyarakat, yang dimulai dengan : Mengenal faktor risiko utama terkait masalah gizi, menyusun hasil akhir yang diharapkan, menyusun tujuan khusus program, menyusun indikator keberhasilan program, menyusun kegiatan program, melaksanakan kegiatan program, melakukan evaluasi program (Muntofiah, 2008). Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan, gizi mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan danperkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2013). Jumlah balita yang ada di wilayah posyandu di Kabupaten Banyumas pada tahun 2015 sebanyak 37.029 balita. Jumlah balita berdasarkan status BB/U untuk gizi buruk sebanyak 198 balita (0,71%), gizi kurang sebanyak 3

1.901 balita (6,88%), gizi baik sebanyak 24.873 balita (89,99%), dan gizi lebih sebanyak 670 balita (2,42%). Kejadian gizi buruk di Kecamatan Kalibagor menempati urutan ke tujuh dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupatern Banyumas, dengan jumlah balita gizi buruk sebanyak 9 balita (4,5%). (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2015). Menurut data Puskesmas Kalibagor pada tahun 2015, di Kecamatan Kalibagor jumlah balita umur 3-5 tahun total 2.054 balita. Untuk daerah Desa Pajerukan balita umur 3-5 tahun berjumlah 189 balita (9,2%). Balita yang di timbang berjumlah 158 balita (7,7%), yang berat badannya naik berjumalah 122 balita (77,2%). Angka kejadian gizi buruk di desa Pajerukan sebanyak 9 balita (4.76%). (Puskesmas Kalibagor, 2015). Pajerukan adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalibagor. Jarak tempat tinggal ke fasilitas pelayanan kesehatan cukup jauhserta status ekonomi warga yang kurang. Rata-rata pekerjaan warga desa Pajerukan adalah buruh tani, sehingga untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama balita masih kurang. Pendapatan keluarga dalam meningkatkan status gizi anak balita merupakan faktor penting. Pendapatan keluarga di Desa Pajerukan dalam memenuhi kebutuhan gizi balita masih kurang karena kebanyakan pekerjaan mereka adalah buruh tani, sehingga pendapatan yang mereka dapat tiap hari bahkan tiap bulannya bisa berubah-ubah. Jumlah anggota keluarga yang besar juga berpengaruh terhadap pemenuhan gizi. 4

Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti lakukan didapatkan informasi dari bidan desa Pajerukan bahwa pola pemberian makan pada sebagian balita di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor tidak teratur. Peneliti juga mendapatkan informasi dari bidan desa Pajerukan bahwa pengetahuan ibu akan kandungan nutrisi yang terkandung pada makan makanan yang dikonsumsi sehari-hari masih kurang. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu akan kandungan karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan mineral pada bahan makanan yang masih terbatas, yang mengakibatkan kurangnya kepedulian ibu dalam memberikan sumber makanan yang mengandung nilai gizi yang dibutuhkan anak balita di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. Berdasarkan masalah yang terdapat diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian Makan, Dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. B. Rumusan Masalah Angka status gizi kurang dan buruk pada balita di Indonesia masih relatif tinggi. Pengetahuan ibu, pola pemberian makan balita dan pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap status gizi balita. Desa Pajerukan masih ditemukan balita mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 5

Adakah Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian Makan, Dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian Makan, Dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan. b. Mengetahui hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. c. Mengetahui hubungan antara Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. d. Mengetahui adanya hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan tentang gizi sehingga diharapkan (dalam mengkonsumsi makanan) selalu memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada balitanya. 2. Bagi Petugas Kesehatan dan Pemerintah Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi, arahan kepada masyarakat khususnya ibu ibu agar memperhatikan pola makan dan status gizi balitanya. 3. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan mendapatkan tambahan pengetahuan sehingga dapat menyampaikan pada masyarakat tentang cara - cara untuk meningkatkan status gizi balita. Bagi peneliti selanjutnya, memberikan dasar dan acuan penelitian berikutnya serta sebagai sumber informasi dan sumber referensi terutama mengenai hubungan pengertahuan ibu, pola mkanan balita dan pendapatan rumah tangga terhadap status gizi balita. E. PenelitianTerkait Penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberian Makan, Dan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor. Adapun penelitian terkait: 7

1. Nainggolan, J dan Zuraida (2011) Penelitian berjudul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Keluarga Rajabasa Raya Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Adapun penggambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan sampel yang digunakan sebanyak 159 responden. Kesimpulan menemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu dengan status gizi balita (p-value = 0,000). Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan, J dan Zuraida (2011) dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini sama pada variable dependent yaitu status gizi, dan metode pendekatan cross sectional. Perbedaanya adalah yang akan diteliti pengambilan sampel menggunakan random sampling sedangkan penelitian Nainggolan, J dan Zuraida pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. 2. Kusumaningrum (2003) Penelitian berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu, Aktivitas Ekonomi Ibu, dan Pendapatan Keluarga terhadap Status gizi Balita di Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Sampel diambil secara undian dari 3 kelurahan terpilih, dari 3 kelurahan berjumlah 98 responden. Di dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah tabulasi silang dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara tingkat pendidikan ibu, 8

aktivitas ekonomi ibu, dan pendapatan keluarga terhadap status gizi balita. Persamaan antara penelitian Kusumaningrum dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel independent yaitu pendapatan keluarga. Sedangkan perbedannya adalah dalam penelitian Kusumaningrum uji yang digunakan adalah tabulasi silang dan regresi linier berganda, penelitian yang akan dilakukan menggunakan uji chi square. 3. Handini, D (2013) Penelitian berjudul Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe. Metode penelitian menggunakan metode Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebesar 65 balita. Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil analisis didapatkan p hitung adalah 0.009 untuk distribusi sampel berdasarkan BB/U umur, dan 0.010 untuk distribusi sampel berdasarkan TB/U, serta 0.009 untuk distribusi sampel berdasarkan BB/TB. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijambe. Persamaan dengan yang akan dilakukan adalah pada variabel dependent yaitu status gizi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah selain pendapatan, variabel lain yang diukur adalah pengetahuan ibu dan pola pemberian makan balita. 9