BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana. (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan produktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

Dian Ayu Natalia. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran. Sikap antisipasi dari para

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang berkualitas untuk menghadapi era global.

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE KELAS XI DI SMA N 2 OKU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI PERUBAHAN BENDA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI DI KELAS VI A SDN NO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hal ini berhungan

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

menimbulkan pemahaman bahwa kegiatan belajar mengajar dapat menentukan keberhasilan daripada pencapaian tujuan pendidikan. Seorang guru menjadi sosok

ARTIKEL OLEH DIRMALA NIM JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu mengenai hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dan perkembangan kemampuan siswa dapat dipengaruhi dari baik atau tidaknya proses pembelajaran yang dialami langsung oleh siswa. Nana Sudjana (2008:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan siswa tersebut dapat dilihat atau diukur melalui nilai-nilai yang diperoleh siswa dari tes sumatif yang dilakukan sekolah secara berkala. Kegiatan penilaian berfungsi untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Nana Sudjana (2011:3) mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek penilaian adalah hasil belajar siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar merupakan salah satu yang dijadikan tolak ukur proses pembelajaran untuk menghasilkan lulusan berkualitas, terlihat dari hasil belajar atau nilai yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan secara berkala dalam setiap mata pelajaran yang merupakan tujuan dari pembelajaran.

Dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran para pendidik diharapkan untuk dapat menjadi figur pembimbing dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan peserta didik baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 102) Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Sebagian besar keterampilan yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar dari apa yang mereka pelajari dalam lembaga formal maupun nonformal. Masih rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu penghambat pencapaian tujuan pendidikan. Hasil belajar yang rendah berdampak negatif pada perkembangan perserta didik (psikologi maupun akademis) maupun sekolah, karena yang dijadikan tolak ukur kesuksesan sebuah lembaga pendidikan yaitu mengeluarkan lulusan yang berkualitas yang siap terjun langsung ke dalam masyarakat. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada waktu yang lalu, diperoleh bahwa hasil belajar serta tingkat persentase kehadiran pada siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran (AP) di SMK Bina Warga Bandung untuk kompetensi menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan pelanggan dan kolega masih rendah dan belum dapat dikatakan maksimal, hal tersebut dapat dilihat pada data berikut :

Tabel 1. 1 Nilai rata-rata ulangan harian kelas X AP Kompetensi menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan pelanggan dan kolega. Kompetensi keahlian KKM Rata-rata ulangan harian 1 Rata-rata ulangan harian 2 Rata-rata Ulangan Tengah Semester Persentase Kehadiran (%) XAP1 75 64 71 66 71 XAP2 75 65 70 67 70 Sumber : daftar nilai siswa kelas X Ap SMK Bina Warga Bandung. Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata harian kompetensi menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan pelanggan dan kolega masih berada dibawah minimum nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah. Siswa dikatakan berhasil jika standar nilai yang diperoleh atau KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) telah terpenuhi. Untuk persentase kehadiran yang ditetapkan yaitu 90%. Rendahnya persentase kehadiran peserta didik secara tidak langsung menunjukkan bahwa minat dan motivasi belajar siswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ardila, beliau menyatakan bahwa hasil belajar siswi kelas X di SMK Bina Warga kompetensi menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan pelanggan dan kolega masih kurang dari apa yang diharapkan, ini dikarenakan metode ceramah atau konvensional yang digunakan tidak menempatkan siswa dalam pembelajaran aktif dan memberi peran penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswi cenderung merasa jenuh atau mengantuk, penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang sebelumnya telah diterapkan masih mengalami beberapa kendala yaitu jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih. Persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan yang menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru dipandang oleh siswa sebagai sumber informasi utama yang mahatahu, hal ini membuat siswa pasif dalam proses pembelajaran dengan alur proses belajar satu arah. Kegiatan belajar yang efektif dan efisien akan tercapai apabila dalam proses belajar siswa aktif berinteraksi dengan guru maupun antar sesama siswa. Dalam proses pembelajaran, segala upaya yang dapat mempengaruhi dalam meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa atau hasil belajar siswa penting untuk dilakukan. Hasil belajar yang masih rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor internal dan faktor eksternal, yang termasuk kedalam faktor internal diantaranya: masih rendahnya minat, perhatian serta motivasi siswa untuk belajar dan memecahkan soal-soal yang mereka anggap sulit sedangkan faktor yang termasuk faktor eksternal diantaranya: kondisi lingkungan belajar, fasilitas belajar mengajar siswa dan keterampilan guru saat mengajar atau metode pembelajaran yang digunakan. Keterampilan guru dalam mengelola dan mengorganisir kelas merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Guru

diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa antusias dan aktif dalam kegiatan belajar. Namun kenyataan dilapangan masih banyak yang menunjukkan sikap siswa yang pasif dalam mengikuti pelajaran. Salah satu langkah untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa adalah mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Slameto (2010:65) menyatakan bahwa guru yang progresif berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, mengingat betapa pentingnya metode pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran perlu dikembangkan atau diterapkan metode pembelajaran yang tepat untuk setiap mata pelajaran. Kompetensi menerapkan prinsip-prinsip kerja sama dengan pelanggan dan kolega merupakan salah satu kompetensi aktif pada program keahlian administrasi perkantoran. Salah satu aspek yang penting untuk dipelajari siswa dalam kompetensi ini adalah bagaimana menjalin hubungan sosial dan bekerja sama dengan rekan kerja. Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat diperlukan agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya dan mengaplikasikan materi secara nyata. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Saat ini terdapat metode yang sangat popular dan sudah tidak

asing lagi di kalangan pendidik yaitu cooperative learning. Metode Pembelajaran ini menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan keterampilan dalam penguasaan pengetahuannya secara berkelompok. Metode cooperative learning tidak sama dengan sekedar pembelajaran kelompok. Anita lie (2008:29) mengatakan bahwa ada unsurunsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Suasana kelas perlu dibangun dan direncanakan sedemikian rupa agar siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran cooperative. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian yaitu Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Bina Warga Bandung. 1.2 Identifikasi dan batasan masalah Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena guru memiliki peranan penting yaitu sebagai mediator, evaluator dan pemberi informasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mengetahui apa saja yang dapat dijadikan sebagai alternatif yang membuat suasana kelas berkualitas, efektif dan efisien. Salah sau alternatif yang dapat dilakukan oleh guru yaitu menambah pengetahuan tentang metode

pembelajaran yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak tipe pembelajaran yang termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif ini diantaranya, Student Team-Achievement (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Accelerated Instruction (TAI), Make a Match, Numbered head together, Think Pair Share, Two Stay Two Stray, Group Investigation, learning Together, Listening Team, Point Counter Point dan Complex Instruction. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, penulis perlu membatasi masalah yang terdapat dalam penelitian. Hal tersebut ditunjang oleh keterlibatan waktu serta kemampuan penulis, maka yang menjadi tema sentral yang akan diteliti sebagai berikut, Kecenderungan hasil belajar siswa yang menurun diakibatkan model pembelajaran yang kurang variatif. Maka peneliti menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan tipe Numbered Head Together pada siswa kelas XAP-2 (kelas eksperimen) dan tipe Think Pair Share Pada XAP-1 (kelas kontrol) SMK Bina Warga program keahlian Administrasi Perkantoran, kompetensi menerapkan prinsipprinsip bekerja sama dengan kolega dan pelanggan. 1.3 Perumusan masalah Dari penjelasan latar belakang masalah diatas peneliti merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti diantaranya,

a. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen dan Think pair share pada kelas kontrol? b. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen dan Think pair share pada kelas kontrol? 1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen dan Think pair share pada kelas kontrol? b. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran cooperative tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen dan Think pair share pada kelas kontrol? 1.5 Kegunaan hasil penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya sebagai berikut : 1. Secara teoritis, bagi penulis kegiatan penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman, serta keterampilan penulis mengenai metode pembelajaran cooperative learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa program keahlian administrasi perkantoran di SMK Bina Warga. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: a) Bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melanjutkan atau menyempurnakan permasalahan yang belum atau kurang dibahas. b) Bagi pihak sekolah khususnya guru kompetensi menerapkan prinsipprinsip kerjasama dengan pelanggan dan kolega, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternative serta digunakan sebagai masukan tentang metode pembelajaran cooperative learning untuk proses pembelajaran selanjutnya.