MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR STUDI KASUS KOTA CIREBON

dokumen-dokumen yang mirip
Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DAS ASAM-ASAM DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE MOCK

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

DAFTAR PUSTAKA. Ariansyah Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. Hal 51

BAB III LANDASAN TEORI. danau. Secara umum persamaan dari neraca air adalah : - G 0 - ΔS. : debit aliran masuk dan keluar

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh.

KESEIMBANGAN AIR DI KECAMATAN TELUK PAKEDAI, KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

ANALISIS DEBIT SUNGAI MUNTE DENGAN METODE MOCK DAN METODE NRECA UNTUK KEBUTUHAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

HIDROGEOLOGI UMUM (GL ) MINGGU KE-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA RENCANA EMBUNG JETIS SURUH, DONOHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONDISI HIDROLOGIS DAS

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA CALCULATION OF DEPENDABLE FLOW AS WATER SOURCE IN PDAM JAYAPURA

A. Metode Pengambilan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI WADUK PETANI UNTUK MELAYANI AIR BAKU PDAM TIRTA DHARMA DURI

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI SUB DAS CIKERUH

DESAIN ULANG BENDUNG UNTUK PENINGKATAN DEBIT AIR IRIGASI DI WAEKOKAK KEC LELAK KAB MANGGARAI NTT

Evapotranspirasi (evapotranspiration)

Kata kunci: evapotranspirasi, Metode Penman, Metode Mock, Metode Wenbul

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

Bab V PENGELOLAAN MASALAH BANJIR DAN KEKERINGAN

BAB II DASAR TEORI. sebagai hasil dan penguapan air. Proses-proses yang tercakup dalam peralihan uap

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS NERACA AIR SUNGAI RANOWANGKO

IV. PENGUAPAN (EVAPORATION)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dimengerti apabila pada akhir akhir ini permintaan akan pembangkit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daur Hidrologi

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS NERACA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO HULU SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

STUDI KASUS KOTA CIREBON ARIS RINALDI 22715007 Program Magister Teknik Airtanah Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud dan Tujuan... 2 1.3 Lokasi Studi... 3 1.4 Sistematika Penulisan Laporan... 3 2.1 Deskripsi Daerah Studi... 5 2.2 Data Klimatologi... 6 2.3 Data Pendukung Lainnya... 6 3.1 Metode Pengolahan Data... 8 3.2 Diagram Alir... 9 4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi... 10 4.1.1 Data Klimatologi... 10 4.1.2 Potensial Evapotranspirasi... 10 4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air... 13 4.2.1 Limited Evapotranspiration... 13 4.2.2 Neraca Air... 13 4.2.3 Storm Run Off (in mm/month)... 14 Aris Rinaldi - 22715007 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama manusia, hampir segala aktifitas kehidupan manusia membutuhkan air, sehingga dibutuhkan informasi mengenai potensi air baik air permukaan maupun airtanah yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas sehari-hari seperti air minum, pertanian, perkebunan, perikanan, industri dan lainnya. Informasi tersebut juga bermanfaat untuk meminimalisasi potensi bahaya seperti banjir ataupun longsor. Untuk itu dibutuhkan sebuah analisa mengenai potensi air tersebut yang merupakan bagian dari ilmu hidrogeometeorologi. Hidrogeometeorologi merupakan cabang ilmu meteorlogi yang berhubungan dengan penggunaannya dalam hidrologi. Neraca air atau water balance merupakan bagian dari keilmuan hidrogeometeorologi yang menggambarkan hubungan antara inflow (aliran masuk) dengan outflow (aliran keluar) pada suatu wilayah selama periode tertentu. Dalam perhitungannya, neraca air dapat menggambarkan curah hujan yang tertampung dalam daerah recharge, penguapan kembali sebagai evapotranspirasi, air yang megalir di permukaan sebagai surface direct run off maupun infiltrasi air tanah. Neraca air memegang peranan sangat penting dalam ilmu kerekayasaan terutama rekayasa teknik sipil bidang infrastruktur air seperti irigasi. 1.2 Maksud dan Tujuan Modul ini disusun sebagai pedoman perhitungan neraca air dengan studi kasus neraca air Kota Cirebon, Jawa Barat. Aris Rinaldi - 22715007 2

1.3 Lokasi Studi Lokasi studi neraca air dalam modul perhitungan ini adalah Kota Cirebon, Jawa Barat. Gambar 1.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon Sumber gambar : Google Maps 1.4 Sistematika Penulisan Laporan Sistematika penulisan laopran ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi studi, dan sistematika penulisan laporan. Bab II. Data Daerah Lokasi Bab ini berisi data daerah lokasi berupa letak geografis, klimatologi dan data lain terkait dengan studi. Bab III. Metode Pengolahan Data Bab ini berisi metoda pengolahan data yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini. Aris Rinaldi - 22715007 3

Bab IV. Perhitungan dan Analisa Hidrogeometeorologi Bab ini berisi representasi perhitungan dan analisa data seperti evapotranspirasi, water surplus, base flow, direct run off dan strorm run off. Bab V. Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan. Aris Rinaldi - 22715007 4

BAB II DATA DAERAH LOKASI 2.1 Deskripsi Daerah Studi Secara administratif, Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang terletak di pesisir Pulau Jawa dengan koordinat 6 41 S 108 33 E. Gambar 2.1 Lokasi Geografis Kota Cirebon Sumber gambar : Google Earth Aris Rinaldi - 22715007 5

2.2 Data Klimatologi Pada tabel 1.1 terlampir data klimatologi Kota Cirebon Tahun 2007 sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Klimatologi Cirebon 2007 Bulan RH(%) S(%) t( C) W(km/hari) W(mile/hari) CH(mm) n(hari) Januari 63,710 40,861 28,18 44,839 27,861 678 23 Februari 67,643 26,254 27,54 42,179 26,209 601 22 Maret 66,629 32,731 27,73 37,323 23,191 306 14 April 65,183 43,510 28,35 15,067 9,362 350 19 Mei 61,387 59,777 28,57 56,400 35,045 174 15 Juni 59,533 60,980 28,16 36,433 22,639 83 6 Juli 57,823 77,410 27,65 44,613 27,721 20 3 Agustus 51,790 76,697 28,26 85,419 53,077 4 2 September 50,517 64,388 29,42 84,933 52,775 0 0 Oktober 55,100 58,472 29,85 38,903 24,173 79 5 November 60,567 42,067 28,90 25,633 15,928 181 16 Desember 66,323 38,500 28,20 23,400 14,540 376 19 Tabel 1.2 Koefisien Refleksi, r No Permukaan Koefisien Refleksi [r] 1 Rata-rata permukaan bumi 40% 2 Cairan salju yang jatuh diakhir musim- masih segar 40-85% 3 Spesies tumbuhan padang pasir dengan daun berbulu 30-40% 4 Rumput, tinggi dan kering 31-33% 5 Permukaan padang pasir 24-28% 6 Tumbuhan hijau yang membayangi seluruh tanah 24-27% 7 Tumbuhan muda yang membayangi sebagian tanah 15-24% 8 Hutan musiman 15-20% 9 Hutan yang mengahasilkan buah 10-15% 10 Tanah gundul kering 12-16% 11 Tanah gundul lembab 10-12% 12 Tanah gundul basah 8-10% 13 Pasir, basah - kering 9-18% 14 Air bersih, elevasi matahari 45 5% 15 Air bersih, elevasi matahari 20 14% Aris Rinaldi - 22715007 6

2.3 Data Pendukung Lainnya Adapun data-data pendukung studi lainnya adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Hubungan Temperature Rata-Rata vs Parameter Evapotranspirasi A,B, dan ea Temperature (ºC) 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 A (mmhg/ F) 0,304 0,342 0,385 0,432 0,484 0,541 0,603 0,671 0,746 0,828 0,917 1,013 B (mmh 2 O/hari) 12,600 12,900 13,300 13,700 14,800 14,500 14,900 15,400 15,800 16,200 16,700 17,1 e a (mmhg) 8,050 9,210 10,500 12,000 13,600 15,500 17,500 19,800 22,400 25,200 28,300 31,8 Tabel 1.4 Nilai Radiasi Matahari pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir (mm/hari) Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun 5 LU 13,7 14,5 15 15 14,5 14,1 14,2 14,6 14,9 14,6 13,9 13,4 14,37 0 14,5 15 15,2 14,7 13,9 13,4 13,5 14,2 14,9 15 14,6 14,3 14,43 5 LS 15,2 15,4 15,2 14,3 13,2 12,5 12,7 13,6 14,7 15,2 15,2 15,1 14,36 10 LS 15,8 15,7 15,1 13,8 12,4 11,6 11,9 13 14,4 15,3 15,7 15,8 14,21 Tabel 1.5 Exposed Surface,m No m Daerah 1 0% Hutan primer, sekunder 2 10-40% Daerah tererosi 3 30-50% Daerah ladang pertanian Aris Rinaldi - 22715007 7

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA 3.1 Metode Pengolahan Data Perhitungan neraca air pada laporan ini menggunakan metode F.J Mock(1973). Metode ini menyatakan bahwa air hujan yang mengisi daerah tangkapan sebagian menguap akibat evapotranspirasi, sebagian yang jatuh ke permukaan tanah menjadi surface direct run off dan masuk ke dalam tanah sebagai infiltasi. Kondisi tanah yang jenuh air menyebabkan terjadinya perkolasi dan air keluar sebagai base flow. Data yang diinput pada perhitungan neraca air berupa data klimatologi beserta data tabel pendukung berupa temperatur rata-rata, parameter evapotranspirasi, nilai radiasi matahari, exposure surface dan data lainnya. Dengan menggunakan metode Penman, data-data yang ada digunakan untuk mencari evapotranspirasi potensial. Adapun output dari perhitungan dari neraca air berupa informasi water surplus, base flow, direct run off dan strom run off. Aris Rinaldi - 22715007 8

3.2 Diagram Alir Data Klimatologi dan Data Pendukung Perhitungan Evapotranspirasi Potensial Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Perhitungan Water Balance : Water Surplus Perhitungan Base Flow, Direct Run Off, Strom Run Off Kesimpulan Aris Rinaldi - 22715007 9

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Perhitungan dan Analisa Evapotranspirasi Evapotranoirasi adalah jumlah kehilangan air dari suatu daerah yang meliputi evaporasi dan transpirasi melalui permukaan tanah, permukaan daun pepohonan, permukaan air bebas dan lainnya. Pada perhitungan evapotranspirasi modul perhitunngan ini digunakan metode Penmann. Adapun perhitungan dan analisanya sebagai berikut : 4.1.1 Data Klimatologi Baris 1 Data presipitasi (p) dalam satuan mm, terlampir pada tabel 1.1 Baris 2 Data presipitasi (n) dalam satuan days, terlampir pada tabel 1.1 Baris 3 Data Tempature (T) a. Dalam satuan C b. Dalam satuan K terlampir pada tabel 1.1 Baris 4 Data rata-rata presentasi penyinaran matahari bulanan (S), dalam persen (%),terlampir pada tabel 1.1 Baris 5 Data kelembapan relatif rata-rata bulanan (h atau Rh), dalam persen (%),terlampir pada tabel 1.1 Baris 6 Data kecepatan angin rata-rata bulanan (w) a. Dalam ml/ day b. Dalam m/s terlampir pada tabel 1.1 4.1.2 Potensial Evapotranspirasi Data-data yag digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi dengan metode Penmann adalah : 1. Temperatur (T) 2. Kelembapan udara relatif (S) Aris Rinaldi - 22715007 10

3. Kecepatan angin (w) 4. Lama penyinaran matahari (R) Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dengan metode Penman adalah : (4.1) Dengan H = energy budget H = R(1-r)(0,18+0,55S)-B(0,56-0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S) (4.2) D = panas yang digunakan untuk evapotranspirasi, dan D = 0,35(e a -e d )(k+0,01w) (4.3) Dimana: A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmhg/ F B = radiasi benda hitam pada temperatu rata-rata, dalam H 2 O/hari e a = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatu rata-rata, dalam mmhg Dengan melakukan subtitusi persamaan di atas, maka menghasilkan : (4.4) Dalam bentuk lain : E = A (R(1- r)(0,18+0,55s) - AB(0,56-0,092*(ed^0,5))(0,1+0,9S)) + A + 0,27 A + 0,27 A + 0,27 0,27 (0,35(eaed)(k+0,01w)) (4.5) Aris Rinaldi - 22715007 11

Jika : F 1 (T ; S) = A(0,18+0,55S) (4.6) A + 0,27 F 2 (T ; h) = AB(0,5-0,092*(ed^0,5)) (4.7) A + 0,27 F 3 (T ; h) = 0,27 (0,35(ea-ed)) (4.8) A + 0,27 Maka : E = F 1 * R(1-r) - F 2 * (0,1+0,9S) + F 3 * (k+0,01w) (4.9) Dan jika : E 1 = F 1 * R(1-r) (4.10) E 2 = F 2 * (0,1+0,9S) (4.11) E 3 = F 3 * (k+0,01w) (4.12) Maka bentuk sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut Penman adalah E = E 1 - E 2 + E 3 (4.13) Perhitungan dan analisa evapotranspirasi potensial dengan metode Penman disajikan dalam tabel baris sebagai berikut : Baris 7 Menggunakan persamaan 4.6 Baris 8 Menggunakan persamaan 4.7 Baris 9 Menggunakan persamaan 4.8 Baris 10 Interpolasi koordinat Cirebon (6 43 S) dengan menggunakan tabel 1.4 Baris 11 Menggunakan persamaan 4.10, dimana nilai r didapat dengan menggunakan tabel 1.2. Asumsi permukaan studi merupakan rata-rata permukaan bumi, r = 40% Baris 12 Menggunakan persamaan 4.11 Aris Rinaldi - 22715007 12

Baris 13 Menggunakan persamaan 4.12. Asumsi k=1 Untuk permukaan air k = 0,5 Untuk permukaan vegetasi k = 1 Baris 14 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/day Baris 15 Menggunakan persamaan 4.13 dalam satuan mm/month 4.2 Perhitungan dan Analisa Neraca Air Perhitungan dan analisa neraca air dengan metode Mock disajikan dengan tabel baris. Adapun penggunaan setiap barisnya adalah sebagai berikut : 4.2.1 Limited Evapotranspiration Baris 16 Menggunakan tabel 1.5. Asumsi daerah studi merupakan daerah ladang pertanian dengan nilai m minimum, m =30% Baris 17 E/Ep = (m/20)(18-n) E/Ep = (baris(16)/20)(18-baris(2)), satuan dalam % Baris 18 E, dalam satuan mm/bulan Baris 19 Evapotranspirasi aktual = baris(15) baris(18) 4.2.2 Neraca Air Baris 20 Baris 21 P-Ea = baris(1)-baris(19) (a)sms = Soil moisture storage SMS = ISMS + (P-Ea) Dimana: ISMS = initial soil moisture storage (mm/bulan), merupakan moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya. Dalam satuan (mm/bulan) (b)smc = Soil moisture capacity (kapasitas kelembapan tanah) SMC = 200 mm/bulan jika P-Ea > 0 SMC = SMC bulan sebelumnya + (P-Ea) jika <0 Dalam satuan (mm/bulan) soil Aris Rinaldi - 22715007 13

Baris 22 SS = Soil Storage, kemampuan tanah untuk menyimpan air Jika pada bulan yang ditinjau nilai P-Ea bernilai positif atau SMC bernilai 200mm/bulan (maksimum) maka soil storage bernilai 0 Jika P-Ea bulan yang ditinjau bernilai negatif maka soil storage sama dengan P-Ea ini (mm/bulan) Baris 23 WS = Water Surplus, WS = (P-Ea) + SS, (mm/bulan) Baris 24 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(23), dimana 0,4 merupakan koefisien infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien limpasan) Baris 25 ½ x (1+K) x i, dimana K adalah nilai konstanta potensial ground water storage/resesi aliran, nilai K = 0,6 Baris 26 K x (V n-1 ), dimana V n-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya, nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun Baris 27 Vn = Storage Volume = baris(25) + baris(26), dalam satuan (mm/bulan) Baris 28 Perubahan Storage Volume Vn = -V n-1 + V n, dalam satuan (mm/bulan) Baris 29 Base Flow = I - V n = baris(24) baris(28), dalam satuan (mm/bulan) Baris 30 Direct Run Off = baris(23) baris(24), dalam satuan (mm/bulan) Baris 31 Run Off = baris(29) + baris(30), dalam satuan (mm/bulan) 4.2.3 Storm Run Off (in mm/month) Baris 32 SRO = Strom run off Jika hujan (P) > 200 mm (sesuai asumsi bahwa Max SMC = 200 mm) maka nilai strom run off = 0 Jika P < 200 mm maka strom run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali faktor persentasi PF, 0,5 x (P) Dalam satuan (mm/bulan) Aris Rinaldi - 22715007 14

Baris 33 Soil Mosture, lihat penjelasan baris(21) Baris 34 Lihat penjelasan baris(23), pada water surplus kondisi storm run off, nilai storm run off mempengaruhi nilai water surplus Baris 35 I = Infiltasi, i = 0,4 x baris(34), dimana 0,4 merupakan koefisien infiltrasi (lihat tabel porositas pada batuan endapan atau koefisien limpasan) Baris 36 ½ x (1+K) x i = ½ x (1+K) x baris(35), dimana K adalah nilai konstanta potensial ground water storage/resesi aliran, nilai K = 0,6 Baris 37 K x (V n-1 ), dimana V n-1 adalah ground water storage bulan sebelumnya, nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama satu tahun Baris 38 Vn = Storage Volume = baris(36) + baris(37), dalam satuan (mm/bulan) Baris 39 Perubahan Storage Volume Vn = -V n-1 + V n, dalam satuan (mm/bulan) Baris 40 Base Flow = I - V n = baris(35) baris(39), dalam satuan (mm/bulan) Baris 41 Direct Run Off = baris(34) baris(35), dalam satuan (mm/bulan) Baris 42 Run Off = baris(32) baris(41) + baris(42), dalam satuan (mm/bulan) Aris Rinaldi - 22715007 15

Hasil perhitungan dan analisa neraca air dapat disajikan dalam tabel dan kurva sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Neraca Air Neraca Air Bulan Agus t Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul N Meteorologica o l Data Catchment 285 678 601 306 350 174 83 20 4 0 79 181 376 1 Precip. mm (p) 2 Catchment 23 22 14 19 15 6 3 2 0 5 16 19 2 Rain Days days (n) 144 28,1 27,6 28,2 29,4 29,8 28,4 28,18 27,54 27,73 28,35 28,57 28,90 28,20 3a Temperature C (T) 6 5 6 2 5 0 301, 300, 301, 302, 302, 301, 3b K (T) 301,2 300,5 300,7 301,4 301,6 2 7 3 4 9 301,9 301,2 4 60,9 77,4 76,7 64,3 58,4 40,86 26,25 32,73 43,51 59,78 4 Sunshine % (S) 8 1 0 9 7 42,07 38,50 (h or 59,5 57,8 51,7 50,5 55,1 726, 63,71 67,64 66,63 65,18 61,39 60,57 66,32 5 Rel. Humidity % RH) 3 2 9 2 0 21 22,6 27,7 53,0 52,7 24,1 27,7 27,86 26,21 23,19 9,36 35,05 15,93 14,54 6a Wind ml/day (w) 4 2 8 8 7 1 6b m/s 0,52 0,49 0,43 0,17 0,65 0,42 0,52 0,99 0,98 0,45 0,30 0,27 0,52 Tah un Aris Rinaldi - 22715007 16

Potensial Evapotranspiration 7 F 1 (T : S) 0,31 0,25 0,28 0,33 0,40 0,40 0,47 0,47 0,42 0,40 0,32 0,30-8 F 2 (T : h) 1,39 1,31 1,33 1,31 1,44 1,56 1,68 1,88 1,83 1,57 1,43 1,28-9 F 3 (T : h) 0,82 0,72 0,75 0,79 0,88 0,91 0,94 1,09 1,15 1,05 0,90 0,76-10 R (at 6 43' S) 15,4 15,5 15,2 14,1 12,9 12,2 12,4 13,4 14,6 15,2 15,4 15,3 14,3 11 F 1 * R(1-r) r=40% E 1 2,90 2,32 2,52 2,76 3,07 2,92 3,48 3,75 3,67 3,61 2,96 2,79-12 F 2 * (0,1+0,9S) E 2 0,65 0,44 0,52 0,64 0,92 1,01 1,34 1,49 1,24 0,98 0,69 0,57-13 F 3 * (k+0,01w) k=1 E 3 1,05 0,91 0,92 0,86 1,19 1,12 1,21 1,67 1,75 1,30 1,05 0,87-14 E1 - E2 + E3 mm/day E p 3,95 3,23 3,45 3,62 4,26 4,04 4,68 5,42 5,42 4,92 4,01 3,66-154 15 mm/month 122 90 107 109 132 121 145 168 163 152 120 114 4 Limited Evapo Transpiration 16 Exposed Surf % (m) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 17 E/E p = (m/20)(18-n) % -7,5-6 6-1,5 4,5 18 22,5 24 27 19,5 3-1,5-18 E mm -9-5 6-2 6 22 33 40 44 30 4-2 166 137 19 Ea = E p - E mm E a 131 96 100 110 126 99 112 128 119 123 117 115 7 Aris Rinaldi - 22715007 17

Water Balance 20 P - E a mm 547 505 206 240 48-16 -92-124 -119-44 64 261 21 a Soil Moisture Storage mm SMS 747 705 406 440 248 184 91-33 -151-195 -131 461 21 b Soil Moisture Capacity mm SMC 200 200 200 200 200 184 91-33 -151-195 200 200 22 Soil Storage mm SS 0 0 0 0 0 16 92 124 119 44 0 0 23 Water Surplus mm WS 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 261 SURP SURP SURP SURP SURP DEFI DEFI DEFI DEFI DEFI SURP SURP LUS LUS LUS LUS LUS SIT SIT SIT SIT SIT LUS LUS 187 0 Run off and Groundwater Storage (in mm/month) i = 0,4 of 24 Infiltration (23) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 104 748 25 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 83 26 K(V n-1 ) 50 135 178 146 134 89 54 32 19 12 7 17 27 Storage Vol (25) + (26) (Vn) 225 297 244 223 149 89 54 32 19 12 28 100 Vn = -V n-1 + 28 V n 125 72-53 -21-74 -60-36 -21-13 -8 16 72 0 29 Base Flow = I - V n (24) - (28) 94 130 135 117 93 60 36 21 13 8 10 32 748 30 Direct Run Off (23) - (24) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 156 112 2 187 31 Run off (29) + (30) 422 433 258 261 122 60 36 21 13 8 48 188 0 Aris Rinaldi - 22715007 18

Storm Run Off (in mm/month) 32 Storm Run Off 5% of (p) 0 0 0 0 9 4 1 0 0 4 9 0 18 33 Soil Moisture 0 0 0 0 0 179 90-33 -151-199 0 0 34 Water Surplus 547 505 206 240 48 0 0 0 0 0 64 234 184 3 35 Infiltration i = 0,4 of (34) (i) 219 202 82 96 19 0 0 0 0 0 26 93 737 36 1/2(1+K)i K=0,6 175 162 66 77 15 0 0 0 0 0 21 75 37 K(V n-1 ) 45 132 176 145 133 89 53 32 19 12 7 17 38 Storage Vol (36) + (37) (Vn) 220 293 242 222 148 89 53 32 19 12 28 91 39 Vn = -V n-1 + V n 128 74-52 -20-73 -59-36 -21-13 -8 16 64 (35) - 40 Base Flow (39) 90 128 134 116 93 59 36 21 13 8 10 30 737 41 Direct Run Off (34) - (35) 328 303 123 144 29 0 0 0 0 0 39 140 110 6 187 42 Run Off (32) + (41) + (42) 418 431 257 260 130 64 37 22 13 12 57 170 0 Aris Rinaldi - 22715007 19

Water Surplus (m) MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR 600 Kurva Neraca Air 547 500 505 400 300 240 261 Water Surplus Month 200 206 100 48 64 0 0 0 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Month Gambar 4.1 : Kurva Neraca Air Aris Rinaldi - 22715007 20

BAB V KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dan analisa neraca air Kota Cirebon tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada bulan januari, februari, maret, april, mei, november dan desember terjadi surplus air di Kota Cirebon 2. Pada bulan juni, juli, agustus, september dan oktober terjadi defisit air di Kota Cirebon Aris Rinaldi - 22715007 20

DAFTAR PUSTAKA Ensiklopedia Kota Cirebon. Tersedia dari https://id.wikipedia.org/wiki/kota_cirebon. Diakses pada Desember 2015. Irawan, D. E. and Puradimaja, D. J. 2015. Hidrogeologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Mock, F. J. 1973. Water Availability Appraisal: Report Prepared for the Land Capability Appraisal Project Bogor/Indonesia. Bogor: Food and Agriculture Organization of The United Nations. Penman, H.L. 1948. Natural Evaporation from Open Water, Bare Soil and Grass. Proc. Roy. Soc. London A(194), S. 120-145 Rinaldi, Aris (2015). Ujian Tengah Semester SB 5014 Hidrogeometeorologi [unpublished], Bandung. Aris Rinaldi - 22715007 21