V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

ANALISIS USAHA INDUSTRI TAHU DI DESA TRIMURTI KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Identitas Pengrajin Tahu Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Penambak Udang di Desa Karangsewu. Imorenggo dan Pakualaman Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

A. Profil Usaha Telur Asin di Kecamatan Brebes

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

PELUANG BISNIS AYAM GORENG PRESTO. Tugas Kuliah Lingkungan Bisnis

PELUANG BISNIS MAKANAN TENTANG KRIPIK TEMPE

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak.

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU SALAK PONDOH SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA DONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

Nama : Erning Findiani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Heru Suharjo, SE., MM

Lampiran 1. Biaya bahan baku Dodol, kurma salak, keripik salak dan sirup salak. Lampiran 2. Biaya Bahan Penunjang Dodol Salak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

METODE PENELITIAN. manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG

PELUANG USAHA JAMUR KRIUK

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

MATA KULIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN KRIPIK TEMPE

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan. tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga Olahan Salak. kegiatan pengolahan salak ini merupakan salah satu program dari

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Modul. Modul 1 BAB I PENDAHULUAN

Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keripik daun bayam adalah keripik yang terbuat dari sayur daun bayam, tepung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL KERUPUK PADA PERUSAHAAN DAGANG MASTOGASARI BOGOR DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING

V HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK TEMPE

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

Magrobis Journal 1 ANALISIS USAHA KERIPIK SINGKONG MERK PEDAS GILA PADA KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Oleh : Arista Damayanti *)

BAB III METODE PENELITIAN

Produksi kopi salak pondoh tenaga kerja dalam keluarga kopi salak pondoh

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI OLAHAN PISANG DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

Lama Berusaha Status Keterangan. Jlh Tenaga Kerja (Tahun) (Tahun) Keluarga (Orang) (Tahun) Kepemilikan Usaha (m 2 ) TKDK TKLK

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN UBI KAYU ABSTRACTS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

Transkripsi:

A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan Godean. Identitas responden ini meliputi: umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha. Umur responden berpengaruh langsung terhadap tenaga kerja yang diterapkan dalam mengusahakan usaha keripik belut. Jumlah pengusaha keripik belut berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Umur di Kecamatan Godean Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) 40-50 17 58,6 51-60 7 24,1 >60 5 17,2 Jumlah 29 100 Dari Tabel 8 Jumlah pengusaha yang dijadikan respnden pada penelitian ini berjumlah 29 orang dengan umur 40 tahun sampai dengan lebih dari 60 tahun. Dari jumlah keseluruhan yang paling mendominasi adalah responden yang berumur 40 sampai 50 tahun, dengan persentase sebesar 60%. Selanjutnya adalah responden dengan umur 51 sampai 60 tahun yang berjumlah 7 orang dengan persentase 23,33%, petani yang lebih dari 60 tahun berjumlah 5 oarang dengan persentase 16,6%. Umur petani juga mempengaruhi produktivitas kerja yang dibutuhkan. Semakin banyak petani yang berumur produktif maka kemampuan tenaga yang dicurahkan dalam mengolah keripik belut akan semakin besar. 1

2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pada pengusaha merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha keripik belut. Tingkat pendidikan pengusaha akan mempengaruhi cara berpikir untuk mengembangkan usahataninya. Selain dengan mudah menerima informasi mengenai usaha keripik belut, dan informasi mengenai pasar. Tabel 2. Jumlah Pengusaha Keripik Belut Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Godean Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) SD 9 31 SMP 4 13,8 SMA/SMK 16 55,2 Jumlah 29 100 Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah pengusaha keripik belut berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan dengan persentase sebanyak 56,66%. Artinya mayoritas pengusaha keripik belut yang ada di pusat kuliner belut Godean memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, perbedaan tingkat pendidikan responden tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan dalam melakukan usaha keripik belut. B. Analisis Biaya dan Sarana Produksi Biaya produksi merupakan nilai yang digunakan selama proses produksi keripik belut berlangsung. Biaya terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit meliputi biaya bahan baku, biaya bahan tambahan, dan biaya bahan bakar. Sedangkan biaya implisit meliputi biaya tenaga kerja dalam dan bunga modal sendiri.

1. Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku merupakan hal penting untuk proses usaha keripik belut di Kecamatan Godean. Penggunaan belut yang segar dan berkualitas baik akan sangat mendukung usaha keripik belut. Bahan baku utama yang digunakan dalam industri keripik belut adalah belut segar hidup yang diperoleh dari pengumpul daerah Jawa Timur seperti Kediri, Malang, Ngawi, Madiun, Jombang, Bojonegoro. Hasil belut lokal kurang memenuhi permintaan pengusaha keripik belut karena jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan belut segar hidup kebanyakan diperoleh dari luar daerah Yogyakarta. Belut segar hidup yang dari luar daerah dikumpulkan oleh pedagang pengumpul kemudian dikirimkan langsung ke rumah pengusaha keripik belut sesuai pesanan. Pengusaha keripik belut memperoleh belut segar hidup dengan harga rata-rata Rp 38.000,- /Kg diperoleh dari luar daerah, dimana beban tenaga diikut-sertakan pada harga belut segar hidup yang diterima pengusaha, dengan demikian lebih menghemat waktu, dan tenaga kerja. Di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Rata-rata pengusaha keripik belut memproduksi 67 kg dalam sekali produksi biaya belut mentah dihitung dengan penjumlahan antara biaya belut mentah rata-rata dibagi dengan jumlah pengusaha. Jadi biaya rata-rata yang diperoleh dalam sekali produksi keripik belut adalah Rp 2.544.643,-. 2. Biaya Tepung Beras Tepung beras juga sangat penting keberadaannya pada proses produksi usaha keripik belut, tepung digunakan untuk membuat adonan yang kemudian

dicampur dengan bumbu dan belut mentah sebelum digoreng. Biaya penggunaan tepung dengan jumlah 30 kg, dengan biaya rata-rata dalam satu kali produksi sebesar Rp 300.000,-kualitas tepung beras yang digunakan juga sangat menentukan hasil adonan yang di hasilkan dalam usaha keripik belut di Kecamatan Godean. 3. Biaya Minyak Goreng Minyak goreng yang dibeli di pasar godean dengan jumlah penggunaan rata-rata minyak goreng pada usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman adalah sebanyak 32 kg dalam sekali produksi dengan biaya rata-rata dalam sekali produksi sebesar Rp 384.000,-. 4. Biaya Bumbu Bumbu adalah bahan penyedap makanan atau masakan dan sifatnya tidak tahan lama atau tidak awet. Pada usaha keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman terdapat beberapa bumbu yaitu: Bawang putih, Ketumbar, Kunyit, Kemiri, Jeruk Nipis, Garam. Jumlah Biaya bumbu ratarata yang digunakan untuk usaha keripik belut dalam satu kali produksi adalah sebesar Rp 121.429,- 5. Bahan bakar kayu Kayu bakar yang dibeli di sekitaran rumah produksi. Jumlah penggunaan ratarata kayu bakar pada usaha keripik belut di Kecamatan Godean adalah sebanyak 17 ikat kayu bakar dalam sekali produksi dengan biaya rata-rata dalam sekali produksi sebesar Rp 119.483,-. Dengan harga per ikat Rp 7.000,-

6. Penyusutan Alat Penyusutan alat merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak tunai dan tidak diperhitungkan oleh petani, tetapi pada penghitungan biaya produksi merupakan biaya tunai. Biaya penyusutan alat masuk dalam biaya usaha keripik belut karena alat tidak hanya digunakan sekali pakai. Berikut rata-rata biaya penyusutan alat pada suahatani cabai merah lahan pasir pantai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Penyusutan Alat industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Jenis Alat Biaya (Rp) Persentase (%) Wajan 1.776 34,6 Serok 361 7,0 Suthil 510 9,9 Tirisan 454 8,8 Kardus 254 4,9 Plastic 75 1,5 Ember 350 6,8 Tumbu 553 10,8 Irik 806 15,7 Jumlah 5.139 100,0 Dari tabel 10 menunjukkan bahwa penyusutan alat tertinggi adalah wajan yaitu sebesar Rp 1.776,- atau sebesar 34,6%. Hal ini dikarenakan harga wajan per unit masih mahal. Biaya total penyusutan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 5.139,- per produksi. Peralatan usaha yang digunakan dalam usaha keripik belut semuanya masih tergolong jenis peralatan non mekanis. Peralatan usaha yang digunakan meliputi : a. Wajan Berfungsi untuk menggoreng belut segar yang telah dibersihkan.

b. Sutil Berfungsi untuk memudahkan kita untuk melakukan penggorengan keripik belut c. Serok Berfungsi untuk mengangkat keripik belut yang telah digoreng dari penggorengan. d. Ember Berfungsi untuk mencampur bumbu dan tepung beras menjadi satu. e. Irik Anyaman bambu yang berfungsi untuk menaruh keripik belut setelah digoreng agar minyak yang tersisa di keripik belut berkurang. f. Tumbu Berfungsi sebagai tempat mencuci belut setelah dibersihkan dari kotorannya. g. Kardus Berfungsi sebagai tempat keripik belut setelah diletakkan di irik. h. Tirisan Berfungsi sebagai mengurangi kandungan minyak pada hasil pengorengan. i. Plastik Berfungsi sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.

7. Biaya Tenaga Kerja Tenaga Kerja yang digunakan dalam usaha keripik belut merupakan tenaga kerja dalam keluarga akan tetapi mereka dibayar seperti tenaga kerja luar keluarga sehingga termasuk biaya eksplisiet. Tugas tenaga kerja yaitu membersihkan belut, menggoreng, dan menjual. Tabel 4. Biaya Tenaga Kerja industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman No Kegiatan HKO Upah (Rp) Biaya (Rp) 1 Membersihkan belut 1,52 50.000 75.862 2 Menggoreng 1,34 60.000 80.690 3 Penjualan 1,45 60.000 86.897 Total 243.448 Dari tabel 11 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja tertinggi adalah penjualan yaitu sebesar Rp 86.897,- dan biaya terendahnya adalah membersihkan belut yaitu sebesar Rp 75.862,-. Jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 243.448,- 8. Biaya Eksplisit Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk proses produksi. Biaya ini berupa bahan baku, biaya bahan tambahan, penyusutan alat, tenaga kerja. Tabel 5. Biaya Eksplisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Uraian Biaya (Rp) Bahan baku 2.544.643 Kayu bakar 119.483 Tepung 300.000 Minyak goreng 384.000 Bumbu 121.429 Penyusutan alat 5.139 Biaya tenaga kerja 243.448 Jumlah 3.718.142

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya eksplisit yang paling tinggi digunakan adalah bahan baku yaitu sebesar Rp 2.544.643,- hal ini dikarenakan harga belut segar dipasaran masih mahal. Sedangkan biaya yang paling rendah adalah penyusutan alat yaitu sebesar Rp 5.139,- Jumlah biaya eksplisit yang dikeluarkan oleh pengusaha keripik belut Rp 3.718.142,-. 9. Biaya Implisit Biaya implisit adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak nyata untuk proses produksi. Biaya tersebut merupakan biaya yang disediakan diluar dari biaya yang sudah dihitung atau diduga. sehingga biaya implisit meliputi tenaga kerja dalam keluarga, dan bunga modal sendiri. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha keripik belut hanya di penjualan karena pada saat penjualan pemilik ikut serta tetapi tidak mendapatkan upah. Rata rata pemilik usaha bekerja selama 8 jam kerja dalam sehari. Bunga modal yang digunakan pengusaha secara keseluruhan pada industri keripik belut merupakan modal pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Modal ini mula-mula sedikit, namun karena usaha ini memiliki keuntungan, maka keuntungan dari hari ke hari digunakan untuk menambah modal usaha. Bunga modal sendiri diperoleh dari biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan dikalikan dengan suku bunga pinjaman yang berlaku. Total biaya eksplisit sebesar Rp 3.718.142,- dan suku bunga bank BRI adalah 10% per tahun. Jadi besarnya bunga modal usaha keripik belut adalah Rp 7.150,- / Minggu

Tabel 6. Biaya Implisit industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Uraian Biaya (Rp) Biaya Tenaga Kerja 60.000 Bunga Modal Sendiri 7.150 Jumlah 67.150 Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa Biaya implisit yang paling kecil digunakan adalah bunga modal sendiri yaitu sebesar Rp 7.150,- dan biaya yang paling besar dikeluarkan adalah tenaga kerja dalam keluarga yaitu Rp 60.000,- jadi jumlah biaya implisit yang dikeluarkan untuk usaha keripik belut adalah Rp 67.150,-. 10. Biaya Total Biaya total merupakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim tanam, baik eksplisit maupun implisit. Berikut biaya rata-rata yang dikeluarkan pengusaha keripik belut di Kecamatan Godean. Tabel 7. Biaya Total industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Uraian Biaya (Rp) Biaya Eksplisit 3.718.142 Biaya Implisit 67.150 Biaya Total 3.785.292 Dari tabel 14 dapat diketahui biaya total produsi keripik belut di Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Belut Sawah di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman adalah Rp 3.785.292,- dan biaya implisit Rp 67.150,- ditambah dengan biaya eksplisit Rp 3.718.142,-. C. Penerimaan Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual pada saat penelitian. Berikut tabel penerimaan keripik belut dalam satu kali produksi

Tabel 8. Penerimaan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Uraian Jumlah Produksi (Kg) 52 Harga (Rp) 120.000 Penerimaan (Rp) 6.240.000 Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi keripik belut di Kecamatan Godean adalah 52 kg per produksi dengan harga Rp 120.000,- per kg jadi penerimaan usaha keripik belut setiap satu kali produksi adalah adalah sebesar Rp 6.240.000,- D. Pendapatan dan Keuntungan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya eksplisiet. Total penerimaan di definisikan sebagai nilai yang diterima dari penjualan produk yang merupakan perkalian antara harga dengan jumlah produksi. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses prduksi, baik berupa biaya eksplisit maupun biaya implisit. Berikut tabel rata-rata biaya pendapatan usaha keripik belut di Kecamatan Godean. Tabel 9. Pendapatan Dan Keuntungan industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman No. Uraian Jumlah 1 Penerimaan 6.240.000 2 Biaya Eksplisit 3.718.142 3 Biaya Implisit 67.150 4 Pendapatan (1-2) 2.521.858 5 Keuntungan (1-2-3) 2.454.708

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata dari usaha keripik belut yaitu sebesar Rp 2.521.858,- dan keuntungan dari usaha keripik belut ini Rp 2.454.708,- E. Nilai Tambah Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan proses produksi menurut sumbangan masing-masing faktor produksi. Dasar perhitungan metode analisis nilai tambah ini menggunakan perhitungan Kg bahan baku belut segar dan masih hidup. Nilai tambah industri keripik belut disajikan pada tabel berikut : Tabel 10. Nilai Tambah industri rumah tangga keripik belut di pusat kuliner belut Kecamatan Godean Kabupaten Sleman No Uraian Rata-rata per satu kali produksi 1 Hasil Produksi (kg )(Hp) 52 2 Belut segar hidup (kg) (Bb) 67 3 Faktor konversi (1) / (2) (Hp) / (Bb) 0,78 4 Harga hasil produsi (Rp / kg) (H) 120.000 5 Harga belut segar hidup (Rp / kg) (Nb) 38.000 6 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (Ni) 17.515 7 Nilai Produk Akhir (3) x (4) (Rp) (Na) 93.134 8 Nilai Tambah (7)-(5)-(6) (Rp) (Na)-(Nb)-(Ni) 37.619 Dari tabel 17 diketahui bahwa memperoleh nilai tambah dengan cara menghitung nilai produk akhir terlebih dahulu caranya dengan jumlah hasil produksi 52 kg kemudian dibagi jumlah bahan baku 67 kg dengan jumlah konversi 0,78yang berarti bahwa dalam penggunaan tiap satu Kg belut segar akan menghasilkan keripik belut sebanyak 0,78 Kg. Kemudian dikali harga keripik belut per kilongram Rp 120.000,-, sehingga diperoleh nilai produk akhir sebesar Rp 93.134,-. Untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara nilai produk akhir Rp 93.134,- dikurangi nilai bahan baku Rp 38.000,- dikurangi nilai bahan input lain Rp 17.515,-, sehingga nilai tambahnya sebesar Rp 37.619,- per Kg belut segar. Angka

ini menunjukkan bahwa tiap Kg belut segar yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri keripik belut akan menambah nilai sebesar Rp 37.619,-.