K E H ID U P A N BERAG AM A D I IN D O N E S IA :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. K ita b Undang-undang Hukum P idana (ICUIIP) se b a g a i. suatu perundang-undangan p id a n a yang t e la h d ib e rla k u k a n

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

D e skrip to r K u a lifik a si M a g ister S a in s/s 2 (L e v el 7 )


PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. C O B O L R e se rv e d W o rd s

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

F a u z u l A liw a rm a n 1. M a s A n ie n d a T F.2

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MALANG TAHUN

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR IOTAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 12 TAHUN 2015

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOM OR4 TAHUN 2015

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2014 WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TARIP ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

KESIMPULAN DM SARAN. Dari uraian dan pembahasan ten tang stu d i kasus pada. Putra A s li Utarna dirnuka dapat d it a r ik kesimpulan seba-

PENGARUH KOM PETEN SI DAN M O T IV A S I TERHADAP KINERJA GURU SM A N E G E R I 101 JAKARTA

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian tentang Pendirian Bangunan untuk Rumah Tinggal di

F E A S I B I L I T Y F A T T E N I N G B E E F C A T T L E W I T H D I F F E R E N T F E E D

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP.004 TAHUN 2010

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, b. bahwa s eba ga i pela ksan a a n lebih la n ju t keten tu a n

MEMB EK ALI DIR I S EJAK DINI DENG AN K EWIR AUS AHAAN Disampaikan dalam pelatihan Kewirausahaan Akademi Komunikasi Radio dan Televisi (AKOMRTV)

USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN TENTANG HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN ANGGARAN 201 3

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG JADWAL RETENSI ARSIP KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

P U T U S A N. N o m o r / P d t. G / / P A. P a s B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

(Syzygium pholyanthum W).

REPUBLIK INDONESIA K E P U TU S A N M E N T E R I P E R M U K IM A N D A N P R A S A R A N A W I L A Y A H NOMOR 341 /K PTS/M/2002

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, b. bahwa s eba ga i pela ksan a a n lebih la n ju t keten tu a n

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

1, 1 PENANGKAPAN IKAN DENGAN PURSE SEINE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PADA PT. BANK JATIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

P U T U S A N. N o m o r / P d t. G / / P A. P a s B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M

P R O G R A M K ER J A T A H U N A N TIM P EN G G ER A K P K K D E SA P R IN G G O W IR A W A N TA H U N 2011

PENDEKATAN SISTEM. masalah. Solusi

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN NEGERI METRO KELAS IB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TkWm 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEM BERITAHUAN PERTANYAAN BAGI JAW AB LISAN DEW AN R AKYAT D A R IPADA : DR. HAJAH SITI MARIAH BINTI M A H M U D [KOTA RAJA] TA R IKH : 14 MAC 2016

USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG TARIP TAKSI ARGOMETER

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT DANA PERIM BANGAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

M E L A L U I G E R A K A N C IN T A A L -Q U R 'A N (G E N T A A L -Q U R 'A N )

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA UJI AIR TANAH, LIMBAH CAIR DAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 104 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PEMILIHAN UMUM WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA MALANG TAHUN 2013

1 0 0 m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN NILA

Bahwa pada hari ini Kamis tanggal Dua puluh dua bulan Septem ber tahun Dua Ribu Enam Belas

P r o f i l U s a h. a A s p e k P a s a r P e r m i n t a a n H a r g a...

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN LELE

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR SATUAN HARGA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN 2014

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

1. Untuk menerima Penyata Kewangan Diaudit bagi tahun berakhir 31 Disember 2016 beserta Laporan Pengarah dan Juruaudit.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 113 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

0,8 9 0,9 4 1,2 4 7,1 6 %

4a-AiYl mameugang ^ g iikl * <UAJl J mameugang 1 Jj jjj

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN TENTANG PENERTIBAN KEGIATAN TEMPAT USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM PADA BULAN RAMADHAN DAN IDUL FITRI

5 S u k u B u n g a 1 5 %

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG REALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA MALANG TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PER A T U R A N D A ER A H KA BU PA T EN SER D A N G BED A G A I

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI POHUWATO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POHUWATO NOMOR 14 TAHUN 2015

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP

Y a n a In d a w a ti1, D o d d y R id w a n d o n o 2, M o h a m m a d irw a n A fa n d i3

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : W 6.U 5 / 7 /S K /K P N /3 / TENTANG

USAHA PEMBUATAN GULA AREN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN BESARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, c. ba h wa da la m ra n gka pen yelen gga ra a n u ru s a n

Transkripsi:

O T O R IT A S N E G A R A DALAM P E N G A T U R A N K E H ID U P A N BERAG AM A D I IN D O N E S IA : U R G E N SIA T A U K A H IN T E R Y E N SI* M u n to h a Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Email: muntoha@ psi-uii.com A bstract This article explores the harmony and freedom o f religious life in Indonesia. A number o f issues concerning freedom o f religion sprung from religious-based violence, the banning o f certain doctrines, to the crim inalization o f those deemed heretical in religious activity. F or that, we need a concrete role in regulating the state ofreligious life through the harmonization o f a number o f officialpolity. LL<A» a II y».s.1& lillia j. (j ^ ii. 1II &Ll%}I ^LjjJI i ii AiK~ mi) JUJU IJU pjj3ell *t_jlttljlufjtz J ts (JJlLwt (Jc. fojull 1«I»ll yo ClUu (jjjji i ij O e j jlojjulli p f l a j u ( J J l J i M U I. J a l M l i t l j J «U LLs j j S ( j j j C L i i J q j J J I t l l l l j l. ^ J 4 J t J U j «l i i «,ll y a JJL C. ( j j j j l it J ^ U - Q a 4 jl3u j J I a b s e i l S J j j J I K eyw ords: Kerukunan Beragama, Islam, Konflik Agama A. Pendahuluan Persoalan kerukunan dan kebebasan beragama sering kali menjadi hal yang menarik dan layak untuk diperbincangkan. Pada prinsipnya persoalan tersebut memang sudah seringkali diperbincangkan dan didiskusikan di berbagai forum * A rdkel in i disarikan dari hasil penelitian institusional yang disponsoti oleh Fakultas H u k u m -U II Tahun 2011 dengan bantuan saudara A li Ridho sebagai Field Worker.

520 Millah VoL XI, No. 2, Febmari 2012 b aik ilm iah m au pu n o b ro la n san tai (n o n ilm iah ). A k an tetap i, b u k an menjadi kesalahan secara sub stan si, jika dalam tulisan in i akan diulas kem bali. Selain itu3 adanya a sum si k o n flik antar u m at beragam a d an in tern u m at beragam a di In d o n esia k h u susnya, d an d i d u nia pada u m um nya yan g m asih terus b erlan gsun g h in g g a k in i seh in g g a d ap at dijadikan alasan lo g is m en gap a isu-isu k eb eb asan d an kerukunan beragam a p a tu t d isegark an k em b ali d an terus d isosilisasik an secara sim ultan. K eb eb a sa n beragam a sen d iri dalam p e r sp e k tif H ak A sa si M an u sia (HAM) m em p u nyai p o sisi yan g k o m p leks.1 S elain d ip an d an g seb agai alat penghubung u n tu k kepentdngan p ro tek si in d iv id u m an u sia seb agai m akhluk so sia l fcoon p o litica n ), agam a juga d in ilai seb agai m ed ia yan g san gat m em u n gk in k an bagi m an usia u n tu k m en g im p ro v isa si in telek m a l d an m oral pribadinya, m em finalisasi sikap terhadap ak tifitas sp iritu al antara m akhluk dan sa n g khaliqnya, dan m em b en tu k tolera n si serta to lo n g m e n o lo n g antar sesam a. M en u ru t Ifdhal K asim 2 k eb eb asan beragam a m u n cu l seb agai H A M yan g p a lin g m en d asar dalam in stru m en -in stru m en p o litik n a sio n a l dan in tem a sio n a l, jau h sebelum b erk em b an gnya p em ikiran m en g en a i p erlin d u n gan sistem aris u n tu k hak-hak sip il d an p o litik. K em u d ian dalam k on figu rasi ketatanegaraan, k eb eb asan b eragam a juga m em p u n yai p o sis i yan g p en tin g. Sejum lah b esar k egiatan m an usia dilindungi (dijam in) o le h p asal-p asal m en g en a i k eb eb asan beragam a, kebebasan b erek spresi, d an k eb eb asan p o litik. N a m u n d em ik ian, k eb eb a san beragama m en em u k an p erso a la n seriu s k etik a b erhadapan d en gan en titas negara yang m em ilik i sup erioritas w ew en a n g. S eh in gga dalam praktiknya, aktifitas m asyarakat dalam m enjalankan k eb eb a sa n d an k erukunan b eragam a seolah tersen d a t-sen d a t d a n tid ak sejalan d en g a n am anat h ak asasi m anusia. D a la m k o n tek s In d o n e sia, isu-isu p erso a la n k eb eb a san beragam a yang b erim p lik asi terhadap kerukunannya barangkali ada relevan sin n ya d en gan apa yang terjadi akhir-akhir in i. Sejum lah p ersoalan yan g m en yan gku t kebebasan 1 Ifdhal Kasim, H a k S ip il dati P olitik: E sa i-e sa i Pilihan, (Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta, 2001), hal 238-239. 2 Ib id

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupatt Beragama... 521 beragam a b erm u n cu la n m u lai dari k ekerasan b erb a sis agam a,3 p elarangan ajaran-ajaran terten tu,4 sam p ai k ep ad a k rim inalisasi terh ad ap m ereka yan g dianggap sesa t dalam aktivitas keagam aannya.5 S ep erti d ik etah u i bersam a b ah w a salah satu p erm asalah an yan g d ih ad ap i b an gsa In d o n e sia, sela in gu rita k oru p si, adalah k o n flik k eagam aan yan g b ersin ggu n gan la n g su n g d en g a n H A M. H a l itu m en jad i m en arik m en g in g a t salah sa tu h ak asa si m an u sia y a n g tid ak d ap at dik u ran gi dalam k ead aan ap ap u n prlalah h ak k eb eb a sa n beragam a, b ahkan setia p o ra n g b eb a s m em ilih agam a dan b erib ad at m en u ru t agam anya. D en g a n kata la in, p rin sip n ya negara m en jam in k em erd ek aan m em elu k agam a, sed an gk an p em erin tah b erk ew ajib an m elin d u n g i p en d u d u k dalam m elaksan ak an ajaran agam a d an ib a d a h, sep an jan g tidak b erten tan gan d en g a n peraturan p eru n d an g-u n d an gan, tid ak m en yalah gu n ak an atau m e n o d a i agam a la in, serta tid ak m en ggan ggu k eten tera m a n d an k etertib an u m um. N a m u n ap ab ila m elih a t faktanya (D a s sein) cu k u p tim p a n g jika d ib an d in gk an d en g a n keadaan id ealn ya (D a s sollen). C o n toh k on k rem ya adalah ketika adanya p en erb itan Surat K ep u tu sa n B ersam a (SK B ) antara M en teri A gam a, M en teri D a la m N e g e r i dan Jaksa A g u n g terk ait m asalah Jam aah A h m ad iyah In d o n e sia (JA I), h a l itu d in ilai seb agai tin d ak an b erleb ih a n p em erin tah terh ad ap p rivasi rakyatnya. D a ri pap aran d i atas, n am p ak bah w a n egara (p em erin tah ) m em p o litisa si agam a seb a g a i sarana u n tu k m en ca p a i tujuan. H a l in i d iw u ju d k an d en gan p en gak u an n egara terhadap agam a secara resm i yan g tertu an g dalam kebijakank ebijakannya, b a ik itu b eru p a peraturan-peraturan m au p au n p u tu sa n -pu tu san bersam a. H a l terseb u t setid ak n ya b isa d ilih a t d alam p eratu ran p eru n d a n g - u n d an gan seb a g a i berikut: P ertam a, U n d a n g -u n d a n g S istem P en d id ik a n N a sio n a l T a h u n 2 0 0 3. D a la m U U terseb u t N eg a ra h a m p ir-h am p ir tid ak m elirik sed ik itp u n agam a-agam a tid ak resm i. B ah k an y a n g m en g em u k a adalah 3 Lihat misalnya tulisan Abd A ia, Kekerasan A ta s N am a A gam a, Harian Kompas, 14 Oktober 1999, hal. 4-5. 4 Lihat Abdul Aziz Dahlan, Pengajaran tentang tuban dan A lam: Paham Taw hid Ib n A ra b s dalam Jum al Ulumul Q ur an, No. 5, VoL IV, Tahun 1993, hal. 83-84. 5 lih a t kasus-kasus di Indonesia khususnya kurun 1998-sekarang, antara lain Kasus Lia Amminuddin dan Ahmad Mashaddeq.

522 Millah Vol. XI, No. 2, Februari2012 p erten gk aran tanpa m akna antara Islam d en gan K risten ketik a m em perdebatkan p asal agam a. D a la m p asal 31 dari u n d an g-u n d an g terseb u t m a sih m engandung sem n g a t m em b atasi hak beragam a d en gan p ersep si lim a agam a resm i. K edua, P eraturan p em erin tah (PP ) R I N o m o r 5 5 T a h u n 2 0 0 7 T entang P en d id ik an A gam a D a n P en d id ik an K eagam aan. Secara k asat m ata, P P inj seb en a m y a su d ah d iskrim in arif b agi agam a d an suk u apabila m elih a t bahasanb ah asan ek splisim ya. C o n toh yan g p a lin g kentara adalah p ad a p a sa l 9 ayat 1 b ah w a p en d id ik a n keagam aan m elip u ti p en d id ik an keagam aan Isla m, K risten, k atolik, H in d u, B u d d h a, dan K h o n g h u cu. M o d e l in i y a n g kem udian b erim p lik asi p ad a b ah asan -b ahasan dalam p asal b eriku tn ya, y a n g secara gam b lan g h anya m em b atasai p en d id ik an agam a d a n keagam aan p ad a enam agam a te ts e b u t K etiga, U n d a n g -u n d a n g A d m in istrasi d an K ep en d u d u k an y a n g dikeluarkan p ad a tah u n 2 0 0 6. P asal k rusial yan g m en jad i p erd eb atan itu b erk aitan dengan adanya d iskrim inasi agam a d i dalam d o k u m en k ep en d u d u k an. A n tara kin adanya p en gh ilan gan hak sisp il terhadap w arga N eg a ra y a n g m en g a n u t agam a di luar lim a agam a yan g d i urns. D am p ak n ya adalah tid ak adanya pelayanan p en catatan sip il dalam p eristiw a p en tin g dari p en d u d u k y a n g agamanya terdiskrim inasi terseb u t O leh karena im, seseu a i d en gan m akna p o litisa si agam a, y aim upaya m em p ergu n ak an agam a seb agai alat u n tu k m en ca p a i tu juan -tu juan politik terten tu, b aik yan g dilakukan o le h oran g p eroran gan atau k e lo m p o k m aupun in stitu si terten tu.6 A p ab ila k em u d ian d ik orelasik an d en g a n tujuan negara h n k n m, yaitu u n tu k m ew u ju d k an k eam an an, k ead ilan, k ep a stia n, dan kesejah teraan nam paknya fak ta d iskrim n asi y a n g d ilak u k an o le h p em erin tah di atas san gat jau h dari id ea lism e tujuan negara hu k u m te r s e b u t B erdasarkan fen o m en a d i a tas, n egara p e m e r in ta h ) y a n g d ib eri m andat o le h rakyatnya u n tu k m en gu ru s n eg eri in i su d ah p asri m em ilik i tujuan dan alasan lo g is y a n g m en gh am skan o toritas negara u n tu k ik u t cam p u r (intervensi) m engurus aktifitas kpagam aan m asyarakanya. 6 Suryadi Radjab, IrufonestarHilangrrya R asa A m an, H a k A s a d M anusia dan T ra n sid Politik Indonesia, (Jakarta: PBHI dan TAP, 2001), hal 47

Otoritas Negara Dalam Pengaluran Kehidupan Beragama... 523 B. P okok P ersoalan S eb agai p o k o k p erso a la n y a n g dijad ik an b ah asan u tam a d alam p en elitia n in i adalah; p erta m a, ap a u rgen si n egara m en g a tu r k eh id u p a n b eragam a d i In d o n esia ; k ed u z, ap a saja ya n g ter g o lo n g seb a g a i b en tu k in ter v en si (cam p u r tangan) negara terhadap agam a? U n tu k m em eca h k a n p erso a la n terseb u t d ia tas, p e n e liti m en ggu n ak an b eb erap a p ro sed u r p en elitia n, yaitu: P ertam a, p e n elitia n in i ad alah p en elitia n y u tid is-n o ctn a tif, yaitu p en elitia n y a n g dilaku k an d en g a n cara m en eliti b ah an pustaka (lib ra ry research)? In i ju ga dikatakan seb agai p e n elitia n h u k u m d ok trin al, dim ana h u k u m d ik o n sep k a n seb a g a i apa y a n g tetu lis d alam p eraturan p eru n d an g-u n d an gan (law in book) atau h u k u m d ik o n sep k a n seb a g a i kaid ah atau norm a y a n g m eru p ak an p a tok a n p rilak u m a n u sia y a n g dian ggap p a n tas.78 K edu a, d igu n ak an b ah an h u k u m d iantaranya b a h a n h u k u m p rim er, yaitu U U D 1 9 4 5 d an p eratu ran p eru n d a n g -u n d a n g a n y a n g relev a n d en g a n p erm asalah an yan g d ib ah as. S ep erti U U N o. 1 /P N P S T a h u n 1 9 6 5 T en tan g P en cegah an P en yalah gu n aan d a n /a ta u P en o d a a n A g a m a, U U N o. 12 T a h u n 2005 T e n tan g R atifik asi IC C P R. K em u d ia n bah an h u k u m sek u n d er y a n g terd iti dari b u k u, ju m al, artikel d a n literatu r lain n ya y a n g b erk aitan d en gan perm asalah an y a n g akan d i b a h a s, serta h u k u m tersier, yaitu b a h a n h u k u m yan g d ip ero leh dari kam us. K etiga, tek n ik a n alisis b a h a n y a n g d igu n ak an dalam p e n elitia n in i adalah analisis isi, y a n g d en g a n a n alisis sem a ca m in i dih arap k an d ap at m em ila h d an m em ilih b a h a n dari b erb agai b a h a n p u stak a (b ahan h u k u m ) y a n g ad a d an searah d en gan o b jek kajian y a n g d im ak sud d a n d ap at m en g h a silk a n d eskrip si y a n g leb ih o b y e k tif d a n sistem a tis tentan g pen gaturari k e h id u p a n b erag am a d i In d o n esia d a n k ebijakan p en gatu ran y a n g ter g o lo n g seb a g a i b e n tu k in ter v en si negara terhadap agam a. 7Soerjono Soekanto, PengantarSosiologi H ukum, (Jakarta: Bharata, 1973), h al 15. 8Amirudin Zainal, dan Zainal Asikin, Pengantar M etode Penelitian H ukum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), hal 118.

1 524 Millah Vol. X I, No. 2, Februari 2012 C. Tujuan N egara dan R elevansinya Terhadap Pengaturan Kehidupan Beragam a di Indonesia S ebagai negara yan g teia h m em p rok lam irk an k em erd ek aan n ya, Indonesia seharusnya m em ilik i tujuan dal am p en yelenggaraan k eh id u p an bem egaranya. T an p a terk ecuali dalam k eh id u p an beragam anya, m eskip u n In d o n esia bukanlah negara agam a d an bukan p u la negara sek u ler, m elain kan negara p an casila yakni seb u ah religious nation sta te atau negara k eb an gsaan yan g dijiw ai agam a. Maka sew ajam ya p u la In d o n esia m em ilik i tujuan yan g jelas d i dalam nya. A dapun tujuan negara ridak lain seb agai upaya terealisasin ya cita-cita lu h u r yan g teiah digariskan pad a m asa aw al k em erd ek aan R ep u b lik Ind o n esia. A d a b eb erap a p em aparan pakar y a n g b isa dikaji d a n b erb agai khazanah k eilm uan terk ait tugas d an fu n g si adanya negara, J a c o b sen d a n Lipman m em p erspek tifk an b ah w a adanya negara adalah seb agai p em elih ara ketertiban, m em ajukan kesejahteraan in d iv id u d a n m asyarakat, m en ju n ju n g dnggi m oralitas.9 T id ak jauh b erb ed a dalam uraian J. B aren ts yan g m erum uskan bahw a v isi dari seb uah negara sebagai pem elihara keam anan d an ketertiban 9 Jacobsen dan Lipman. 'Political Science, dalam College Outline Series Bamers and Noble, (New York, 1956), hal 15-18. J

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupati Beragama... 525 serta p en yelen ggaraan k ep en tin g a n u m u m.10 L eb ih k o n k ret ap ab ila m elih a t pem aparan C harles E. M en d em yan g m em aparkan b ah w a terd ap at lim a tujuan negara, yaitu k eam an an e k ste m, keterriban in tern, k ead ilan, k esejateraan u m u m serta keb eb a san. B erb ed a d en g a n argu m en tasi L eslie L ip so n y a n g m en eg a sa n b ah w a tujuan negara b u k an lah y a n g terp en tin g tetap i alat u n tu k m en ca p a i tu juan tid ak kalah pen tin gn ya. A la t-ala t itu d ip ergu n ak an u n tu k m en yelen ggarak an fu n g si negara. F ungsi n egara ya n g asli d an tertu a adalah p erlin d u n gan. A rtin ya n egara d ib en tu k oleh in d iv id u u n tu k m em p ero leh p erlin d u n gan, d a n negara d ip ertah an k an untuk m em elih ara tu juan itu. S elain p erlin d u n gan, L ip so n juga m en gem u k ak an keterriban serta k ead ilan seb agai d u a h al utam a y a n g m en jad i tujuan adanya suatu negara.11 M en u ru t M iriam B u d iard jo, fu n g si m in im u m dari suam n egara terlep a s dari id eo lo g i y a n g dian u tnya adalah m elaksan ak an p en ertib a n (law a n d order), m en jaga kesatuan d an p ersatu an seb agai suatu b a n g sa /n e g a ra, m en jaga k eam an an m asyarakat F u n g si k ed u a adalah m en gu sah ak an k esejah teraan da n kem akm uran rakyat, b aik dalam a sp ek m ateriel m au p u n spiritu al, ro h a n i d an jasm ani. F u n g si ketiga yaitu p ertah an an, h a l in i juga m enjaga segala k em u n gk in an serarigan dari luar. F u n g si k eem p a t adalah m en ju n ju n g tin g g i k ead ilan y a n g d ilak san akan m elalui lem b a g a p erad ilan.12 S ed an gkan L. V. B allard secara sed erh an a m enyatakan b ah w a tujuan n egara y a n g teru tam a adalah m em elih ara keterrib an dan p erad ab an, sed an gk an fu n g sin y a ialah m en cip tak a n syarat-syarat dan p erh u b un gan ya n g m em u askan bagi sem u a w arga n egara.13 R ep u b lik In d o n e sia y a n g m en yatak an k em erd ek aan n ya p ad a tan ggal 17 A gu stu s 1 9 4 5 m eru m u skan tujuan negaranya dalam p em b u k a a n U U D 1 9 4 5, tepatnya p ad a alin ea k eem p a t, yaitu : 10 Isjwara, Pengantarllmu PoUtik, (Jakarta: Bina Cipta, 1982), hal 173 11 Leslie lip son, The 'Great Issues of Politic, An Introduction to Political Science, {New York Prentice Hall), hal. 41. 12 Miriam Bidiardjo, Dasar-dasarllmu PoUtik, (Jakarta: Gramedia, 1982), hal 45. 13 Soehino, Ilrnu Negara, (Yogyakarta: Libeety, 1980), hal 16.

526 Millah Vol. X I, N o. 2, Februari 2012 U n tu k m em bentuk suatu pem erintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darab Indonesia dan u n tu k memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ik u t melaksanakan ketertiban dunia ya n g berdasarkan kem erdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada: ketuhananyang m aha E sa, kemanusiaanyang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipim pin oleb hikmat kebijaksanaan dalam perm uryaw aratan/penvakilan, serta dengan m ewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. D a ri p a p a ra n di atas, n am p ak n y a n eg ara y ang m elib atk an diri dalam m en g u ru si aktifitas k eag am aan w arg a n egaranya tid ak lain ad alah untuk m e w u ju d k an a m a n a t y ang te rm a k tu b dalam p e m b u k a a n U U D 1945 tersebut. W alau p u n d em ik ian p erlu d iin g at b ersam a b ah w a d o m in asi tu ju an d a n fungsi n eg ara sangatlah d ip e n g am h i o leh ideologi y an g d ia n u t oleh su atu negera te rte n tu. B agi In d o n e sia y ang m e n g a n u t ideologi P ancasila, m aka keterlibatan n eg ara dalam m e n g a tu r k eh id u p a n negaranya tidak lain seb en am y a ingin m engkonkretisasik an ap a y an g terim p lisit di dalam nya. O le h karenanya, akan m enjad i p e m b e n a ra n ketika neg ara ik u t te rlib a t m e n g atu r aktifitas warga n egaranya dalam m enjalan k an k eh id u p an beragam a. T e n tu n y a hal itu selagi tid ak m e n g atu r secara lan g su n g k eyakinan in d iv id u w arga negaranya (Jorum internumj. D alam k o n te k s inilah, m aka seb en am y a N e g a ra (pem erintah) diberi legitim asi y ang k u at, bail: itu secara nasional m a u p u n in tern asio n al.14 S ebagai b e n tu k k o n k re t u n tu k m encap ai tu ju an n eg ara te rse b u t, m aka su d ah m enjad i k e h a ru san agar d ib e n tu k su am p e m e rin ta h a n n eg ara yang 14 Dalam pasal 20 International Conventional on Civil and Political Right (ICCPR) menyebutkan: pelarangan atas propaganda perang serta tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan tindak diskriminasi, permusuhan atau kekerasan. Oleh karenanya ketika ancaman terkait agama yang bersifat langsung seperti itu terjadi atas orang atau harta kekayaan, negara diberi kcwenangan untuk mengatnbil upaya-upaya yang sungguh-sungguh diperlukan dan proporsional dalam rangka melindungi kepentingan keselamatan publik, termasuk larangan atau pembubaran suatu sidang majelis, aliran agama, dan dalam kasus-kasus ekstrcm, bahkan pelarangan suatu kelompok keagamaan yang benar berbahaya. Selain legalitas pembatasan yang terkait dengan keamanan publik, juga dibenarkan pembatasan untuk melindungi tatanan/keterdban publik. Tatanan/ketertiban publik diinterpretasikan dalam pengertiannya yang sempit yaim pencegahan kekacauan public. Lihat Van Dijk dan Van Hoof, Theory and Practice o f The Eurpean Convention On Human Right, Edisi ke-4, (USA: Intersentia), hal 555

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupan Beragama... 527 m em punyai fu n g si yan g nam pak secara nyata. H a l itu lah y a n g k em u d ian d en gan dibentuknya B adan K o rd in a si P en gaw asan A liran -aliran K epercayaan M asyarakat (B ak or P A K E M ) yan g m erupakan b en tu k a n dari K ejaksaan R I. T u gas-tu gas yan g d iem b a n dari P ak em adalah m en g ik u ti, m em p erh atik an, tnengaw asi gerak -gerik serta p erk em b an gan dari sem u a gerak an agam a, sem u a aliran-aliran k ep erca y a a n /k eb a tin a n, m em erik sa/m em p ela jari b u k u -b u k u, brosur-brosur k eagam aan /aliran k ep ercayaan, baik y a n g b erasal dari dalam m aapun luar, d em i k ep en tin g a n u m u m.15 S ek ilas dari tugas P ak em terseb u t rnem berikan gam b aran b ah w a u rgen si oegara ik u t cam p u r dalam m en gatu r aliran-aliran agam a d i In d o n e sia tid ak lain adalah untuk m erealisasik an tujuan negara y a n g su ci seb agaim an a tertu lis dalam pream bule U U D 1 9 4 5. H al itu p u la yan g relevan apabila d ik orelasik an d en gan teori-teori tujuan negara yan g telah d iseb u tk a n d i atas. P erlu n ya p en g a w sa n terhadap aliran-aliran keagam aan d i In d o n esia tid ak b isa d ilep a ska n d en gan fakta sejarah yan g m em b u k tik an bah w a banyak m u n cu l aliran k ep ercayaan yan g m enyatakan dalam ajarannya bah w a aliran terseb u t m em p u n yai n ab i d an kitab suci tersen d iri.16 S eh in gga h al itu m en im b u lk an k o n flik intern d i dalam agam a tertentu. H a l in ilah y a n g sen gaja dihindari o le h negara d en g a n m elib atk an d id m engatur p ergerakan aliran-aliran keagam aan agar tid ak m eru sak tatan an id eal dari tujuan negara R I. S em en tara p em b atasan -p em b atasan dalam rangka p erlin d u n g a n m oral juga dilam pu hijaukan k ep ad a negara, seh in g g a tid ak salah kalau k em u d ia n negara ikut an d il m en gatu r gu n a terw u jud n ya m oralitas y a n g b aik. K arena bagaim anapun m oral m erupakan h a l yan g d iklaim agam a seb agai sistem nilai yang tertin g g i dalam beragam a. P em b atasan d em i p erlin d u n g a n h ak -h ak dan kebebasan fu nd am en tal oran g lain juga m enjadi salah satu tu gas negara untuk 15 Lihat Surat Edaran Dcpartemen Kejaksaan Biro Pusat Pakem, Nomor 34/Pakem /S.E/61 tertanggal 7 April 1961, perihal instruksi Pembentukan Batasan Pakemdi tiap-tiap propin si dan di daerah-daerah. Surat ini ditujukan kepada semua Jaksa/Tinggi/Kordinator Kejaksaan Pengadilan Negeri diseluruh Indonesia. 16 Djoko Prakoso, Tugas-tugas Kejaksaan d i bidang N o n Y udisial, (Jakarta; Bina Aksara, 1989), hal. 2.

528 M tllah Vol. X I, N o. 2, Vebruari 2012 m elak u k an in ter v en si. A lasan n ya tid ak lain karena dalam beragam a juga tidak d ib en ark an m en ggu n ak an cara-cara ya n g m en ggan ggu k eb eb asan beragam a atau b erk eyak in an o ra n g lain. H a l sep erti itu lah yan g tidak b isa d ib en ark an, sehingga n egara d ib erik an p eran u n tu k m en g a tu m y a secara netral. H a l in i juga berkaitan d e n g a n p en g h in a a n terhadap agam a yan g tidak d ibenarakan, seh in gga lagidagi n egara dib eri kew ajib an u n tu k m en g a tu m y a.1718 M ah k am ah K o n stitu si (M K ) seb agai gu ardian constitution d an penafsir k o n stitu si juga tela h m em b erik an p en eg a sa n akan p en tin g n y a negara turut serta m en g a tu r k eb eb a sa n beragam a w arga negaranya. M elalu i p u tu san atas co n stitutio n a l review U U N o. l/p N P S /1 9 6 5 yan g d in ilai o le h b eb erap a lembaga sw ad aya m asyarakat (LSM ) seb agai b en tu k pelanggaran terhadap k o n stitu si dan H A M.19 M aka M K d en g a n teg a s m enjaw ab argu m en hukum penolakan co n stitutio n a l review U U P en o d a a n A gam a den gan kalim at seb g a i berikut: 17 Joel feinberg, The M oral L im its o f The C rim inal law, Volume 4, (New York; Oxford University Press, 1S90), hal. 123. 18 Lihat Kasus Gay News X Ltd. And Y v, United Kingdom, App. No. 8710/79 (EcomHR, 28 Keputusan dan Laporan 77, 7 Mei 1982) 19 LSM dan tokoh agama, seperti Imparsial dan KH Abdurahman Wahid. Pasal-pasal yang diajukan jud ic ial review adalah pasal 1,2,3, dan 4. Pasal 1 berbicara mengenai larangan dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuam agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyempai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu. Pasal 2 berkaitan dengan kewenangan mentcri agama, jaksa agung dan menteri dalam negeri mengeluarkan suatu keputusan bersama untuk menghcntikan perbuatan tersebut Pasal 3 yaitu tentang kewenangan negara mediskrimnasi pelaku dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun setelah tidak mengindahkan surat keputusan tersebut. Pasal 4 berbicara tentang penguatan kriminalisasi yang telah diatur dalam KUH Pidana. Pasal-pasal tersebut bertentangan dengan instrumen HAM baik nasional maupun IntemasionaL Instrumen intemasional yang digiinakan adalah sebagai berikut, pasal 18 DUHAM, pasal 18 Kovenan Intemasional Hak-hak Sipil dan Ploitik, komentar umum Nomor 22 Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama, dan dan pasal 6 huruf (d) dan (e) deklarasi penghapusan intoleransi dan diskriminasi agama. lih a t selengkapnya: U U N o. 1 /P N P S /1965 tentang Pencegaban Penyalahgunaan dan I atau Penodaan A gam a, U niversal Declaration o f H um an R ight 1948, IC C P R ja n g disahkan pada 16 December 1996 dan d iratijikasi Indonesia m elalui U U N o. 12 tahun 20 0 3, G eneral Comment N om or 18: Non D iscrim ination: 1 0 /11 /19 8 9. IC C P R, dan Resolusi M ajetis Umum PBB 3 6 /5 5 pada 25 Novem ber 1981 tentang penghapusan Intoleransi dan D iskrim inasi Agam a. Argument hukum nasional yang dijadikan konfrontasi atas pasal-pasal tersebut ialah pasal 27 ayat (1), 28 D ayat (1), 28 E ayat (1) dan (2),

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupan Beragama... 529 bahw a d a n su d u t pan dan g H A M, kebebasan beragam a y a n g d ib erik a n kepada setia p m anusia bu kan lah m erupakan kebebasan y a n g bebas n ilai dan kebebasan an sich, m elainkan kebebasan y a n g d isertai dengan tan ggu n gjaw ab so sial u n tuk m ewujudkan H A M bag} setiap orang.20 K em u d ia n secara jelas p u tu sa n atas p en o la k a n yan g sem p a t m en im b u lk an k o n tro v ersi te se b u t juga d ap at d isim p u lk a n seb agai b erik u t :21 P ertam a, bah w a p asal-p asal p en o d a a n agam a h a m s d ilih a t juga dari a sp ek filo so fisn y a seh ln g g a tidak sem a ta-m a ta d ilih a t dari a sp ek yu rid isnya saja. A sp e k filo so fisn y a bertujuan m en em p a tk a n k eb eb a san b era g a m a /b erk ey a k in a n d alam p er sp e k d f k e-in d o n esia. P raktik k eb eb a san /b erk ey a k in a n d i In d o n e sia m en em p atk an aspek p r e v e n tif seb a g a i p ertim b a n g a n u tam a dalam sua tu m asyarakat yan g h etero g en ; K edu a, K eb eb a sa n /b erk ey a k in a n y a n g d ib erik an k ep ad a setia p m an usia bukanlah m eru p ak an k eb eb a san y a n g b eb a s n ila i d an k eb eb a sa n an sich. S elain adanya h a k k eb ab asan b erk eyak in an, h a m s juga d iik u ti d en g a n tan g g u n g jawab so sia l u n tu k m ew u ju d k an H A M b a g i setia p orang; K etiga, b eran gk at d a ti ko n se p n egara hu k u m (the rule o f law ), n egara m em ilik i peran seb a g a i p en y eim b a n g antara h a k asa si d a n k ew ajib an dasar u n tu k m ew u ju d k an H A M y a n g b erk ead ilan. P eran n egara in i d iap lik asik an u n tu k m em astik an b ah w a dalam p elak san aan k eb eb a san b era g a m a /b erk ey a k in a n, seseo ra n g m a u p u n k e lo m p o k tid a k m elu k ai k eb eb a san b era g a m a /b erk ey a k in a n oran g la in. D i sin ila h negara b ertin d a k seb a g a i p en en g a h ; K e e m p a t b erdasarkan jam in an k o n stim sio n a l terh ad ap k eb eb a sa n p en afsiran, m ak a m em a n g d iak u i b ah w a m en a fsirk a n terh ad ap sua m ajaran atau aturan terten tu m em p a k a n k eb eb a san b erp ik ir setia p o ra n g y a n g berad a p ad a forum internum. A k a n tetap i, p en a fsira n te r seb u t h a m sla h b erk esesua ia n d en g a n 28 I ayat (1) dan 29 ayat (2) UUD 1945. Disamping itu kebebasan beragama dan berkeyakinan juga dijamin dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Hak Asasi Manusia. 20 Lembaran Putusan Mahkamah Konstitusi RI, diakses di [ 08 Februari 2011. 21FaiqaTobroni, KeterBbatan Negara dalam Mengawal Kebebasan Beragam /Berkeyakinan (Komentar Akademik atas judicial Review UU No. 1 /PNPS/1965), Jum al Konstitusi Volume 7, No. 6, Desember 2010, (Jakarta: Sekretariat Jenderl dan Kepaniteraan Mahakamah Konstitusi, 2010), hal 106-107.

530 Millah Vol. X I, No. 2, Februari 2012 p o k o k -p o k o k ajaran agam a m elalu i m etod o lo g i yan g ben ar berdasarkan sumber ajaran agam a yan g b ersan gk u tan yaitu kitab su ci m a sin g -m a sin g. In i artinya b ah w a k eb eb a sa n m elaku k an p en a fsira n terhadap su atu agam a tidak bersifat m u dak atau absolute pada foru m ekstem um. P en afsiran juga h a m s d ik o n tro l, yang dalam m in im aln ya, k o n tro l terseb u t b isa b erupa d ia lo g d en gan m e tod o lo g i yang u m um d iakui o le h para p en g a n u t agam a agar tidak m en im b u lk an reaksi yang m en gan cam k eam anan d an k etertib an u m um ap ab ila dikem ukakan atau dilaksanakan d im u k a u m u m. H a l in i sesuai juga d en g a n k eten m an p asal 18 IC C P R.22 M ahkam ah K o n stitu si dalam p u tu san n ya terseb u t m en cerm in k an bahwa dalam m enjalankan k eb eb asan b eragam a/b erk eyak in an h a m s m em perhatikan aturan m a in y a n g ada, seh in g g a k eb eb asan terseb u t tid ak m elanggar kebebasan oran g la in yan g juga harus d ilin d u n g i. D en g a n kata la in jam inan y a n g diberikan o le h negara k ep ad a setiap o ra n g adalah keb ab asan bersyarat.23 K eb eb a sa n yang m em ilik i arti b u k an b eb a s sem au sen d iri tanpa ada tan ggu n g jawab so sia l. H al in i selaras d en g a n rm gkapan y a n g d ik u tip M unawir S yad zali, bah w a Freedom is n o t L icense, h a l in i p u la yan g tertu lis dalam p asal 1 dari D eclaration on the E lim ina tio n o f A l l F orms o f Intolerances a n d o f D iscrim in ation based on R eligion an d B elief tah u n 1 9 8 1, yan g sub stan sin ya m en jelaskan b ah w a p em erin tah dapat m en gam b il lan gk ah m elalu i p eru n d an g-u n d an gan u n tu k m en gatu r agar k eb eb asan b eragam a/b erk eyak in an, serta k eb eb asan m en gam alk an ajaran agama d an berd ak w ah jangan sam p ai m en ggan ggu k eserasian d an kerukunan hidup beragam a y a n g p ad a giliran n ya akan m em bahayakan stab ilitas p o litik dan k esin am b u n gan p em b an gu n an.24 S ek ali lagi M ahkam ah K o n stitu si m em b eri p en eg a sa n terhadap falsafah negara y a n g syarat akan n ila i agam is, M K m en yatakan b ah w a dalam negara P ancasila tidak b o le h diadakan kegiatan yan g m enjauhkan nilai religiusitas dan 22 Einar M. Sitompul, Agama-agama dan Per/uangan Hak Sipil, (Jakarta: PBHI dan European Union, 2004), hal 14. 23 Op.Gt ^Munawir Syadzali, Penegakan HAM dalam Pbtralisme Agama (Tinjamn Konsepsional), (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2007), hal 45.

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupatt Beragama... 531 keagam aan.25 Jad i, n egara tid ak m em b erik an p elu a n g u n tu k m e n o d a i agam a lain. fcebebasan agam a ad alali h ak m en d asar y a n g tela h d isep a k a ti o le h k esep ak atan dunia d a n d ilin d u n g i o le h n egara d em i h arkat m artab at m an u sia. M eskip u n dem ikian, n egara ju ga b o le h m em b a tasai k eb eb a sa n sesu a i d en g a n U U D d an jynduk k ep ad a p em b a tasa n a tas p en g h o rm a tan hak asa si o ra n g la in berd asark an oilai agam a d a n se su a i d en g a n b en tu k n egara yan g d em o k ra tis. P o la k eb eb a sa n y a n g ditaw arkan M K sejatin ya sa n g a t relev a n ap ab ila m elihat k eten tu a n y a n g ad a d alam U U D 1 9 4 5, y a n g d id alam n ya juga m enyangkut h a l-h a l y a n g berkaitan d en g a n p lu ralism e. P lu ra lism e y a n g la zim diberi p en g ertia n seb a g a i sua tu m o d e l y a n g p a tu t d iterap k an o le h setiap k elom p ok u n tu k d icerm in k an dalam tin d ak an sa lin g m en g h o rm a ti, tn en ged ep an k an su b stan si to lera n si, d a n m en jau h k an d id dari k o n flik. A tau dengan kata la in, p lu ra lism e m eru p ak an sikap m en gh argai k em ajem u k an m asyarakat d an b a n g sa serta m ew u ju d k an n ya seb a g a i k o se k u e n si m ak h lu k hidup y a n g b erasaskan bbinn eka tunggal ik a. P lu ralism e sesu n g g u h n y a m en jad ik an sebuah m a n g n yam an b a g i p en g h o rm a tan terhadap p erb ed a a n seb a g a i salah satu en titas m en d asar sifat k em an u siaan seo ra n g m an u sia. S eh in g a p lu ra lism e sem estin ya d item p atk an b u kan seb agai tero r y a n g m en g a n ca m, m elain k an sebagai p o w er d an s p ir it d alam m enjalankan ak tifitas b etb a n g sa d a n b em eg a ra guna m en u ju c ita-cita d a n tu juan n egara Ind o n esia. D. Iden tifik asi B entuk-bentuk Interven si (cam pur tangan) N egara Terhadap K ehidupan B eragam a d i Ind on esia S eb elu m m a suk d alam p em b a h a sa n h a l apa saja n egara (p em erin tah ) turu t cam pur d alam m em p erh atik an k eh id u p a n beragam a d i In d o n e sia. M aka p en u lis tegaskan tede b ih d a h u lu k o n tek s atau p u n m ak n a in te r v e n si terseb u t. H arapnnya agar m a k sud y a n g d i c e m a d alam tu lisa n in i na n tin y a sejalan d en g a n hal-hal y a n g diu ru s o le h p em erin tah. P oerw ad arm in ta m e n y e b u t cam p u r tan gan di artikan 1. I z in (u n tu k m em p erh a tik a n k eh id u p a n b eragam a), 2. K erelaan ^Arsyad Sanusi dalam Lembaran Putusan Mahkamah Konstitusi RI, di akses di http://www.mahkamahkonstittisi.go.id, tanggal 08 Februari 2011.

532 Millah Vol. XI, No. 2, Februari 2012 (m en g a n d u n g unur regu lasi antara k ed u a b ela h pih ak ). Jad i, cam p u r tan gan yang d im ak sud adalah k eterlib atan p em erin tah terhadap berb agai urusan warga negaranya.26 1. Kegiatan L intas Sektoral K eg ia tan sek toral yan g d im ak sud in i adalah yan g term asuk d i dalamnya seb agai b en tu k h u b u n gan antara w arga negara d en g a n n egara-n egara atau b an gsa-b an gsa lain atau p u sat keagam aan yan g ad a d i luar n egara Indoensia. D a la m k o n tek s in i negara su d ah ik u t cam pur d i dalam nya, secara lu gas dapat d ilih at dalam k ep u tu san M en teri A gam a N o. 77 T a h u n 1 9 7 8 T en tan g Bantuan Luar N e g e r i K ep ad a L em baga K eagam aan di In d o en sia.27 K em u d ia n juga terkait d en gan p en gaw asan d a n p em b in aan pem erintah terhadap p en gem b an gan agam a, m aka d apat kita seb u t ju ga b ah w a kegiatan lin tas sek toral ik u t d i dalm nya. H a l in i d ap at d ilih at dalam k ep u tu san bersam a M en teri A gam a d an M en teri D a la m N e g e r i N o. O l/b e r /M D N -M A G /1 9 6 9 T en tan g P elak san aan T u gas A paratur P em erin tah d alam M en jam in K etertiban d an K elan caran P elaksanaan P en gem b an gan d an Ib a d a t A gam a o le h Pem elukpem eluknya.28 2. Pendidikan A gam a D a la m ruang lin gk u p k em en trian agam a, y a n g m em ilik i b eb era p a tugas antara la in adalah seb agai b erik u t :29 a. M en yed iak an, m em b erik an p etu n ju k, serta m en g a w a si pen gajaran agama dalam sek olah -sek olah negara; 26 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Babasa Indonesia, Cet-Ketujuh, (Jakarta: PN.Balai Pus taka, 1984), hal. 520. 27 Jazim Hamidi dan M. Husnu Abadi, Intervensi Negara Terhadap Agama, (Yogyakarta: UH Press, 2001). hal 141, dan Lihat Keputusan Menteri Agama No. 77 tahun 1987. 28 Ibid dan lih a t Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. Ol/Ber/M DN-M AG/1969. 29 Ibid dan lihat BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, CeL Pertama, (Jakarta: Grafiti Pers' 1985), hal. 113.

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupan Beragama... 533 b. M em b erik an p etu n ju k, d u k u n gan d an p en g a w a sa n p en d id ik a n dan p engajaran yan g d ib erik an dalam m ad rasah-m ad rasah d an lem b aga keagam aan lainnya; c. M en d irik an sek o la h -sek o la h u n tu k m ela tih gu ru -gu ru agam a d an u n tu k p ejab at p erad ilan agam a; d. M em elih ara segala h a l y a n g b erk en aan d en g a n pen gajaran agam a dalam k eten taraan, asram a-asram a, serta d im a n a p u n y a n g d ip a n d a n g p erlu. S elan ju tn ya D e lia r N o e r m erin ci jen is-jen is p en d id ik a n serta pengajaran Islam y a n g tela h dilaksanakan o le h p em erin tah, k h u susnya o le h k em en trian agam a serta d in a s-d in a sny a, yaitu 1. P esan tren In d o n e sia k lasik (sem acam sek o la h sw asta b eragam a), 2. M ad rasah d in iy a h (sek o la h agam a), 3. M adrasahm adrasah sw asta (b iasan ya 35% u n tu k jad w al pelajaran u m u m d an 40% u n tu k pelajaran agam a), 4. M adrasah ib d d a iy a h n eg eri (m in im a l 6 tah u n ), 5. M adrasah ib tid aiyah n eg eri 8 tah u n d en g a n tam b ah an k etram p ilan -k etram p ilan, 6. P en d id ik a n te o lo g i tertin g g i, p ad a tin g k a t u n iv ersitas (sejak tah u n 1 9 6 0 p o la in i dim asukan dalam IA IN ).30 3. Kerukunan H id up Beragam a K eru k u n an h id u p beragam a m eru p ak an cita-cita b an gsa In d o e n sia yan g sejak lam a d igagas o le h para jo m d in g fa tbe rs rep u b lik in i. H id u p ru k u n d a n sa lin g b erd am p in gan serta tolera n terh ad ap sesa m a agam a m a u p u n d en g a n agam a lain m em p ak an sen d i terb an gu n n ya b a n g sa y a n g b erm artab at d a n m em ilik i tata kram a. S eh in g g a isu p em b a n g u n a n n a sio n a l d ap at terea lisa si d en g a n b a ik juga salah sa tu fak tor p en u n jan gn ya adalah ad an ya m asyarakat y a n g sa lin g h o rm a t m en g h o rm a ti, to lo n g m e n o lo n g, d a n rasa k eg o ton g -r o y o n g a n y a n g ringgi d i d alam d iri m asayarkat In d o n esia.31 D a la m rangka p erw u jud an d ari ad an ya tolera n si b eragam a in i, p em erin tah (k em en terian agam a) m en gelu ark an b eb era p a peratu ran, antara lain: 49. 30 Delliar Noer, A dm in istra si Islam d i Indonesia, Cet. Pertama, (Jakarta: Rajawali, 1983), hal 31 Op. C it, Jazim Hamidi dan Husnu Abadi, IntervensL -IiaL 142

534 Millah Vo! X I, No. 2, Februari 2012 a. K ep u tu sa n M erited A g a m a N o. 4 4 T a h u n 1 9 7 8 T en tan g P ed om an P en yiatan A gam a; b. K esep ak atan pem u k a-p em u k a agam a p ro v in si D 1 Y ten tan g:32 1) P en d irian tem p a t ibadah; 2) Penyiaran agam a; 3) P erk aw inan an tar agam a; 4) P enguburan jenazah ; 5) P erin gatan h a d b esa r keagam aan B erdasarkan id en tifik a si b en tu k -b en tu k in ter v en si y a n g d ilaku k an oleh negara, secara u m u m d ap at dik atak an b ah w a seb en a m y a h an ya p ad a lingkup urusan ad m in stasi k eagam aan n egara ik u t cam p u r tan gan d alam m engurusi ak tifitas keagam aan w arga n egaran ya, sep erti dalam urusan p em en u h a n fasilitas yan g m en d u k u n g kelancaran ib a d a h b agi setiap p em elu k agam a. K em udian negara juga d ib en ark an m em b erik an b atasan b erdasarkan U n ited N a tion Covenant on C iv il a n d P o litica l E igh ts y a n g sud a h d i ratifik asi m elalu i U U N o. 1 2 tahun 2 0 0 5, yaitu dalam arti k eb eb a sa n beragam a dalam b en tu k k eb eb a sa n untuk m ew u ju d k an, m en g im p lem en tasik a n, atau m em a n ifestasik a n agam a atau keyakinan seseo ra n g, seperri tin d ak an b erd ak w ah atau m en yeb ark an agam a atau keyakinan d an m en d irikan tem p a t ib a d a h yan g d ig o lo n g k a n d alam kebebasan bertindak (freedom to act). K eb eb a sa n dalam b en tu k in i d ip erb o lehk a n u n tu k dib atasi d an b ersifat bisa diatur atau d itan ggu h k an p elak san aan n ya. A d a p u n alasan y a n g dibenarkan u n tu k m elaku k an p en u n d aan p elak san aan, p em b a tasa n, atau p en gaturan itu adalah sem ata-m ata p erlin d u n g a n atas lim a h al, yaitu pu b lic safety (keselam atan m asyarakat), p u b lic order (k etrtib a n m asyarakat), p u b lic health (kesehatan m asyarakat), p u b lic m orals (etik a d a n m o ra l m asyarakat), d a n protection o f righ ts and freedom o f others (m elin d u n g i h a k d a n k eb eb a sa n m en d asar o ra n g la in ). D en gan d em ikian tujuan utam a tin d ak an p en u n d aan pelaksanaan, p engaturan atau 32 Hasil Forum Dialog Pemuka-pemuka Agama Provinsi DIY, 9 Juni 1983, di terbitkan oleh Kanwil Depag DIY

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupan Beragama... 535 p em b atasan itu adalah u n tu k m en an gk al an cam an terh ad ap k esela m a tan m anusia atau h a k m ilik m ereka.33 S ecara leb ih rin ci uraian d i a tas, m aka d ap at d ijelaskan p en tin g n y a p ed in d u n g a n terh ad ap lim a aspek terseb u t, yaitu:34 1. R estriction F o r The P rotection o f P u b lic S a fety (P em b atasan u n tu k m elin d u n g i k esela m a tan m asyarakat). D ib en a rk a n penaabatasan d a n larangan terh ad ap ajaran agam a y a n g m em b ah ayak an k eselam atan a p em elu k n ya. C o n ro h n y a, ajaran agam a y a n g ek strim, m islan ya m en y u ru h u n tu k b u n u h Hiri, b aik secara in d iv id u m au p u n secara m assal. 2. R estriction F o r The P rotection o f P u b lic O rd er (P em b atasan u n tu k m elin d u n g i k etertib a n m asyarakat). P em b a tasa n keb eb a sa n m em a n ifestasik a n agam a d en g a n m ak sud m en jaga k etertib a n u m u m atau m asyarakat. d i an atatan ya, aturan ten tan g k eh aru san m en d a fia r k e b ad an h u k u m b agi o rg a n isa si k eagam aan m asyarakat, k eh aru san m en d ap atk an ijin u n tu k m elak u k an rapat u m u m, k eh aru san m en d irik an tem p a t ib a d a t h an ya p ad a lo k a si y a n g d ip eru n tu k an u n tu k u m u m, d a n aturan p em b a tasan k eb eb a sa n m enjalankan agam a b a g i narapidana. 3. R estriction F o r The P rotection o f P u blic H ea lth (P em b atasan u n tu k m elin d u n g i k eshatan m asyarakat). P em b atasan y a n g d iijin k an berk aitan d n eg a n k eseh a tan p u b lik d im ak su d k an u n tu k m em b eri k esem p a tan k ep ad a p em erin tah m elaku k an in ter v en si g u n a m en ceg a h e p id e m i atau [en yak it lain n ya. P em erin tah d iw ajib k an m elak u k an v a k sin a si, p m erin tah d p a a t m ew ajib k an p etan i y a n g bekerja secara h arian u n tu k m en jad i a n g g o ta a sk es g u n a m en ceg a h p en u laran p en y a k it b erb ah aya, sep erti T B C. B agaiam an a p em erin tah h a m s b ersik ap sean d ain ya ad a ajaran agam a terten tu y a n g m elaran g v a k sin a si, tra n sfu si d arah, m elaran g p en g g u n a a n in fo s d a n seteru snya. D e m ik ia n p u la, m isaln ya laranagn terh ad ap ajaran agam a y a n g m en gh aru skan p en g a n u n tn y a b erp u asa 33 Siti Musdah Mulia, H a k A sa si M anusia dan Kebebasan Bearagama, Makalah di sampaikan pada acara Konsultasi Publik untuk Advokasi terhadap RUU KUHP diselenggarakan oleh Aliansi Nasional Reformasi KUHP, Jakarta, 4 Juli 2007, hal 3. 34 Ib id, hal 12.

536 Millab Vol. X I, No. 2, Februari 2012 sep an jan g m asa karena dikhawarirkan akan m en gan cam kesehatan m ereka. 4. R estriction F o r The P rotection o f M orals (P em b atasan u n tu k m elindungi m oral m asyarakat). M isalnya, m elaran g im p lem en tasi ajaran agam a yang m enyuruh penganutnya bertelanjang bulat ketika m elakukan ritual. 5. R estriction F o r The P rotection o f The F u n dam en tal R igh ts a n d Freedom o f Others (P em b atasan u n tu k m elin d u n g i k eb eb asan dasar d a n k eb eb asan orang lain ). 6. P ro seljtism (p en yeb aran agam a). D en g a n ad an ya h u k u m an terhadap tin d ak an P roseljtism, p em erin tah d ap at m en cam p u ri k eb ab asan seseorang d id alam m em an ifestasik an agam am m ereka m elalu i aktifitas-aktfitas m isio n a ris dalam rangka m elin d u n g i agar k eb eb a sa n b eragam a orang lain tid ak tertanggu atau dikonversikan. 7. P em erin tah berkew ajiban m em b atasi m a n ifestasi dari agam a atau k ep ercayaan yan g m em bahayakan h ak -h ak fu n d am en tal dari oran g lain k h u susnya h ak u n tu k h id u p, h ak k eb eb asan dari k ek erasan, m elarang * perbudakan, kekejam an dan juga ek sp olitasi hak -hak kaum.m inoritas. D a ri uraian d i atas, m aka regu lasi negara dalam k eh id u p an beragam a tetap d ip erlu k an. R egu lasi d im ak su d dilakukan dalam rangka m em berikan p erlin d u n gan k ep ad a w arga negara, b u kan in ter v en si, u n tu k tujuan-tujuan terseb u t, negara p eriu ram bu-ram bu agar para p em elu k agam a tidak m engajarkan h a l-h a l yan g m en g g a n g g u k etertib an m asyarakat d a n kesehatan m erek a, tid ak m engajarkan k ek erasan k ep ad a siap ap u n d a n d en gan alasan ap ap u n, serta tid ak m elaku k an p en g h in a a n terhadap p en g ik u t agam a lain. E. Penutup B erdasark an kajian sep erti y a n g tela h d i uaraikan d i a tas, m aka dapat d isim p u lk an seb a g a i berikut: P ertam a, salah satu tu juan negara adalah m em elih ara k etertib an d an p erad ab an, sed angk an fu n g sin y a ialah m en d ptak an syarat-syarat d a n h u b u n g a n y a n g m em u askan b agi sem u a w arga negara. Hal itu la h ya n g m en jad i dasar akan p en tin g n y a (urgen) n egara m en gatu r aliran-aliran keagam aan y a n g ada d an tum b u h b erk em b an g d i In d o n esia. Sejatinya negara

Otoritas Negara Dalam Pengaturan Kehidupan Beragama... 537 m enginginkan adanya kehidupan yang harm onis di kalangan masyarakat, m eskipun adanya aliran-aliran baru yang m uncul. Seperri tercatat dalam sejarah bahwa sem asa perkem bangan bangsa Indonesia tidak bisa dilepasakan dari fen om en a aliran-aliran keagam aan. O leh karenanya negara sebagai pem angku kewajiban m em iliki tugas untuk m engatur aliran-aliran kepercayaan/keyakinan yang m u n cu l tersebut agar tidak m enim bulkan k onflik antar satu d engan yang lainnya. Sebagai salah satu tujuan negara untuk m eciptakan kedam aian, m aka salah satu perannya adalah m engusahakan dan m enjam in ketertiban atas m unculnya berbagai aliran-aliran kepercayaan di Ind on esia. Tujuan negara tersebut juga sejalan dengan am anat in tem asion al m elalui instrum en yang berlaku yaitu k on ven si-k on ven si in tem asional, salah satunya adalah k oven an ten tan g hak sipil dan politik. D i dalam nya disebutkan bahw a pem batasan yang terkait dengan keam anan publik m enjadi legal, juga dibenarkan pem batasan untuk m elindungi tatanan/ketertiban publik. A lasannya tidak lain karena dalam beragam a/berkeyakinan juga tidak dibenarkan m enggunakan cara-cara yang m engganggu kebebasan beragam a atau berkeyakinan orang lain. H a l seperti itulah yang tidak bisa dibenarkan, sehingga negara diberikan peran untuk m engatum ya secara netral. Kedua, apabila dilihat dari isinya, m aka bentuk keterlibatan (cam pur tangan) negara tersebut terbatas pada koridor penertiban terhadap persoalan-persoalan keagam aan yang m enjadi w ew en a n g negara, atau hanya terbatas pada hal yang bersifat adm inistratif, hal itu dim aksudkan agar berjaian secara teratur dan terkontrol. Seperti yan g diam anatkan dalam U U D 1945 dan instrum en hukum lainnya, negara b a m dapat m engintervensi aliran-aliran itu jika terdapat ajaran yang m enim bulkan keresahan masyarakat, m engganggu ketentram an dan keam anan m asyarakat, atau dapat m engancam eksistensi pem erintahan dan negara. Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, p eneliti m em beriakan beberapa saran, yaitu; pertam a, negara h am s bersikap tegas dalam m enjam in hak kebebasan beragam a/berkeyakinan bagi setiap w arga negaranya. H ak fundam ental yang dim ilild o le h setiap individu untuk bebas m em elu k keyakinan yan g diyakini h a m s terjam in secara utuh. D a la m m enjalankan kew ajibannya

538 MiUah Vol. X I, No. 2, Februari 2012 m enjaga keam anan dan ketertiban negara, negara h am s besikap netral dan tidak b o leh diskriminarif. K edua, negara (pem erintah) ham s merestrukturisasi perannya dalam kapasitasnya sebagai w asit, yaitu sebagai m ediator yang netral dalam m enyelesaikan konflik kebebasan/kerukunan beragama di Indonesia. N egara juga h am s tetap sadar d in bahw a kew enangannya itu terbatas pada um san adm instasi keagam aan, seperti dalam um san pem enuhan fasilitas yang m endukung kelancaran ibadah bagi setiap pem eluk agama. D AFTAR PUSTAKA A la, A b d. 1999. K eketasan A tas N a m a A gam a, dalam H arian Kompas, 14 O k tober4999. Bidiardjo, M iriam. 1982. D asar-dasar Ilmu P olitik. Jakarta: Gram edia. B oland, BJ. 1985. Pergumulan Islam u i Indonesia, C et. Pertama. Jakarta: Grafiti Pers. D ahlan, A b d u l A ziz. 1993. Pengajaran tentang tuhan dan A la m : Paham Tawhid Ibn A r a b i dalam Jum al U lum ul Q ur an, N o. 5, Y o l. IV. D ijk, V an dan V an H o o f. tt. Theory an d Practice o f The Eurpean Convention On H uman Right, E disi ke-4. U SA : Intersentia. Feinberg, JoeL 1990. The M oral L im its o f The C rim inal law, V olu m e 4. N e w York: O xford U niversity Press. G eneral Comment N om or 18: N o n Discrimination: 1 0 1 1 1 /1 9 8 9 H am idi, Jazim dan M. H u sn u A badi. 2001. Intervensi N egara Terbadap Agama. Yogyakarta: U II Press. International Conventional on C ivil and P olitical Right (ICCPR) Isjwara. 1982. Pengantar Ilmu P olitik. Jakarta: B ina Cipta. Jacob sen dan lip m a n. 1956. P olitical Science, dalam C ollege O u tlin e Series B am ers and N o b le, N e w York. K asim, IfdhaL 2001. H a k S ip il dan P olitik: E sa i-e sa i Pitiban. Jakarta: Lembaga Studi dan A dvokasi Masyarakat (ELSAM ). K eputusan M enteri A gam a dan M enteri D alam N eg eri N o. 0 1 /B e r /M D N - M A G /1 9 6 9. K eputusan M enteri A gam a N o. 77 tahun 1987.

O toritas N egara D alam Pengaturan Kehidupan Beragama... 539 L e m b aran P u tu san M ah k am ah K o n stitu si R I, diakses di h ttp ://w w w.m a h k a m ah k o n stitu si.g o.id, tanggal 08 F e b ru a ri 2011. U p so n, L eslie. tl T h e G r e a t I s s u e s o f P o l i t i c, A n I n t r o d u c t i o n t o P o l i t i c a l S c i e n c e. N e w Y o rk : P ren tice H all. M ulia, Siti M u sd a h. 2007. H a k A s a s i M a n u s i a d a n K e h e b a s a n B e a r a g a m a, M akalah d i sam p aiakan p a d a acara K o n su lta si P u b lik u n tu k A d v o k asi te th a d a p R U U K U H P d iselen g g arak an o le h A liansi N a sio n a l R efo rm asi K U H P, Ja k a rta, 4 J u li 2007 N o o r, D elliar. 1983. A d m i n i s t r a s i I s l a m d i I n d o n e s i a, C et. P erta m a. Jak arta: Rajaw ali. P o erw ad arm in ta, W.J.S. 1984. K a m u s U m u m B a h a s a I n d o n e s i a, C et-k etu ju h. Jak arta: P N.B alai P u stak a. P rak o so, D jo k o. 1989. T u g a s - t u g a s K e j a k s a a n d i b i d a n g N o n Y u d i s i a l. Jak arta: B in a A ksara. R adjab, Suryadi. 2001. I n d o n e s i a :!! i l a n g n y a R a s a A m a n, H a k A s a s i M a n u s i a d a n. T r a n s i s i P o l i t i k I n d o n e s i a. Jakarta: P B H I d a n T A F. R esolusi M ajelis U m u m P B B 3 6 /5 5 p a d a 25 N o v e m b e r 1981 te n ta n g p e n g h a p u san In to le ra n si d a n D isk rim in asi A gam a. Sanusi, A rsy ad. 2011, dalam L e m b a ra n P u tu s a n M a h k a m a h K o n stitu si R I, di akses d i h ttp ://w w w.m a h k a m a h k o n stitu si.g o.id, tanggal 08 F e b ru a ri 2011. S ito m p u l E in a r M. 2004. A g a m a - a g a m a d a n P e r j u a n g a n H a k S i p i l. Jakarta: P B H I d a n E u ro p e a n U n io n. S oehino. 1980. I l m u N e g a r a. Y ogyakarta: L ibeety. S o ekan to, S o erjo n o. 1973. P e n g a n t a r S o s i o l o g i H u k u m. Ja k a rta : B h arata. Syadzali, M u n aw ir. 2007. P e n e g a k a n H A M d a l a m P l u r a l i s m e A g a m a ( T i n j a u a n K o n s e p s i o n a l ). Jak arta: P e n e rb it U n iv ersitas In d o n e sia. T o b ro n i, F aiq. 2010. K e t e r l i b a t a n N e g a r a d a l a m M e n g a w a l K e b e b a s a n B e r a g a m a / B e r k e y a k i n a n (K o m e n ta r A k a d e m ik atas Ju d ic ia l R ev iew U U N o. 1 /P N P S /1 9 6 5 ), J u m a l K o n stitu si V o lu m e 7, N o. 6, D e s e m b e r 2010. Jak arta : S ek retariat J e n d e ra l d a n K e p a n ite ra a n M a h k a m a h K o n stitu si.