BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah atau didalam keluarga. Selain itu juga merupakan ancaman bagi setiap wanita yang disebabkan karena perubahan yang dialami ibu baik perubahan fisik maupun emosional serta perubahan sosial dalam keluarga (Saifuddin, 2006). Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi sekitar 15%-40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60%-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu (Lestariningsih, 2008). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2006 tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi di Asia Tenggara mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara Association Of South East Asian Nation (ASEAN) sekitar 4,2 juta kasus pertahun (www. kabarin. indonesia. com.online, diakses 09 April 2010). Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2 2,5 % juga mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya (Manuaba, 2010). 1
Menurut Survei Demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2007, menyatakan AKI di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,pre-eklamsia,dan infeksi. Selain itu ada penyebab keempat yaitu abortus (www.kabarin.indonesia.com.online, diakses 19 Maret 2010). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2009). Saat ini abortus merupakan salah satu masalah reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia. Masalah abortus perlu di bahas, mengingat abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan, dan sebagai penyebab langsung kematian ibu / maternal. Kematian maternal merupakan masalah besar khususnya dinegara berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal terjadi di negara berkembang, sedangkan dinegara maju hanya sekitar 1-2%, sebenarnya sebagian besar kematian dapat dicegah apabila diberi pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007). Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6% karena usia dan paritas. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% kejadian abortus dapat disebabkan oleh usia dan paritas. Kejadian abortus juga diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri (Wiknjosastro, 2007). Sekitar 1 dalam 6 kehamilan berakhir dengan keguguran paling sering antara minggu ke-6 dan ke-10 kehamilan. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Penyebab abortus dari faktor reproduksi diantaranya adalah faktor usia ibu dimana keguguran wanita hamil pada usia dibawah 20 tahun ternyata lebih tinggi dari usia 20-29 tahun kemudian meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008). Keguguran lebih jarang terjadi antara wanita dibawah usia 25 tahun, dimana kasusnya adalah 1 dalam 10 wanita, dan umumnya pada wanita yang berusia lebih tua. Setelah usia 35 tahun, 1 dalam 5 kehamilan berakhir dengan keguguran (Llewellyn, 2005). Program aksi (program of action) Konferensi Internasional Populasi dan Pembangunan (Conference on Population and Development) merekomendasikan kepada pemerintah dan organisasi terkait lainnya untuk menjadikan akibat abortus terhadap kesehatan sebagai masalah utama kesehatan masyarakat dan untuk mengurangi kejadian abortus dengan meningkatkan pelayanan keluarga berencana. Untuk melaksanakan rekomendasi tersebut, pembuat keputusan politik memerlukan informasi tentang apa saja pengaruh negatif abortus terhadap kesehatan wanita, prevalensi abortus serta determinan yang mempengaruhi terjadinya abortus (Nojomi et al., 2006). Penyebab abortus merupakan. Faktor yang menyebabkan abortus ada 3 yaitu yang pertama faktor janin, kedua faktor maternal yang meliputi penyakit ibu seperti anemia, infeksi pneumonia, penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes mellitus, kelainan anatomi uterus, paritas tinggi, usia, kebiasaan merokok, alcohol, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada
plasenta dan minum kopi yang terlalu banyak dan yang ketiga faktor eksternal yang meliputi radiasi, obat-obatan dan bahan kimia (Sujitiyani, 2009). Menurut data dari puskesmas Bukit Lawang Desa Sampe Raya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat pada tahun 2012 sampai Mei 2013 kejadian abortus spontan sebanyak 21 orang dari 105 ibu hamil. Berdasarkan survei awal di Klinik Bersalin Bidan Nerli Desa Sampe Raya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat pada tahun 2012 ibu hamil yang mengalami abortus spontan sebanyak 46 orang, diantaranya kasus abortus incompletus sebanyak 16 orang, abortus kompletus 7 orang, abortus iminens 8 orang, abortus incipiens 5 orang, missed abortion 6 orang, dan abortus habitualis 4 orang. Dilihat dari data ibu yang mengalami abortus spontan, kebanyakan terjadi pada usia 20 29 tahun 21 orang, dan pada usia < 20 tahun 10 orang serta pada usia > 29 tahun 15 orang. Kejadian abortus spontan lebih sering terjadi pada trimester 1 yang mana dapat dilihat atau dideteksi secara dini melalui pemeriksaan kehamilan. Dengan banyaknya kejadian abortus spontan pada ibu hamil, peneliti secara singkat mewawancarai beberapa ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya tentang kejadian abortus spontan. Berdasarkan hasil wawancara pada 15 orang wanita hamil terdapat 4 orang yang melakukan perawatan kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dan 11 orang yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Menurut salah seorang ibu hamil yang diwawancarai bahwa ibu tersebut jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi, seimbang dan beragam seperti karbohidrat, protein, lemak, sayur-sayuran, buah-buahan, vitamin dan mineral, serta zat besi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil untuk pertumbuhan
perkembangan janin. Disamping itu kegiatan sehari-hari ibu harus bekerja sebagai buruh yang dapat melelahkan keadaan ibu dan membuat ibu menjadi lelah dan kurang istirahat. Hal ini disebabkan karena kebanyakan ibu hamil belum mengetahui tentang pentingnya perawatan kehamilan untuk merawat kehamilannya dan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya abortus spontan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan perawatan kehamilan pada ibu hamil yang mengalami abortus spontan di klinik bersalin bidan Nerli desa Sampe Raya kecamatan Bahorok kabupaten Langkat tahun 2013. 1.2. Rumusan Masalah Masih tingginya angka kejadian abortus spontan di klinik bidan Nerli Desa Sampe Raya, kecamatan Bahorok, kabupaten Langkat. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan perawatan kehamilan pada ibu hamil yang mengalami abortus spontan di klinik bersalin bidan Nerli desa Sampe Raya kecamatan Bahorok kabupaten Langkat tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil yang mengalami abortus spontan di klinik bersalin bidan Nerli Desa Sampe Raya Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui sikap ibu hamil yang mengalami abortus spontan dengan di klinik bersalin bidan Nerli desa Sampe Raya kecamatan Bahorok kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui tindakan perawatan kehamilan ibu hamil yang mengalami abortus spontan di klinik bersalin bidan Nerli desa Sampe Raya kecamatan Bahorok kabupaten Langkat 4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil yang mengalami abortus spontan dengan tindakan perawatan kehamilan di klinik bersalin bidan Nerli desa Sampe Raya kecamatan Bahorok kabupaten Langkat. 1.4. Manfaat Penelitian Untuk meningkatkan gambaran perilaku ibu hamil yang mengalami abortus spontan dan perencanaan dalam membuat suatu kebijakan sehingga menambah pengetahuan dan mampu memiliki sikap dalam melakukan perawatan kehamilan.