BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kemunculan teori keagenan (agency theory) disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. dalam bekerja sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dan output yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang (Ayuningtyas, 2012). Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang mengidentifikasikan penyebab dan motif dari prilaku diri sendiri atau orang lain yang ditentukan dari internal individu seperti sifat, karakter, kepribadian, kemampuan, dan motivasi ataupun eksternal seperti tekanan situasi dan keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap individu (Luthans, 2005). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori atribusi karena peneliti ingin mengetahui dampak dari karakteristik personal yaitu komitmen auditor dalam mempengaruhi hubungan pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Pada dasarnya, karakteristik personal auditor akan menderong auditor untuk melakukan suatu aktivitas. 2.1.2 Teori Harapan (Expectancy Theory) Teori harapan mulai dikembangkan pada tahun 1930an. Oleh Victor Vroom pada tahun 1964, model teori harapan ditulis secara sistematis dan komprehensif pertama kali dalam buku karangannya yang berjudul Work and Motivation. Setelah itu usaha dari Victor Vroom terus dikembangkan oleh 9

Galbraith dan Cummings (1967), Porter dan Lawler (1968), Graen (1969) dan Campbell et al. (1970) yang dimuat dalam Hudayati (2002). Dalam teori harapan, motivasi merupakan penggerak perilaku yang akan menghasilkan sejumlah keinginan yang akan diharapkan sebagai hasilnya. Teori motivasi menyatakan bahwa karyawan akan termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat usaha yang tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha yang dilakukan akan menghasilkan penilaian kinerja yang baik, kinerja yang baik akan menghasilkan penghargaan penghargaan organisasional, dan penghargaan penghargaan organisasional akan memuaskan tujuan pribadi karyawan (Robbins dan Judge, 2008 dalam Astriana, 2010). Teori harapan dapat digunakan untuk memperkirakan perilaku setiap situasi dimana ada dua pilihan atau lebih alternatif yang harus dibuat. Sebagai contoh teori ini dapat memperkirakan seorang individu akan tetap tinggal atau keluar dari pekerjaannya dengan mempertimbangkan hal hal yang akan diperoleh apabila tetap menjalankan pekerjaannya, dan apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan keinginannya. Jika kedua hal tersebut tidak terpenuhi, maka individu tersebut tidak akan memiliki motivasi dalam menjalankan pekerjaannya. Pada penelitian ini menggunakan teori harapan karena peneliti merasa bahwa besarnya komitmen auditor yang tercipta, didasari oleh adanya motivasi atau keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu seorang individu yang dapat mempengaruhi hubungan pengalaman auditor terhadap kualitas audit. 10

2.1.3 Auditing Auditing menurut Arens et al. (2011:4) adalah akumulasi suatu evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Mulyadi (2002:9) mengemukakan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis, dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Halim (2008:1) mengemukakan bahwa auditing merupakan proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi tentang tindakan maupun kejadian ekonomi untuk menentukan apakah asersi tersebut telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan selanjutnya disampaikan kepada para pengguna laporan yang berkepentingan. 2.1.4 Tipe-tipe Auditor Menurut Halim (2008:8), terdapat tiga tipe auditor seperti di bawah ini. 1) Auditor Internal Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuan audit internal adalah membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawab secara efektif. Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan. Pekerjaan auditor internal dapat mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakkan auditor independen. 11

2) Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintahan. Audit ini dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang bekerja di BPKP dan BPK. 3) Auditor Independen Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien (perusahaan bisnis). Auditor independen juga menjual jasa lain seperti konsultan pajak, konsultasi manajemen, penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, serta jasa jasa lainnya. 2.1.5 Standar Audit Standar audit terdiri dari tiga yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (Arens et al., 2011:42). 1) Standar Umum (1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. (2) Pada semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. (3) Saat pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 12

2) Standar Pekerjaan Lapangan (1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. (3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3) Standar Pelaporan (1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. (2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. (3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. (4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi. 13

2.1.6 Pengalaman Auditor Pengalaman auditor merupakan salah satu cara pembelajaran formal dan non formal yang baik bagi auditor untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Menurut Horngren (2001:40) Pengalaman auditor merupakan ukuran tentang lama waktu dan masa kerjanya yang telah dilalui seseorang dalam memahami tugas tugas pekerjaannya dengan baik. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik menyebutkan bahwa seorang auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri industri yang mereka audit (Arens et al., 2011:42). Pengalaman auditor dapat memengaruhi auditor dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam melaksanakan audit karena berdasarkan pengalaman auditor, auditor akan semakin terampil dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola pikir dan sikap dalam bertindak. Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan yaitu seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Pengalaman auditor akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan, masa kerja seorang akuntan publik serta kompleksitas transaksi keuanggan perusahaan yang diaudit sehingga menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing yang akan 14

berdampak pada kemampuan dalam mengatasi masalah hambatan maupun persoalan dalam pelaksanaan tugas. 2.1.7 Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana seorang auditor memihak pada organisasi tertentu dan tujuannya serta berniat memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge, 2009:100). Komitmen organisasional juga merupakan sikap loyalitas auditor pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi (Witasari, 2009). Auditor yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi akan menunjukkan perilaku positif terhadap lembaganya, memiliki jiwa membela organisasi, berusaha meningkatkan prestasi kerja, dan memiliki tujuan untuk mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen organisasional juga merupakan kesetiaan auditor terhadap organisasinya dan akan menumbuhkan loyalitas serta mendorong keterlibatan auditor dalam pengambilan keputusan (Akbar, 2013). Oleh karena itu, komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki terhadap organisasinya (Trisnaningsih 2007). Komitmen organisasional dibedakan menjadi dua bagian yaitu: komitmen organisasional affective dan komitmen organisasional continuance (Kalbers dan Fogarty, 1995). Komitmen organisasional affective yaitu berkaitan dengan emosional berupa perasaan cinta pada organisasinya. Sedangkan komitmen organisasional continuance adalah persepsi seseorang tentang kerugian yang dialaminya bila meninggalkan organisasinya (Allen dan Meyer's, 1990). 15

2.1.8 Komitmen Profesional Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990). Dengan adanya komitmen profesional yang dimiliki auditor, maka prilaku, sikap dalam melaksanakan tuganya akan berorientasi dari norma norma, aturan dan kode etik profesinya. Norma, aturan dan kode etik berfungsi sebagai alat pengendalian yang akan menentukan kualitas hasil pekerjaan. Keinginan individu untuk mempertahankan komitmen profesional akan berbeda-beda dan tergantung persepsi individu masing-masing. Hal ini tentunya akan menentukan nuansa komitmen profesional yang berbeda-beda. Cho dan Huang (2011) menyatakan bahwa komitmen profesional seseorang dapat diketahui dari kemampuan individu tersebut mengidentifikasi profesi yang ditekuninya. Individu dengan komitmen profesional yang tinggi ditandai sebagai individu dengan keyakinan kuat pada profesinya sekaligus memahami tujuan dari profesinya itu. Selain itu individu tersebut mempunyai kemauan untuk mengarahkan usaha yang kuat demi profesi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa komitmen profesional memiliki efek negatif pada niat untuk meninggalkan profesi. 2.1.9 Kualitas Audit Kualitas audit merupakan kesesuaian pemeriksaan yang telah dilakukan auditor dengan standar audit. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit dikatakan berkualitas, jika audit yang dilakukan memenuhi 16

ketentuan atau standar pengauditan. Kualitas audit juga berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai joint probability bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien. Auditor dituntut memiliki kualitas audit yang tinggi karena auditor bertanggungjawab kepada pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan termasuk masyarakat. Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Kualitas audit biasanya diukur dengan pendapat profesional auditor yang tepat dan didukung oleh bukti dan penilaian objektif (Badjuri, 2011). Selain itu, penilaian mengenai kualitas audit dapat dilihat dari kualitas keputusan keputusan yang diambil (Sari, 2014). Probabilitas auditor dalam melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien tergantung dari independensi auditor. Sedangkan kemampuan menemuan penyelewengan yang ada pada sistem akuntansi klien berdasarkan atas keahlian (kompetensi) auditor. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional (Josoprijonggo, 2005). Berdasakan pengertian kualitas audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah segala kemungkinan auditor pada saat mengaudit menemukan pelanggaran dan ketidaksesuaian dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya pada laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan 17

audit, auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens et al., 2011:42). Kemudian penelitian Christiawan (2002) mengatakan pengalaman auditor akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Herliansyah dkk., (2006) menunjukkan bahwa pengalaman auditor mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap keputusan auditor. Pengalaman auditor merupakan atribut yang penting yang dimiliki auditor, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat auditor, auditor yang sudah berpengalaman biasanya lebih dapat mengingat kesalahan atau kekeliruan yang tidak lazim atau wajar dan lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Meidawati, 2001). Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman - pengalaman dalam 18

praktek audit. Indah (2010), Putra (2012), dan Wiratama (2015) mengatakan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1 : Terdapat pengaruh positif pengalaman auditor pada kualitas audit. 2.2.2 Komitmen Organisasional Memoderasi Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit Komitmen organisasional merupakan salah satu keadaan seseorang karyawan yang memihak pada suatu organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Harret dkk., 1986 dalam Ayu, 2009). Dengan komitmen organisasional yang kuat, akan membuat loyalitas auditor terhadap organisasinya semakin kuat. Sehingga auditor akan cenderung mengikuti tujuan organisasi agar dapat bertahan pada organisasi tersebut. Seberapapun banyak pengalaman kerja yang dimiliki auditor, diduga akan dipengaruhi oleh komitmen organisasional terhadap kualitas audit. Hal tersebut disebabkan karena komitmen organisasional akan menjadikan suatu dorongan bagi sesorang untuk berkerja lebih baik atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang justru meninggalkan pekerjaannya, akibat terdapat suatu komitmen lain (Carolita, 2012). H2 : Komitmen organisasional memoderasi pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit. 19

2.2.3 Komitmen Profesional Memoderasi Pengaruh Pengalaman Auditor pada Kualitas Audit Komitmen profesional merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki auditor independen dalam melakukan jasa audit. Adanya komitmen profesional, auditor akan lebih mentaati norma, aturan dan kode etik profesinya dalam menangani suatu permasalahan dan tugas yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2001), Pardi dan Nurlayli (2007), dan Tranggono dan Kartika (2008) menunjukkan bahwa komitmen profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja auditor. Sehingga nantinya kepuasan kerja auditor akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Futri dan Juliarsa, 2014). Pengalaman auditor dalam menghasilkan kualitas audit yang baik diduga dapat dipengaruhi oleh komitmen profesional dari individu auditor. Semakin tinggi komitmen profesional yang dimiliki auditor akan menciptakan kualitas audit yang baik dan diduga dapat memoderasi hubungan antara pengalaman auditor auditor terhadap kualitas audit. H3 : Komitmen profesional memoderasi pengaruh pengalaman auditor pada kualitas audit. 20